Satu lembar kertas putih itu mulai ditulisi, sebatang pena bertinta biru segera termainkan oleh jemari.

Mata si pemilik pena itu mulai berbinar, inilah karya perdananya, yang semoga akan membuahkan karya-karya selanjutnya.

Dari satu lembar, bertambah menjadi dua, dari dua menjadi tiga, dari tiga menjadi empat, dan seterusnya. Terus begitu, selama berminggu-minggu yang pelan-pelan mengubah tahun.

Tidak cukup setahun. Tidak hanya dua-tiga tahun berlalu. Belasan tahun pena yang sama (namun hanya berganti tinta) telah menulisi puluhan ribu lembar dengan berbagai arah.

Mengambil kejadian nyata yang benar-benar terjadi sebagai bumbu tulisan, dihiasi oleh tingginya imajinasi khas anak-anak.

Produktifitas dan kreatifitas yang tinggi, 'dia' menuliskan berbagai banyak karya, hingga dia dewasa. Ditetapkannyalah penulis sebagai profesinya.

Semboyan citrakan alam semesta dalam untaian kata tercipta, melukiskan seluruh harapan dan imajinasi 'penulis' di bawah langit yang sama.


Sama, seperti milyaran manusia lainnya.


Hanya saja...

Kata pepatah (mungkin saja selalu) memanglah benar:

"Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semua yang hidup akan pergi, semua yang dihasilkan dan didapat akan 'hilang', dan semua yang didirikan kelak akan hancur. Dunia ini hanyalah semu semu dan semuanya adalah ilusi, membuat manusia berdelusi, ketika kehilangan akan gila dan berhalusinasi, akan segala harta duniawi."

Mata yang semula bening berbinar kini mulai merabun dan berkaca. Pandangan luasnya kini telah terhalangi oleh sepasang beningnya lensa.

Si 'pemilik' pena telah menua, telah uzur usianya, siap untuk ditelan masa yang senja.

Masa-masa sempurna ketika 'dia' dewasa telah berakhir, tergantikan oleh masa tua yang penuh kesendirian.

Menitikkan air mata kini tidak lagi berharga maknanya, hingga tubuh itu rebah dan rohnya beralih meninggalkan dunia penuh kefanaan.

Mungkin saat inilah terakhir kali sang arwah bisa melihat raga kasarnya yang terkubur di dalam liang lahat, siap untuk ditelan tanah, dan menjadi tempat bercelatungnya belatung-belatung yang bisa saja memakan jasad malangnya.

Bermilyar-milyar kata maaf sang jiwa dirasa tidak berguna lagi, mau diucapkan kepada siapa lagi? Bahkan begitu kecil kemungkinan orang lain untuk melihatnya —apalagi mungkin juga suaranya.

Berjuta tetes air mata yang membanjir sama sekali tidak bisa membantu'nya' untuk kembali pada raga kasarnya, sekalipun darah merah pekat yang keluar dari pelupuk mata.

Semua sia-sia. Kini arwahnya harus menanggung semua perbuatannya di dunia. Harus ditimbang, ringankah perbuatan baiknya? Beratkah timbangan kebaikannya?

Semua menentukan tempat dimana dia akan menjalani kehidupan yang kekal...

Meninggalkan segalanya. Semua yang dia miliki semasa di alam fana ini. Harta, jabatan, profesi, takhta, dan sisa-sisa keluarga tercinta tidak lagi bisa dimiliki olehnya lagi.

Raga matinya dimasukkan ke liang lahat yang telah digali sebelumnya. Hanya terbungkus busana tipis yang sebentar lagi akan ikut terurai bersama bangkai. Tidak ada yang menemani. Semua gelap dan sunyi. Suara doa-doa kerumunan manusia hidup hanyalah sesaat, sebelum mereka semua menaburkan bunga mawar dwiwarna dan kemudian pergi...

Tidak terkecuali dengan sebatang pena yang masih bagus isinya, dan selembar kertas putih polos yang masih halus hasil sentuhannya.

Malam-malam sepi, dimana beberapa tahun —mungkin juga beberapa hari— sebelumnya masih ada beberapa kegiatan di ruang kerja ini. Pena dan kertas itu tergeletak tidak berguna begitu saja...

... Di atas meja ruang kerja yang perlahan mulai dipenuhi debu, ikut berkabung dalam haru, dan terselimuti oleh kotoran yang sama sekali tidak diinginkan...

Semua sudah mati...


~*oOo*~

Hetalia - Axis Powers (c) Himaruya Hidekazu. Penulis tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apapun atas pembuatan karya.

- NIGHTMARE -

{I - Opening: Hidup itu dinamis. Namun aku tidak bisa tirut berlarian disana, bersama yang lainnya.

Rated: T (R-13 — R-15). Genre: Horror, Family, Friendship, Drama (!?), Fantasy. Language: INDONESIAN.

Notes: OC, Multichapters, AU, crackpairs yang merupakan otps author, kebanyakan genres XD, etc...

Setting: FANTASY! KINGDOMS (?).

Other Notes: Dalam rangka tidak jadi hiatus- *plak!*

#For: REITODEISA.

Main Characters:

(Another) APH Indonesia - LINTANG INFANTERI.

APH! 2P! Fem! Indonesia - KARASYA INFANTERI.

-Indonesia; 16 Juli 2017-

*~...oOo...~*


"Lintang! Kembali!"

Satu seruan itu tidak digubris oleh si empunya nama yang berlari keluar dengan menjinjing agak tinggi gaun merah berselendang ungu yang mengalungi lehernya. Sengaja dia gunakan begitu, agar tidak terjatuh.

"Tidak! Eheheheh...!" jawaban dengan cekikikan kecilnya mengiringi jalannya memimpin kelima saudarinya yang tertinggal langkah di belakang.

..

•••

..

Para pelayan dan prajurit yang sedang bertugas tersenyum melihat kelakuan mereka. Keenam kakak-beradik yang begitu kompak.

"Lihatlah, Raina puteri Lintang membuat kelima saudarinya berlarian di dalam istana lagi. Betapa aktifnya dia..." Yang dipanggil Raina ikut tertawa pelan.

"Benar sekali, Lin. Seperti tidak ada lelahnya."

Mereka terkikik bersama lagi. "Tapi, ngomong-ngomong, dimana puteri Karasya?"

*o0o*

"Lintaaaaaaaaannnnngggg! Berhenti disana!"

Mereka masih berlarian, keenam puteri dengan nuansa yang berbeda dari masing-masing mereka.

Tunggu, ada apa ini?

"Awaaaaaaasssss!" Lintang berseru supaya orang-orang yang berlalu-lalang di jalur yang akan dilewatinya menepi.

Agar tidak tertabrak olehnya, tentu saja.

Namun lagi: "Dimana puteri Karasya? Mengapa dia tidak ikut?"


"Maaf, tapi aku berbeda..."

-KIK-


Pintu menuju balkon dia buka. Membiarkan udara baru mengisi kamarnya yang selalu tertutup. Mengizinkan suara-suara luar memasuki liang telinganya yang telah ditulikan oleh segala keironisan.

Keironisan yang terus-menerus menguncinya agar tetap berada di sana. Seolah membelenggunya, mengikat Karasya supaya tidak bisa merasakan kesenangan hati seperti saudara-saudarinya.

Apa hanya dia, yang tidak pantas untuk merasakan suka hati seperti yang lain?

Karasya menghela nafas, iris cokelat nyaris hitamnya melirik ke bawah, melihat keenam saudari mudanya berkejar-kejaran menuju gerbang keluar...

Ada rasa iri yang tumbuh di dalam hati, berduduk bersama sekobar api lara yang sama-sama tersembunyi. Mengapa dunia seolah mengolok dia? Mengapa dunia sepertinya senang atas segala kesedihannya?

Mungkin, inilah sebabnya dia memilih warna hitam, merah, ungu gelap, dan emas sebagai warna gaunnya.

Warna-warna yang pernuh dengan kesedihan dan kemuraman, pernuh ketidakpiasan dan kekalapan, segala emosi negatif dalam diri manusia.

Untuk yang kedua kalinya, Karasya menghela nafas.

'Anak kecil sepertinya memiliki 'perasa' untuk merasakan masa mendatang, meskipun tidak sadar...'

"A Damaged Princess, that is me..."

Sebuah cincin berlian dia loloskan dari tangannya, tidak peduli akan jatuh dimana.

•••

Ada satu yang yang tidak dia sadari, yaitu kemanakah cincin berlian itu terjatuh...

"Kara." Pemuda tinggi berbusana hitam itu menyeringai, sebelum melanjutkan jalannya.

end.


A/N: SAYA MASIH HIDUP! SAYA MASIH HIDUP! SAYA BELUM MAU HIATUUUUUSSSSSSS! /lar, staph.

Ada yang baca cerita ini, kah? :v Kok saya tidak yakin ada yang mau baca-review-favs-follow, ya? :v *PLAK!*

.

Btw, terima kasih sudah membaca, dan selalu: Salam Indonesia~

—INDONESIAN KARA.