Tittle: Caffein

Author: DarkHwangLyi

Pair: VKOOK, TAEKOOK.

Slight! NamJin, MinKook.

Rating: T

Genre: Romance, little bit comedy?

Disclaimer: FF ini murni pemikiran Lyi, dengan sentuhan sentuhan nista MarbleHazel. BTS milik BigHit, Tae milik orangtuanya, Kookie milik Tae.

Terinspirasi dari cogan yang duduk di depan Lyi dengan nistanya.

Haiii! Imback~! Dengan ff baru yang makin gajelas ini:' /nangis/

Lyi gatau mau bilang apa:'

So,

Enjoy guys!

.

.

Pagi yang indah untuk memulai hari baru mempengaruhi coffee shop di kota padat Seoul, beberapa pria berjas hadir untuk breaktime dari rapat, mahasiswa dan anak sekolah menengah mengobrol bersama teman-temannya sebelum memulai pelajaran mereka, sama seperti pria manis berseragam sekolah Hongdeok High School yang sedang mendongakkan wajahnya untuk melihat daftar menu di caffe tersebut. Pria bername-tag Jeon Jungkook itu berbinar setelah menemukan menu yang cocok untuknya.

"Coffee Matcha Parfait, tolong." Putusnya pada kasir wanita yang sedang menatapnya dengan pandangan kagum itu.

"Ada tambahan lain?"

"Hmm, tidak, terima kasih."

"Baiklah, tolong ditunggu 5 menit lagi." Senyum wanita itu tidak memudar bahkan setelah Jungkook pergi dari hadapannya. Jungkook mencari-cari tempat yang cocok untuk mencurahkan inspirasinya. Ia tersenyum setelah mellihat kursi di pojok ruangan yang kosong dengan jendela menghadap ke arah jalan yang ramai.

Jungkook mulai mengeluarkan buku sketsa serta pensil dari tasnya. Sebagai murid di sekolah seni, Jungkook tidak perlu repot-repot membawa banyak buku tebal seperti murid kebanyakan, ia hanya memerlukan 1 buku dan peralatan menggambar di tasnya.

Ia baru saja ingin menggambar pohon yang berada di hadapan caffe, tetapi tanganya terhenti oleh suara lembut seorang wanita. "1 Coffe Matcha Parfait datang."

Ahh, wanita kasir tadi menaruh pesanan Jungkook dengan hati-hati. "Terima kasih." Jawab Jungkook dengan senyum manisnya. Wanita itu terkesiap sebentar lalu mengangguk pergi.

Jungkook memakan parfaitnya seperti hari esok tidak akan ada, tidak mempedulikan mulutnya yang mungkin sudah belepotan oleh krim. Setelah merasa parfaitnya akan habis dalam waktu kurang dari 3 menit jika ia memakan dengan rakus seperti itu, akhirnya Jungkook berhenti memakan pesanannya itu, menarik nafas sejenak lalu menatap lurus kedepan-seketika terkesiap melihat pria bersurai pirang sedang menatapnya sambil terkekeh.

Pria itu menyentuh ujung bibirnya sendiri-memberitahu kepada Jungkook bahwa ada krim disana. Jungkook buru-buru menyentuh bibirnya sendiri, mengusapnya sedikit supaya bibirnya tidak lagi kotor oleh krim nista sialan itu.

Pria itu memasang earphone di telinganya-kembali berkutat dengan laptopnya. Jungkook merasa wajahnya memanas seketika, ia segera mencari ponselnya-mengobrak-abrik tasnya dengan brutal.

Ia mengarahkan kamera ponselnya pada pemuda pirang tadi.

Cekrek cekrek

Send success!

Kookie: ASTAGA PARK JIMIN! LIHAT! DIA TAMPAN SEKALI!

Kookie: PARK JIMIN! CEPAT PERGI DARI PANGKUAN MIN YOONGI DAN BALAS PESANKU SEKARANG!

Jiminie: Aishh bocah, kau selalu mengganggu aktivitasku:(

Jiminie: Dia lumayan tapi,

Jiminie: Fotomu tidak jelas bodoh! Foto ulang!

.

Jungkook membulatkan matanya ketika membaca pesan dari Jimin-mengecek kembali fotonya yang ternyata sedikit blur dan menghela nafas kesal, ia grogi sampai fotonya goyang, bodoh.

Jungkook mengarahkan kembali ponselnya kedepan-bersiap untuk memfoto pria itu untuk kedua kalinya, tapi nihil. Pria bersurai pirang tadi sudah tidak berada di mejanya semula, membuat Jungkook mendesah kecewa sekaligus menghentakkan kakinya kelantai beberapa kali seperti anak kecil.

"Kenapa dia pergi begitu cepat?" Gumam Jungkook pada dirinya sendiri.

"Siapa yang pergi?" Suara bass yang ada dibelakangnya hampir membuat Jungkook melempar ponselnya ke segala arah. Jungkook langsung memutar tubuhnya dan melihat pria yang seharusnya menjadi objek fotonya sudah ada dibelakang tubuhnya, lengkap dengan seringai memukaunya.

"Kau tau mengambil gambar seseorang tanpa izin adalah salah satu kejahatan yang membuatmu mungkin bisa ditahan?" tanyanya masih dengan seringai sambil berjalan kedepan-menarik kursi didepan Jungkook lalu mendudukinya dengan manis.

Jungkook merasa bahwa wajahnya kembali memerah karena malu luar biasa, membuat pria didepannya kembali terkekeh melihat tingkah Jungkook.

"A-aku aku tidak ber-" Jungkook tergagap-ia tidak bisa mengontrol wajahnya sekarang.

"Taehyung, Kim Taehyung." Ucap pria itu tenang sambil mengulurkan tangannya, Jungkook menyambut tangan pria itu dengan gugup-mengerjapkan mata beberapa kali sebelum melepaskan tautan tangan mereka.

"Jadi?" Tanya Taehyung membuat Jungkook mengerutkan keningnya binggung.

"Namamu Bunny." Lanjut Taehyung ketika tidak mendengar jawaban apapun dari bibir cherry pria di depannya itu.

"J-jungkook, Jeon Jungkook." Jawab Jungkook masih gugup, diam-diam Jungkook menghela nafasnya karena sudah menjawab pertanyaan Taehyung dengan jelas.

"Jadi, kembali pada topik sebelumnya, bagaimana kau menjelaskan tentang mengambil fotoku secara diam-diam?"

"Ahh-aku tidak bermaksud untuk mengambil fotomu. Aku hanya, emm-aku.."

"Begini saja, bagaimana jika ganti rugi?" Tanya Taehyung.

"Ganti rugi? Apakah segelas Espresso cukup?" Tanya Jungkook dengan polosnya.

Taehyung memikirkan saran itu beberapa saat. Ia mengerutkan dahinya sambil mengetukkan jarinya di dagu berfikir, lalu menghembuskan nafas sesaat.

"Bagaimana jika aku menolak?" Ucap Taehyung bertanya pada yang lebih muda. Jungkook membulatkan matanya-binggung harus membayar foto Taehyung dengan apa.

Melihat Jungkook yang ketakutan seperti kelinci yang terperangkap membuat Taehyung mau tidak mau tersenyum. "Sepertinya ada yang lebih bagus dari pada segelas Espresso." Mendengar itu membuat Jungkook menatap Taehyung penuh harap.

Taehyung mendekatkan wajahnya pada Jungkook, mengecup singkat bibir Jungkook lalu membisikan sesuatu di telinga yang lebih muda.

"Kurasa sebuah ciuman manis setiap hari selama seminggu lebih baik." Bisik Taehyung membuat Jungkook membulatkan matanya.

Taehyung mulai melumat bibir Jungkook lagi-kali ini dengan sedikit mengigit bibir bawah Jungkook. Ciuman manis itu mungkin tidak akan berhenti jika seseorang di sebelah mejanya terbatuk-batuk dengan sengaja-membuat Jungkook lebih dulu melepaskan pagutannya pada Taehyung.

Taehyung terkekeh sebentar. "Sepertinya kita diganggu." Guraunya pada Jungkook yang sedang menyembunyikan wajahnya malu.

"Ah ya, Bunny-" ucap Taehyung membuat Jungkook menatapnya.

"Apakah bibirmu terbuat dari caffein?" Jungkook mengerutkan dahinya binggung.

"Karena orang bilang Caffein bisa membuat seseorang kecanduan. Dan aku mulai merasa candu akan bibirmu." Lanjut Taehyungnya lengkap dengan seringai yang membuat Jungkook memerah seperti kepiting rebus.

Jungkook menundukan wajahnya berfikir apa yang sebenarnya terjadi disini.

Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?

Karena seperti dirinya, seperti Caffein,

Aku mulai kecanduan akan senyuman itu.

.

END

.

Ini emang terinspirasi dari kejadian nyata Lyi, tapi,

Kalo soal cogannya nyapa Lyi itu hanya mitos./nangis/

Makasih buat MarbleHazel yang udah revisiin ni epep gajelas:'

Makasih udah nolong disaat-saat susah.

Makasih masih bisa senyum ke Lyi saat yang lain ngga:'

Lyi sayang kamu:'*

.

Ah iya, buat Heartsting,

Maaf dengan sangat Lyi stop.

Karena udah bulukan dan Lyi dibully dan hilang feel saat nulis.

Yah, entah ada yang baca ff ini atau tidak,

Tapi tak apa.

Segitu aja kali yaa?

Budayakan RLC guys!

Thankyou:*

Peluk hangat, Lyi.