Owari no Seraph © Takaya Kagami & Yamato Yamamoto
.
[Pengarang tidak mencari/mendapatkan profit atas pengerjaan hasil karya fanfik ini].
.
Warning
AU, typo (s), misstypo (s), melow drama, lirik lagu abal.
.
Yuichiro X fem!Mikaela
.
. : ISYARAT KOSMIS (GONE) : .
Yuichiro baru datang. Mulut menguap menyebabkan matanya berair. Ia melewatkan banyak hal.
"Ke mana saja kau, baka Yuu?!" Kimizuki orang pertama yang menyambut dengan ocehan.
Rambut pun masih basah. Bulir air menetes-netes pada bagian bahu jaket. Sepertinya ia mandi dengan terburu-buru. Lupa mengeringkan rambut karena terlalu lena akan lelap. Ya, bagi seorang penyanyi yang memiliki jam terbang tinggi seperti dirinya, jam tidur adalah agenda yang paling membuat mabuk.
"Memangnya aku melewatkan apa saja?" Efek kantuk belum sepenuhnya lenyap. Kuap kembali dilontarkan sambil garuk-garuk kepala. Sepertinya ia lupa juga pakai sampo.
"Pertama, tentu saja briefing." Kimizuki merekatkan kancing pergelangan tangan kiri pada lubang. "Kedua, apa kau tahu model wanitanya diganti?"
Seorang penata busana yang menangkap radar presensi Yuichiro segera memberondongnya dengan jas serta kemeja yang telah disetrika licin. Tapi ketika melihat rambutnya masih basah, dia lantas memberi kode dari kejauhan kepada sang penata rias―hanya dari gerakan kepala untuk mendekat―agar lekas memberi penanganan.
Tetesan air haram menodai wardrobe. Terkecuali jika memang harus ada 'noda-nodaan' yang tertulis pada papan cerita.
"Kabarnya Horn tidak bisa ikut syuting. Dia diserang sakit usus buntu." Gerung mesin hairdryer memaksa Kimizuki melanjutkan kata-kata dengan nada sedikit lebih tinggi. "Aku juga baru tahu hari ini tadi, di saat briefing."
"Oo," mulut membulat, "lalu siapa penggantinya?"
"Seorang model majalah dan sekaligus salah satu modelnya desainer, Krul Tepes, di setiap fashion show. Kau tahu Krul Tepes?"
Yuichiro mengendikkan bahu.
"Astaga!" Kimizuki sudah nyaris selesai mengenakan kostum. "Gaun pernikahan sepupumu Akane. Dia yang membuatkannya."
Gerung mesin pengering rambut masih mengaum. "Siapa? Si model itu yang membuatkan gaunnya Akane?"
"Bukan!" Kimizuki frustasi. "Sebenarnya nyawamu ada di mana, hah? Kau mendengarkan perkataanku atau tidak? Arggghh! Aku pusing bicara padamu! Sudahlah, nanti kau bisa lihat sendiri. Kenakan semua pakaianmu! Baru kau temui dan sapa dia sebelum take! Dia ada di sebelah sana."
Yuichiro tidak terlalu memperdulikan. Hanya menatap sekilas pada arahan mata Kimizuki. Tidak mengenali talent yang dimaksud karena begitu banyak model figuran yang dibayar sebagai pelengkap visi di pengambilan syuting scene pertama.
Pembuatan promosial video musik ini beranggaran cukup besar. Akan menggunakan beberapa lokasi yang berbeda sebagai pengambilan rekaman. PV ini adalah video yang akan digunakan sebagai lagu andalan dari album kolaborasi pertama antara dua agensi dan dua studio musik yang berbeda pula dengan masing-masing penyanyi hip hop, Yuichiro dan Kimizuki (leader Idol Grup KIS-O). Atau yang disingkat dengan Yuu ft Kim.
Dua penyanyi yang sudah tidak asing lagi di belantika musik Jepang. Terutama Yuichiro atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Yuu adalah penyanyi yang selalu berhasil melejitkan singel maupun album yang kerap meledak di pasaran.
Semua ini tidak luput dari performanya yang selalu perfeksionis, karisma yang sudah tidak bisa ditangguhkan lagi, suara khas yang dimiliki serta musikus Shinoa yang selalu ikut andil di baliknya sebagai pencipta lagu.
Dan Kimizuki, personil sekaligus ketua Idol Grup KIS-O yang trek rekornya selalu berhasil meraup penjualan berpenghargaan platinum. Meski kini dia telah ditinggal satu persatu oleh anggota personil yang lain untuk bersolo karir, jiwa bermusik Kimizuki tidak pernah seret. Menerima ajakan studio naungan Yuichiro untuk berduet adalah langkah lanjut dalam mengeratkan pondasi hubungan dua studio besar di perindustrian musik.
Hitungan menit Yuichiro telah berkostum. Disulap sedemikian tampan dan edgy berkat kemampuan para penata rias. Mereka bukan hanya dituntut profesional dalam mengatur durasi mendandani para artis, tapi karena di seberang sana sang sutradara mengamati mereka dengan tatapan kesal.
Tentunya faktor kesalahan ada pada Yuichiro. Dan Guren mencoba untuk tidak melemparkan pengeras suara atau benda apa pun sebagai alat hukuman Yuichiro yang tidak datang tepat waktu. Lebih membahas konsep pengambilan video rekaman di adegan kedua dengan sang produser, Saitou.
"Lain kali jangan terlambat lagi." Hanya itu yang dilontarkan sang sutradara. Bersuara normal tanpa intimidasi. Yang mengembuskan napas lega adalah penata rias dan penata busana, seolah mereka yang menyimpan kesalahan. Sementara Yuichiro apatis, berdiri merubah arah bola mata.
Baru sedetik mengangkat badan dari henyakan bangku, sebuah kejutan tak terduga telah menghajarnya dari balik kerumunan para figuran berdandan pesta.
Ia pastikan netranya tidak rabun atau sekadar salah lihat. Tapi penampakan wanita semampai anggun bergaun hitam sejengkal di atas lutut dengan tatanan helai pirang digelung tinggi merupakan kenyataan yang seketika menancapkan rasa ngilu.
Entah kekuatan magis macam apa yang telah mengaburkan semua kru yang berseliweran. Melambatkan waktu terhadap sorot fokus penglihatan yang hanya tertuju pada sang wanita yang tengah melenggang dengan satu kaki yang ditempatkan di depan kaki satunya seolah ia melihat wanita itu berjalan di atas panggung peragaan busana.
Tapi sayangnya sang wanita tidak memeragakan apa pun terkecuali menunjukkan eksistensinya, menuju dan semakin mendekati Yuichiro yang membatu tanpa bunyi.
"Bisakah kau biasa saja melihatku, Yuu-chan? Kau seperti sedang melihat hantu."
Benar. Wanita itu bukan hantu melainkan seorang penyihir berjelma malaikat yang dulu nyaris membuat nyawa dan segenap pikirannya hilang. Dan pengucapan nama untuknya tidak berubah. Tambahan embel-embel 'Chan' sebagai bukti bahwa itu adalah panggilan khusus, sebutan kesayangan. Senantiasa menostalgia ingatan Yuichiro yang justru malah menghimpitkan paru-parunya.
"Sudah lama kita tidak bertemu, ya? Kau apa kabar?"
Senyuman wanita itu bahkan masih sama. Semakin memukau entah berkat polesan rias atau karena dia sudah menjadi wanita yang lebih matang. Dan Yuichiro berusaha sekuat hati untuk tidak terjatuh dalam pesonanya lagi meski hanya sekejap.
"Seperti yang kau lihat, Mika. Kabarku baik dan―" tidak boleh ada siratan benci dalam nada bicaranya meskipun tidak bisa dipungkiri rasa tidak terima itu kembali terkuak, "aku jadi penyanyi."
"Ya, semua orang tahu itu." Sekali lagi sang wanita tersenyum. "Senang bisa menjadi model videoklipmu, Yuu-chan." Dia setengah membungkuk sebagai bentuk hormat. "Mohon bantuannya." Lalu pergi berlalu mengayunkan pinggul.
Yuichiro tanpa kedip terus mengamati. Bahkan di antara suara yang cukup riuh dalam ruangan, ia bisa menangkap kelotakan hak sepatu itu menjauh.
Tubuhmu yang membelakangi, turut membawa cintaku pergi.
Penggalan lirik lagunya mengalun di kepala tanpa perintah.
Sebulir air mata jatuh tanpa Yuichiro sadari.
Ternyata luka itu masih bernanah.
Tanpa menakar berapa lama lagi kiranya perekaman video akan segera dimulai, Yuichiro memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mencari kejelasan. Dan ia sudah tahu siapa yang paling berpotensial memberikan jawaban.
Seseorang yang akan Yuichiro lontarkan pertanyaan kini tengah duduk di salah satu sofa. Dua pengawal berbadan sigap menamengi ketika Yuichiro mendatanginya. Memblokade akses lebih lanjut untuk ia dan orang yang duduk itu bertukar tatap. Sosok pendek itu semakin teredam sepenuhnya di balik punggung tubuh tegap para bodyguard.
"Pagi, Yuu-san." Suara itu adalah tanda agar kedua pengawal memberikan celah lebar agar dia dan sang penyanyi dapat berbicara. "Oh, aku rasa ini sudah tidak bisa dikatakan pagi lagi, tapi menjelang siang."
Basa-basi yang tidak mempan untuk Yuichiro tanggapi, "Apa kau tahu tentang ini?"
"Tentang apa yang kau maksud?"
"Kalau kau memang tidak tahu, tidak mungkin kau membawa dua penjaga sekaligus, Shinoa."
"Ahahaha." Tertawa pengalihan. "Sungguh aku benar-benar tidak tahu, Yuu-san. Tapi naluriku mengatakan bahwa mungkin kau akan membunuhku setelah tahu tentang keberadaannya di sini sebagai model videoklipmu. Makanya aku mengajak Shikama dan Tenji."
Mendadak Yuichiro jadi benar-benar ingin mencekik leher temannya itu.
"Benar, aku tidak bohong. Dan kau jangan menuduhku bahwa akulah yang mengatur semua ini. Sungguh, Yuu-san, aku juga baru tahu pagi tadi ketika membaca postingan penata rias, Yayoi, di akun sosial medianya bahwa model wanitamu diganti."
Segera Yuichiro mengeluarkan ponsel pintar yang memang belum ia sisihkan di tempat lain agar kelak tidak mengganggu proses syuting. Berselancar cepat mengamati akun penata rias yang dimaksud.
Disatukan dalam sebuah produksi untuk kedua kali dengan si model jelita ini. Benar, aku sangat mengagumi kecantikannya. Dan dia adalah pengganti talent yang berhalangan hadir.
Cuitan Yayoi bahkan dilengkapi bukti otentik berupa gambar Mikaela dalam salah satu pemotretan.
Dalam potret, Mikaela berpose duduk dengan satu kaki menempel di lantai dan kaki lain menekuk membentuk celah segitiga. Sepatu stiletto motif loreng macan dengan sol dan hak merah yang menapak miring. Celana jins biru tiga perempat. Blazer biru tua penuh hiasan kancing membungkus kaos putih bergambar hati berwarna merah dan mempunyai sepasang mata.
Tangan kanannya menyentuh lantai sementara tangan kiri menegak dengan siku yang bertumpu pada lutut kaki yang menekuk segitiga. Rambut pirang ikal nan panjang dikuncir kuda memakan tempat pada bagian sebelah kiri badannya, bergelombang melawan arah tolehan kepala yang sengaja dibelokan agak ke kanan. Serta riasan mata smokey dengan blush on cokelat mendempuli tulang pipi. Bibir terpulas lipstik merah muda bercahaya, tersenyum tidak terlalu lebar memerlihatkan susunan gigi putih tapi terlihat sangat tajam dan berkarakter.
Luar biasa cantik. Yuichiro berhasil terpana sedetik. Tapi sedetik berikutnya rasa ngilu yang mendesir.
"Sekarang kau percaya padaku bahwa aku tidak mengada-ngada, 'kan?"
"Tetap saja kau tahu lebih dulu tapi tidak segera memberitahuku!"
"Bagaimana aku akan memberitahumu kalau setiap tidur kau seperti orang mati. Lagipula kau pasti akan tahu nanti ketika sudah datang ke lokasi."
"Itu namanya kau sengaja."
"Yuu-san, aku tahu kau mungkin masih sangat marah terhadap Mikaela tentang kandasnya hubungan kalian. Tapi, ayolah, itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Kau sudah menjadi orang yang baru dan dia juga sudah menjadi orang yang baru. Tidak ada salahnya membina hubungan kembali dalam bentuk Yuichiro dan Mikaela versi telah dewasa. Tunjukkan keprofesionalitasanmu."
Tapi masalahnya, luka yang ditorehkan wanita itu berdampak sangat permanen. Dua dekade sekalipun tidak akan sanggup mengobati kepedihan cinta pertama yang tercabik karena pengkhianatan, apalagi sepuluh tahun. Ia yang waktu itu masih polos tentang cinta, terlambung tinggi sampai kepayang, pada akhirnya dicampakkan. Hanya manusia tak berhati yang tidak akan terluka.
"Siapa bilang aku masih marah. A―aku hanya kesal." Pongahnya justru tampak gelagapan.
"Ambil sisi baiknya saja, Yuu-san. Anggap ini adalah isyarat kosmis agar kau bisa mendengarkan evaluasi langsung darinya tentang hubungan kalian dulu, sehingga kau bisa tahu apa alasan dia jadi meninggalkanmu dengan orang lain. Aku yakin sekali jika kau mendengar apa alasannya, rasa penasaran dan pertanyaan yang selama sepuluh tahun ini menghantuimu akan lenyap. Atau kau justru terbunuh karena mungkin kau akan tambah sakit hati lagi."
Sepasang mata hijau memicing.
"Jangan dianggap serius kalimat yang terakhir, ya. Aku hanya bercanda."
Yuichiro jadi semakin yakin bahwa memang Shinoa-lah yang berencana menyatukan dirinya dengan sang mantan di dalam satu tempat. Si pendek ini bukan hanya hobi menggoda tapi ratunya dalam hal mengerjai.
"Oh iya, Yuu-san. Aku tegaskan sekali lagi. Bukan aku yang mengatur Mikaela muncul di videoklipmu. Yang aku dengar kakak Mikaela bersahabat dengan sang sutradara. Kemungkinan besar Guren-san yang memilih Mikaela sebagai pengganti Horn." Penuturan lebih lanjut itu mengesankan seolah-olah Shinoa bisa membaca susunan kata yang merangkai dalam pikiran Yuichiro.
Kata 'action' adalah perintah absolut yang merubah semua pemain menjadi patuh. Memosisikan diri mereka sesuai dengan arahan sang sutradara. Tapi bukan berarti Yuichiro tidak tahu di mana tempatnya harus berdiri. Karena ia merupakan salah satu pemberi konsep dalam videoklipnya sendiri. Terlebih ia adalah sang tokoh utama dalam cerita. Yuichiro tahu apa yang harus ia lakukan. Di mana porsi besarnya bermain dalam rekaman.
Penata musik mengalunkan lagu. Kimizuki bernyanyi lipsing sambil bergaya menggerak-gerakan badan, kaki yang direntang selebar bahu, kepala yang berlenggok, dada yang terkadang diletup-letupkan dan tangan yang bergerak-gerak di udara.
Pun ternyata Shinoa dan dua pengawalnya kebagian ikut menjadi figuran. Berbeda dengan figuran yang dibayar―berdiri sambil mengobrol dengan gelas wine di tangan―Shinoa berada di sudut, duduk di sofa beludru merah darah yang Yuichiro temui tadi. Lengkap dengan penjagaan dua pria mengawal di kanan kiri sofa. Di dalam cerita dia adalah sang tuan rumah.
Konsep pengambilan gambar bertema glamor pesta tapi terkesan agak gothic. Gaun-gaun dan setelan serba hitam membungkus video ini menjadi abstrak.
Sekali lagi Yuichiro merasa waktu melambat. Semua pemain terlihat bergerak sangat pelan. Di antara para undangan yang tersebar berdiri secara acak, Yuichiro menangkap gelagat sang model wanita yang sudah ditetapkan sesuai dengan catatan skrip―bersebelahan dengan sang model pria tampan―saling menenggak anggur dengan mesra.
Yuichiro seakan tersedot pada masa lampau. Mikaela sepuluh tahun yang lalu ia dapati berpelukan dengan seorang pria dan meninggalkannya pergi begitu saja ke luar negeri. Hingga ia menganggap status romantisme mereka benar-benar berakhir setelah hubungan yang digantung lama tanpa kejelasan, tanpa ada kabar sedikit pun dari orang yang bersangkutan.
Pun sang model pria sangat memenuhi kriteria penggambaran orang ketiga dalam cinta masa lalunya. Tampan, tinggi maskulin dan berambut perak. Yuichiro seakan ingin menangis sambil tertawa. Sang model pria itu, Ferid Bathory, ia langsung yang mengusulkan, dipilih tanpa hasil seleksi. Tidak tahunya Ferid sangat mumpuni dalam menciptakan deja vu.
Salah satu lagu andalan dari album baru versi duet tidak tahunya menjadi pedang. Ya, pedang. Pedang yang jika penggambaran dari segi visual adalah simulasi dari pemain asli―dirinya sendiri dan Mikaela, sang mantan.
Mungkin akan lain cerita jika Yuichiro tidak menyetujui saran Shinoa mengangkat pengalaman pribadinya menjadi sebuah lagu. Yuichiro tentu tidak akan semembawa perasaan ini ketika melakukan proses syuting. Dan entah karena ia sial atau memang sudah takdir, Mikaela yang hadir di hadapannya kembali menabur garam di atas luka yang masih menganga.
Yuichiro tidak akan menyadari bahwa lukanya ternyata memang masih terbuka seandainya saja bukan Mikaela yang berakting sebagai Mikaela-nya yang dulu, Mikaela-nya yang terbang membawa hatinya yang terseret.
Perasaan itu sempurna mengangkat rasa marah kembali terkeluar. Sorot tatap Yuichiro berkilat. Kombinasi antara emosi yang tidak bisa tersampaikan dengan rasa terluka yang muncul secara bersamaan. Bagi orang yang tidak tahu apa-apa seperti Guren, menganggap Yuichiro sangat menjiwai peran.
Akibat pertemuan kembali dengan sang mantan, Yuichiro menjadi gamang. Gamang karena kenangan-kenangan lama itu bangkit bermunculan.
Pada pengambilan rekaman―hanya ia dan Kimizuki saja―untuk potongan adegan yang nantinya akan diselipkan selang-seling dalam videoklip, Yuichiro melakukan banyak kesalahan. Mikaela semacam menjadi zat adiktif. Di saat dia ada Yuichiro jadi sangat berakting totalitas. Tatkala Mikaela sudah berpamit pulang, ia lupa koreografi karena kerap hilang konsentrasi.
Dan ini berimbas pada kegiatannya di luar dari jam terbang. Yuichiro yang biasanya sehabis pulang memeluk kasur, bantal dan guling sebagai kekasih, harus tersingkirkan oleh kemelut yang merayapi syaraf-syaraf otak dengan solusi mencari angin malam.
Tidak. Itu sebenarnya hanya alasan. Ia mengemudikan mobil sendiri dengan destinasi bar.
Apa yang bisa melengangkan isi kepala selain minuman beralkohol? Wanita? Bukan! Yuichiro sudah hambar rasa dengan wanita semenjak dipadati jadwal di panggung hiburan. Ia tipikal pekerja Jepang umumnya. Workoholic. Penggila kerja di bidangnya, dunia tarik suara.
Tapi nyatanya belum mencapai tujuan, roda mobil itu behenti bergulir dan menepi di sebuah jalan.
Mobil berhenti tidak tanpa penyebab. Ada sebuah toko yang terapit di antara bangunan-bangunan, memunculkan sebuah kilas balik. Toko yang sejauh Yuichiro ingat dulu masih toko kecil. Tempat pertemuan pertamanya dengan si pirang. Perempuan yang dijumpainya perdana dibingkai oleh rambut ikal pendek setengah leher.
Saat itu Yuichiro belum menjadi apa-apa. Hanya remaja ingusan dengan segudang pelajaran yang dijalaninya dengan berpangku tangan.
Kendati kemalasannya telah berdampak pada catatan nilai yang sudah mencapai batas tolerir, Yuichiro entah kesurupan malaikat jenis apa sehingga ia bertekad memperbaiki angka-angka yang telah anjlok. Dan mengantarkannya pada sebuah toko buku demi mencari bahan dalam mengerjakan salah satu tugas yang harus segera dikumpulkan.
Datang ke toko buku selain mencari komik bukan Yuichiro sekali.
Dan berebut sebuah buku yang sudah tidak lagi naik cetak―tinggal satu-satunya pula―serta harus mengalah untuk wanita yang juga sama mengincar buku itu pun bukan Yuichiro sekali.
Hingga penjaga toko mengatakan bahwa mungkin seharusnya mereka patut berbagi. Kata berbagi yang nantinya akan mencakup ragam aspek.
Lalu mereka berkenalan.
Kemudian mulai berteman.
Hari-hari yang selanjutnya diisi dengan hangatnya persahabatan lama-lama tidak hanya berkisar antara dua orang yang menjalin hubungan sebagai kawan saja. Kedekatan mereka yang semakin rekat terbentuk dari kegiatan-kegiatan rutinitas sederhana, seperti; menunggu kereta bersama, jalan kaki berdua ketika menuju jalan pulang (yang pada akhirnya tetap harus berpisah karena beda arah), dan duduk atau berdiri bersisian meski hanya sekadar mengobrol.
Keduanya pun tersedot masuk dalam sebuah perasaan yang umumnya dirasakan oleh sepasang insan berlawanan jenis. Dan Yuichiro dengan kurang ajarnya menyetir tali pertemanan itu menjadi kait-kait asmara lewat ciuman dari bibir ke bibir.
Kecupan spontan yang diberikan Yuichiro karena sudah tidak tahan terjerat oleh kecantikan dan ketulusan Mikaela.
Kecupan yang berbuah kecupan lain karena Mikaela rupanya juga merasakan getaran yang sama.
Kecupan yang paling mulanya hanyalah dua bibir yang saling menempel seiring bergulirnya waktu menjadi semakin berani, becek, dan bedurasi cukup lama.
Kecupan yang lalu semakin mendewasakan hormon dalam diri mereka. Membablaskan nafsu berupa keintiman dua tubuh telanjang yang saling menyatu di atas kasur.
Kecupan yang memerawani masing-masing kesucian, yang tanpa penyesalan telah ternodai atas dasar buncahan cinta.
Saking terlenanya mengenang kisah cinta pertama, Yuichiro tanpa sadar telah berkendara dan menepi satu kali lagi di pinggir taman yang dipagari jaring-jaring kawat. Dari posisinya yang masih membenamkan diri di jok kemudi, ia dapat melihat sebuah bangku panjang tepat di bawah payungan pohon rindang.
Di mana dulu Mikaela gemar membaca buku di sana sementara ia berbaring menggunakan paha Mikaela sebagai alas kepala. Yang kemudian ia akan memandangi wajah Mikaela berlama-lama dari bawah. Lalu Mikaela akan mengembangkan senyum lebar karena memergoki kekasihnya mengamati penuh rasa kagum. Yang pada akhirnya rasa cinta itu semakin berlimpah sehingga Yuichiro terlarut gembira dan menggendong Mikaela di punggungnya sampai depan rumah.
Sesak kemudian karena ingatan itu bergulir sampai ke bagian yang paling pahit. Yuichiro kembali pada tujuan awal. Bercokol dengan literan alkohol sampai mabuk. Tidak peduli bahwa besok masih ada jadwal syuting pembuatan videoklip yang belum rampung.
Dalam kesadaran yang telah terpengaruhi senyawa etanol, Yuichiro kerap menggumam tak jelas menyebut nama Mika, Mika dan Mika. Hingga akhirnya ia tepar ketiduran dan terpaksa menelepon sang manajer untuk membawanya pulang ketika bartender berhasil membangunkannya setelah ia dikatakan terlelap di bar selama dua jam.
Sakit kepala masih menggelayuti Yuichiro karena efek minum-minum sendirian tadi malam. Namun bukan berarti kewarasan Yuichiro tidak kembali pada jalur dirinya untuk berpikir. Ia tidak memungkiri dan sangat teramat mengakui bahwa sosok Mikaela yang kini ia lihat berlipat-lipat sangat menawan.
Dulu saja kecantikan Mikaela yang natural sanggup membuatnya jatuh hati, apalagi yang sekarang. Wajah terpulas make up tanpa porsi lebih memancarkan kecantikan yang teramat mengagumkan. Rambut pirang panjang tergerai indah serta lekuk bibir tipis sungguh menggoda. Wangi tubuh yang dihantarkan angin terhidu penciuman sampai kepayang. Tungkai dan leher jenjang membuat kaum adam terbius dalam memandanginya berlama-lama.
Berkat semua keelokan itu, cinta lama yang bersarang, yang sudah sepuluh tahun terpendam, kini tergali dengan sendirinya.
Hanya saja, di masa ini sosok cantik itu berperan ganda dalam memperlakukan ruang hati Yuichiro. Seorang bidadari yang menyambi pekerjaan sebagai pengeksekusi. Yuichiro terpesona namun sekaligus ia terluka. Hari pertama Yuichiro memang denial, tapi hari kedua Yuichiro tersadar bahwa dirinya masih cinta.
"Cukup disayangkan kemarin kita tidak bisa berbicara banyak. Selagi ada waktu tidak ada salahnya kita berbincang-bincang sebentar." Yuichiro menghampiri Mikaela yang sudah selesai didandani.
Mikaela menoleh. Cara ia merubah arah kepala saja sudah menawan begitu. Tidak heran jika ada orang yang jauh lebih makmur dari segi harta bersedia membawanya kabur melintasi benua.
"Kau seperti berbicara dengan orang lain saja, Yuu-chan." Mikaela menekuk bibir. Dan inilah perangkap yang selalu berhasil membuat Yuichiro terjerat.
Senyuman Mikaela.
Dulu kembangan bibir itu selalu terukir di setiap harinya (sampai kini pun masih begitu). Tidak pernah tawar dan tidak pernah bosan dipandang sekalipun kerap Mikaela umbar. Tuturnya pun lembut selembut kapas gula. Manis dan indah di waktu bersamaan.
Tuturmu, senyummu, godamu, lirikmu, parasmu candu.
Sial! Lirik itu deskripsi yang sangat sesuai dengan sosok Mikaela. Lirik yang diciptakan Shinoa, temannya semasa kecil dan rekan di balik layar dirinya bermusik. Satu-satunya orang yang mengetahui riwayat percintaan Yuichiro dengan Mikaela mulai dari hal yang sangat terdetail.
"Kau sudah menikah?"
"Eh?"
Tidak, tidak. Kalimat itu terucap bukan tanpa sadar. Tapi karena memang perlu ada bahasa pengantar yang akan membawa pembicaraan itu nantinya ke bahasan inti.
Mikaela tertawa kecil. Sedikit menutup bibirnya dengan tangan, sementara tangan lain melipat di bawah dada. "Memangnya kau ingin mendengar jawaban seperti apa, Yuu-chan?"
"Yang―"
"Hei, ayo mulai take!"
Seruan Guren memutus kalimat Yuichiro yang belum selesai. Keduanya sontak menoleh.
Keadaan pun semakin terkompori ketika Ferid datang menawari lengan untuk Mikaela tautkan.
"Mari aku antarkan kau ke dalam mobil, Nona Mikaela."
Tersenyum. Entah sebagai bentuk kesopanan atau apa Mikaela menyambutnya. Melingkarkan lengan pada lengan Ferid dan bergandeng mesra seolah mereka baru jadian kemarin.
Ada beban sebesar batu gunung yang mengganjal dada maupun kerongkongan Yuichiro. Ia yang sebenarnya penyanyi terkenal dan tokoh utama di dalam videoklipnya sendiri, ternyata hanyalah seorang figuran tak dianggap di kehidupan nyata Mikaela.
Yuichiro ingin sekali mencegah, menarik bahu Mikaela agar untaian dua lengan itu lerai. Namun seperti biasa Yuichiro membatu, tak punya upaya untuk melarang Mikaela dan Ferid yang berjalan berdua membelakanginya.
Ia hanya sempat menyentuh helai panjang Mikaela yang terurai dengan daya lemah, yang sontak membuat Mikaela menoleh sebentar dan menghentikan langkah sambil berujar, "Jika aku sudah menikah, aku tidak mungkin masih berada di dunia modeling, Yuu-chan."
Mungkin lebih tepatnya Mikaela tidak ingin jalan di tempat ketika sudah diikat oleh sebuah pernikahan. Paling tidak dia harus naik derajat jadi duta merek barangkali. Atau bisa jadi dia akan berhenti bekerja, menikmati harta sang suami dan menjadi wanita sosialita yang berkelas.
Penuturan itu tidak ditanggapi dan tidak diimbangi dengan perasaan lega. Yuichiro malah termakan rasa risau. Risau karena Mikaela lagi-lagi membuatnya cedera. Memunggunginya pergi bersama orang lain sekalipun di masa kini itu hanyalah sebuah skenario peran. Dan entah sampai kapan akan terus menjadi skenario. Ataukah di kemudian hari akan menjadi takdir yang sebenarnya seperti yang sudah-sudah, tidak ada yang tahu.
Kau memunggungi, hatiku turut terseret pergi.
Sehelai pirang rontok yang mengait pada jemari, Yuichiro kantongi untuk disimpan.
Kali ini Guren sangat puas dengan akting Yuichiro. Tidak seperti biasanya penyanyi senewen ini berhasil memeragakan peran hanya dalam satu kali pengambilan. Yuichiro benar-benar seperti orang yang tersakiti, tidak rela melepas sang kekasih yang ingin meninggalkannya pergi.
Sebenarnya itu bukan kepura-puraan tuntutan skrip, tapi karena memang kesungguhan hati Yuichiro yang sepuluh tahun lalu tidak ia ekspresikan. Dan kini ia menampakkannya langsung selagi makhluk yang pernah membuatnya nyaris gila kini berdiri di depannya berhadap-hadapan.
Ia berkata lewat kilat mata―ada luka terpancar di sana. Ia menunjukkan perasaan cintanya lewat sentuhan―sentuhan pada pipi Mikaela. Kulit Mikaela luar biasa lembut, melenakan dan membuat Yuichiro semakin tidak ingin melepasnya pergi. Ia meraum lewat gelagat tangan yang melakukan gerakan bersiap mencakar diri sendiri, merefleksikan hatinya yang tergarut hancur karena diselingkuhi.
Mata biru menatap biasa-biasa saja. Tidak ada getar-getar rasa iba karena dirinya harus mengaplikasikan diri untuk tidak ingkar telah mendua. Dan kamera mengambil rekaman dalam mode berputar.
Seusainya, Mikaela sedikit bersikap aneh. Kesal dan memandang jengah Yuichiro dari kejauhan. Wanita itu bergegas pulang dengan alasan ada job di tempat lain.
Kelakuan Mikaela semakin membuat Yuichiro meradang esok harinya. Meski itu hanya sandiwara tapi Mikaela seolah melakukannya dengan sengaja. Kata sengaja menurut sudut pandang Yuichiro yang telah sensitif.
Adegan Mikaela yang rela dicumbu Ferid di bawah terjunan air, terlihat panas, menggelora dan seduktif. Mimik Mikaela yang seakan sangat menikmati memberi gambaran selanjutnya bahwa barangkali Mikaela bersedia jika nanti ditiduri Ferid di luar dari jam syuting.
Kembali Yuichiro menuangkan rasa marah dan terluka lewat bias mata, bahasa tubuh yang menyirat makna tidak terima ketika mereka dihadapkan satu sama lain di dalam sungai dangkal.
Pun Mikaela yang sengaja dilakonkan basah kuyup memaparkan ekspresi yang semakin menantang. Angkuh seolah keputusannya bulat bahwa sang pria patut dia campakkan. Wanita yang berubah menjadi jahat, merasa bangga karena telah menyakiti sang kekasih.
Refleks Yuichiro memegang lengan Mikaela. Mencegat Mikaela yang hendak pergi memunggunginya. Si pirang agak kaget karena ini tidak ada dalam naskah. Seharusnya Mikaela dibiarkan pergi ke pelukan Ferid tanpa ada pencegahan. Namun Guren dan semua kru yang buta, sekali lagi menganggap bahwa Yuichiro berimprovisasi.
Hari terakhir proses syuting. Lelah yang menggantung seketika rontok tatkala sang produser berseru akan mentraktir semua kru, pemain dan penyanyi minum-minum.
Setting tempat yang telah selesai ini berlokasi di sebuah alam terbuka. Prefektur yang memiliki sebuah objek sungai dengan batu-batu besar dan berair terjun. Airnya jernih sampai dasarnya pun bisa ditelisik jelas dari atas. Pohon-pohon merimbuni di sekitar, menamengi rasa panas dengan cara menaburkan hawa sejuk dari hasil pertukaran gas. Lokasi ini dipilih sebagai pengambilan syuting di hari terakhir karena memang jaraknya sangat jauh dari ibu kota.
Mikaela baru saja selesai mengeringkan badan. Efek catok lurus telah hilang berkat siraman air, menampilkan helai-helai pirang yang aslinya ikal panjang bergelombang mencapai pinggang.
Asesoris pita merah ditambahkan di kepala. Diikat serupa bando dengan simpul yang mencuat, menemani penampilannya yang terlihat sangat feminim dengan perpaduan blus putih lengan panjang berdetail pita di bagian tengah kerah yang mana pada bagian bawah blus dimasukkan ke dalam rok hitam panjang semata kaki berbahan lace.
Mikaela meminta maaf karena dia dan kakaknya tidak bisa ikut minum bersama karena memiliki agenda pekerjaan lain yang kini tengah menunggu.
Padahal Yuichiro berencana ingin berbicara banyak dengan Mikaela setelah acara minum-minum. Ia mengingat perkataan Shinoa tentang isyarat kosmis yang pernah diucapkan di hari pertama pengambilan syuting. Isyarat kosmis yang Yuichiro telaah sendiri apa maksudnya. Pertanda bahwa sejagat raya telah berkomplot mempertemukan ia dan Mikaela lewat sebuah pembuatan promosial video.
Tentu ia tidak akan membuang kesempatan yang mungkin saja ini adalah peluang terakhirnya untuk meminta klarifikasi atas apa yang pernah Mikaela lakukan dulu.
Mendengar penuturan Mikaela yang tidak bisa ikut bergabung, Yuichiro bertindak maju berlangkah-langkah lebih awal.
Yuichiro mendekatinya di kursi rias yang diciptakan darurat di alam terbuka. Mikaela membiarkan wajahnya terpoles riasan dewy. Terlihat lembab namun berkilau dari dalam dan perona mata berwarna merah sewarna dengan pulasan di bibir, warna anting dan cat kuku. Penampilan Mikaela memperlihatkan bahwa dia akan siap pergi.
Tas jinjing diraih, Mikaela berdiri dan baru saja memijakkan satu langkah tangannya berhasil ditarik Yuichiro.
Seketika Mikaela menoleh. Yuichiro langsung menyergapnya dengan pertanyaan tanpa basa-basi. "Kenapa kau meninggalkanku?"
"Kau tidak mendengar alasanku tadi? Aku punya pemotretan, Yuu-chan."
"Bukan yang sekarang tapi kenapa kau meninggalkanku sepuluh tahun yang lalu?"
Tubuh ramping proporsional itu memutar badan sepenuhnya menghadap si penyanyi. Pegangan itu terputus.
Dari sini Yuichiro baru menyadari bahwa tinggi badan mereka tinggal satu jengkal lagi nyaris sama. Padahal Mikaela mengenakan sepatu pump silver berhak pendek. Seingat Yuichiro, dulu Mikaela hanya beberapa senti di bawahnya. Sekarang perbedaan itu drastis sekali walaupun Mikaela kini seorang model.
"Maumu apa, Yuu-chan?"
"Kenapa kau muncul berwujud bak dewi dan memasang tampang tak berdosa, Mika?" Habis sudah kesabaran, Yuichiro memuntahkan unek-unek. "Aku sungguh terganggu dengan sikapmu yang sok suci!"
Mikaela agak shock karena dituding penuh kepura-puraan. Dia pun membalas tidak kalah sinis. "Lalu kau apa? Malaikat?" Raut Mikaela terpatri menahan geram, "Mungkin kau tidak pernah berkaca ya, bahwa kaulah pendosa yang sebenarnya, Yuu-chan!"
"Sekarang kau menuduhku! Permainan macam apa ini, Mika?! Kau memutarbalikan fakta!"
"Kau yang mengataiku lebih dulu!" Mikaela membalas dengan intonasi yang mulai meninggi.
"Karena kau meninggalkanku!" Yuichiro pun menyamaratakan nada bicaranya dengan suara Mikaela barusan.
"Kau kutinggalkan karena kau pantas kutinggalkan!"
Mendadak hening. Penekanan suara Mikaela tidak hanya membuat autis Yuichiro tapi para kru yang masih berberes properti. Mikaela terperanjat tapi tidak ditunjukkan. Dia mendapati banyak pasang mata menatap penuh tanya ke arah mereka.
"Itu jawabanku, Yuu-chan." Nadanya pun merendah seperti setiap dia bicara. Gerakan matanya liat memindai cepat orang-orang yang masih menoleh memandangi mereka.
Yuichiro sangat terpukul. Tertunduk pilu. Kecewa lantaran mendengar jawaban yang sebenarnya ia sudah ketahui apa jawaban itu.
Mikaela berbalik, memilih mengusaikan perkara ini dengan cara pergi karena memang dia harus pergi. Pergi dalam artian dia telah ditunggu jadwal lain atau untuk selamanya dari hal-hal yang menyangkut Yuichiro.
"Dan kenapa kau sampai kini tidak dinikahi olehnya?"
Mikaela kembali berpaling.
"Apa hubunganmu dengannya sama berakhirnya dengan hubunganmu denganku?"
Mikaela terlihat meneleng bingung.
Cahaya mentari yang mulai miring di penghujung musim semi memberikan efek dramatis. Sinar yang nyatanya tidak mampu memberikan pemahaman mengerti terhadap isi kepala wanita itu.
"Asal kau tahu sampai sekarang aku masih menyangkal bahwa kau bukanlah orang yang seperti itu, Mika."
"Maksudmu apa, Yuu-chan? Aku tak mengerti. Kau bicara apa?"
"Aku bicara mengenai pria yang membawamu kabur ke luar negeri. Yang kulihat di bandara."
"Hah?!" Mikaela melongo, masih bingung.
Yuichiro menatapnya serius. Bukti kalau memang perkataan itu juga yang telah mengganggunya selama ini. Jelas ini bukan guyonan. Saling melontar pernyataan bernada tinggi di tengah-tengah usainya proses syuting dan ditatap oleh semua kru yang masih berada di tempat bukanlah hal konyol yang sengaja dibuat-buat semata demi mencuri perhatian.
"Tunggu sebentar, biar aku mencerna sesuatu." Mikaela mengangkat tangan kirinya ke depan tanda larangan agar Yuichiro tidak mengoceh lebih jauh. Kemudian dia nampak bergumam, mengucapkan kata-kata yang sepertinya Yuichiro tahu apa itu. "Karena kulihat kau dengan siapa, perak rambutnya, aku tak kenal dia."
Mata lazuardi lalu membelalak histeris. Lengkap dengan sebelah tangan menutup mulut yang spontan membulat. Tak percaya. "Lagu itu terinspirasi dariku?"
Dijawab singkat dan datar. "Iya."
Tambah terkejut. Masih dengan mulut membulat tapi tangan Mikaela menepuk bagian dadanya. "Kau menuduhku berselingkuh?"
Kali ini Yuichiro hanya mengukir senyum getir nan kecut. Tidak perlu dijawab karena memang itu yang dulu netra hijau lihat.
Tertawa Mikaela pun lepas. Semua kru masing-masing menautkan alis. Heran berlipat.
Bersambung
a/n
Nyaris dua tahun memprakarsai diri menjadi penghuni kapal kecil YuuMika, shipper YuuMika Indonesia baru saja menetapkan hari YuuMika day yang jatuh pada tanggal 1 Oktober. Yee, telat banget ya. Hehe.
Dan fanfik ini khusus saya persembahkan sebagai perayaan penetapan tanggal sakral YuuMika day. Yee, sungguh teramat sangat telat banget sekali. Huhu.
Ini adalah fanfik longshot yang saya putuskan untuk dipecah menjadi dua chapter, berhubung netbook dan komputer di kantor(?) sudah tidak bisa lagi menembus situs ffn (Zenmate sekarang rempong banget) dan guna dibagi dua agar nanti dalam mengedit doc di ffn via android bisa enakan.
Terima kasih sudah bersedia membaca.
-Snaw-
