Is This The Pain Of Love ?
.
.
.
Disclaimer:
Vocaloid bukan milik saya. Tapi fic ini milik saya.
Rating: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort.
Warning: Typo maybe, ada beberapa kalimat yang tidak sesuai dengan EYD, alur kecepatan.
Summary:
"Apakah aku harus merasakan sakitnya cinta?"
[Rin PoV]
Hujan membasahi tubuhku. Aku terus melintasi jalan yang sepi itu untuk menuju rumahku. Tiba-tiba aku melihat seorang pemuda berambut honey blonde.Tiba-tiba dia melihat kearahku. Matanya yang indah bewarna blue azure sama dengan mataku. Aku tidak bisa mengenalnya di dalam hujan ini, karena penglihatanku sangat kabur. Samar-samar aku lihat dia berjalan kearahku.
"Rin-chan, kok kamu hujan-hujanan sih?" katanya.
Ternyata pemuda itu adalah Len-senpai. Dia kakak kelas yang bersekolah sama denganku. Dia sangat populer di sekolah. Banyak perempuan yang ingin menjadi pacarnya, tetapi Len-senpai selalu menganggap mereka semua remeh.
"A-Aku lupa membawa payung." Jawabku singkat tapi gugup.
Jantungku berdegup kencang, aku tidak menyangka Len-senpai yang sangat populer di sekolah, bisa mengingat nama ku. Memang, pada semester satu, kami mengikuti ekstrakulikuler yang sama, yaitu musik. Tapi pada semster dua, aku memilih ekstrakulikuler jurnal, sedangkan Len-senpai memilih basket.
"Mau aku antar pulang?" Len senpai tersenyum padaku.
"B-Boleh, kalau senpai tidak keberatan.."
"Tentu saja tidak!" Len-senpai langsung menarikku ke dalam payung. Memang, payungnya lumayan kecil. Jadi agar aku tidak kehujannan, Len-senpai mendekapku di sepanjang perjalanan. Wajahku memerah, dan semakin memerah. Tapi, kehangatan tubuhnya membuat aku nyaman. Sangat nyaman.
"Sudah sampai. Rin-chan masuk kedalam rumah ya, nanti kalo kehujanan bisa sakit lho." Ujar Len-senpai.
"T-Terimakasih Len-senpai, tidak mau mampir dulu?"
"Tidak usah, aku masih banyak tugas dari sekolah."
.
.
.
Setelah mengganti pakaian, aku langsung membanting tubuhku ke kasur. Aku terus mengingat kejadian tadi. Mukaku memerah dan aku langsung menutup mukaku dengan bantal berbentuk jeruk. Hari menunjukkan pukul 7.00 malam, tanpa menghiraukan jam, aku langsung tidur di kasur ku yang empuk.
.
.
.
.
Pagi ini aku sarapan seperti biasa, roti dengan selai jeruk. Lenka, sepupuku sedang mandi. Aku tinggal bersama sepupuku dikarenakan kedua orang tua kami bekerja di kota yang berbeda dari tempat tinggal kami. Jadi, aku hanya tinggal berdua bersama Lenka.
Aku melirik jam, ternyata sudah jam 7.05, aku langsung pergi kesekolah dengan berjalan kaki. Jarak dari rumah ke sekolah ku lumayan dekat, jadi aku tidak harus menggunakan kereta. Di jalan, aku bertemu dengan Len-senpai.
"Rin-chan!"
"L-Len senpai..?"
"Kamu sendirian aja? Pergi ke sekolah bareng yuk?"
"B-Boleh deh.."
Kemudian Len-senpai langsung merangkul tanganku. Lagi-lagi mukaku memerah seketika, jantungku berdegup kencang.
Sesampainya di sekolah, Len-senpai masih merangkul tanganku. Beberapa pasang mata melihat dengan pandangan tidak percaya. Tapi diantara beberapa pasang mata tersebut, ada satu pasang mata yang melihat dengan pandangan tajam ke arahku. Orang itu terus melihatku sampai Len-senpai melepaskan tangannya dariku.
"Rin-chan, kelas kamu disini kan? Udah masuk aja ya."
"..."
"Rin-chan? Kamu kenapa?"
"A-Ahh.. tidak apa-apa. Len-senpai masuk saja ke kelas."
"Oke."
.
.
.
Luka-sensei memasuki kelasku. Kelasku yang awalnya ribut menjadi hening tanpa suara. Yang terdengar hanyalah suara detak jam.
"Semuanya, kerjakan soal yang ada di buku matematika dari halaman 160 sampai 165. Guru akan rapat, jadi sensei harap kalian tidak ribut." Ujar Luka-sensei.
"Baik Luka-sensei." Jawabku dan teman-temanku.
Setelah Luka-sensei keluar dari kelas untuk menghadiri rapat guru, teman-temanku mengerjakan tugas yang diberikan oleh Luka-sensei.
.
.
.
Waktu makan siang pun tiba. Teman-temanku keluar dari kelas menuju kantin. Sedangkan aku masih mengerjakan latihan tadi. Tak terasa aku sendiri di kelas. Tiba-tiba Len-senpai masuk ke kelasku.
"Pfftt.. Rin-chan.."
"Len-senpai? Ada apa?"
"Makan siang bareng yuk!"
"Ayo!"
Len-senpai menarik tanganku. Dia membawaku ke taman. Sesampainya di taman, kami berdua duduk di kursi yang ada di taman. Len-senpai membuka bekalnya. Begitupun aku.
"Rin-chan, bekal kamu apa?"
"Aku.. um.. onigiri.. kalau Len-senpai?"
"Sama! Kok bisa ya..?"
"Hahaha.. ngga tau.."
Kami berdua pun menghabiskan bekal masing-masing. Sesekali Len-senpai mencubit pipiku yang sedang mengunyah makanan, aku pun membalas dengan mencubit tangannya.
"Rin-chan, itu di dekat bibirmu masih ada sisa makanan.."
"Dimana?" kataku sambing meraba-raba bibirku dengan sapu tanganku.
"Disini.." Len-senpai membersihkan sisa makanan yang ada di bibirku dengan sapu tangannnya. Aku menyadari bahwa orang-orang sekitar melihat kami berdua, ada yang dengan pandangan tidak percaya, pandangan takjub, atau apalah itu. Tapi Len-senpai mengacuhkan mereka, menganggap bahwa hanya ada kami berdua di taman sekolah ini.
"Nah.. sudah." Ujar Len-senpai sambil tersenyum kepadaku.
"A-Arigatou.." jawabku..
"Douitashimashite~ btw boleh minta nomor hp kamu ngga?" tanya Len-senpai kepadaku.
"B-Boleh.. sini aku tulisin di hp Len-senpai." Jawabku.
"Oke.. ini!" kemudian Len-senpai memberikan handphone-nya kepadaku, kami pun saling bertukar nomor handphone. Tak terasa waktu begitu cepat, bel masuk pun berbunyi. Len-senpai merangkul tanganku (LAGI) untuk berjalan ke kelas. sesampainya di kelas, semua anak perempuan heboh(?) termasuk sahabatku, Miku.
"Rin-chan! Tadi kamu jalan sambil pegangan tangan bareng Len-senpai?! Kok bisa?!" kata miku dengan nada tidak percaya.
"Tadi Len-senpai sendiri yang mengajak aku untuk makan siang sama dia kok." Jawabku santai.
"Oh begitu." Jawab Miku singkat.
"Emang kenapa Miku-chan? Kamu juga mau?" jawabku menggoda.
"E-Engga! Aku udah punya Kaito-senpai kok!" jawab Miku lagi. Aku bisa menyadari bahwa wajahnya memerah. Aku pun nyengir.
.
.
.
[Len PoV]
Dari sekian banyaknya perempuan di sekolah yang menyatakan perasaannya kepadaku, hanya Rin yang membuatku tertarik. Rambutnya yang bewarna honey blonde dan juga matanya yang bewarna blue azure yang sama dengan punyaku, menambah kecantikan yang terukir di wajahnya, dan juga hatinya.
Hari menunjukkan pukul 9.15 malam. Aku rasa aku harus meng-smsnya. Ya, aku sudah dapat nomor handphone-nya. Cukup mudah bukan, bagi seorang Len mendapatkan nomor handphone perempuan?
.
.
From: Len
To: Rin
Rin-chan lagi ngapain? Udah makan?
.
.
From: Rin
To: Len
Lagi baca novel, aku udah makan kok. Kalau Len-senpai?
.
.
From: Len
To: Rin
Lagi sms-an sama perempuan tercantik yang pernah aku lihat. Hahahaha..
.
.
From: Rin
To: Len
Iihhh Len-senpai apaan sihh?
.
.
From: Len
To:Rin
Ahahahah, pasti sekarang muka kamu merah yaa? Ayo jawab jujur!
From: Rin
To: Len
E-Enggak! Mukaku nggak merah sama sekali!
.
.
From: Len
To: Rin
Yaudah deh, kamu tidur aja ya Rin-chan. Oyasumi~
.
.
Begitulah percakapan singkatku melalui sms dengan Rin-chan~
Keesokan harinya...
.
.
.
Aku berjalan menuju sekolah. Pagi ini cuaca sangat cerah. Rambutku dihembus oleh angin pagi yang sejuk.
Sesampainya di sekolah, aku meletakkan tas ku. Meiko-sensei masuk ke kelas.
"keluarkan buku kimia, kerjakan halaman 35-40. 1 jam lagi akan dikumpulkan." Ujar Meiko-sensei yang selalu memberi tugas yang banyak, tetapi sangat jarang memeriksanya. Meiko-sensei kemudian mengeluarkan 1 botol bir dari tasnya dan mulai meminumnya.
Aku diam-diam mengeluarkan handphone-ku, dan meng-sms Rin.
From: Len
To: Rin
Rin-chan! Nanti pas jam istirahat, aku tunggu di taman belakang, oke?
Aku langsung memasukkan handphone-ku ke dalam tas, dan mulai mengerjakan tugas dari Meiko-sensei yang entah-diperiksa-atau-enggak.
1 jam berlalu, kemudian bel istirahat berbunyi. Aku segera pergi ke taman belakang. Ternyata Rin-chan sudah tiba disana lebih dulu.
"Rin-chan udah nunggu dari tadi?" tanyaku.
"Engga kok, baru aja nyampe." Jawabnya.
"Jadi begini.. kamu.. err.. mau.. nggak.."
"Mau apa?"
"Mau nggak.. err.. jadi.. pacarku?"
"H-Ha?!" kemudian aku bisa menyadari muka Rin berubah menjadi merah.
"iya.. Rin-chan mau ngga jadi pacar aku?"
"J-Jadi pacar.. Len-senpai?"
"Iya.. mau nggak? Nanti aku tunggu disini saat jam sekolah selesai, oke?"
"B-Baiklah.."
Aku pun kembali ke kelas, begitu juga dengan Rin. Rin tampak bimbang. Aku hanya berharap dia tidak akan menolakku, seperti aku ditolak oleh Ring, pada masa lalu.
"Hey, apa yang sedang kau pikirkan, Len?" tanya Kaito.
"Hm? Nanti kau akan tau sendiri, Kaito."
"Oh ayolah, jangan buat aku penasaran."
"Tidak."
"Katakan."
"Tidak."
"Yasudah, cepat atau lambat aku pasti tau, Len."
"Terserah."
Begitulah perdebatan singkat ku dengan Kaito yang selalu ingin tahu. Kemudian Meiko-sensei masuk ke kelas.
"Sekarang kita akan adakan ulangan Kimia. Silahkan baca buku kalian selama 30 menit, setelah itu ulangan akan dimulai."
"Ha?! Kok tiba-tiba sih?" kata Gumiya.
"Dasar Meiko-sensei." Kata Kaito.
Aku hanya mendengus kesal. Kemudian aku membaca buku-ku.
30 menit berlalu, ulangan Kimia langsung dimulai.
.
.
.
Bel pulang pun berbunyi, aku langsung berlari ke taman belakang, tapi ternyata Rin belum datang. Aku menunggu sekitar 10 menit, akhirnya Rin datang.
"Bagaimana Rin-chan? Bisa aku minta jawabannya sekarang?"
"Ya... um... A-Aku mau jadi pacar Len-senpai.."
"Beneran?"
"I-Iya."
Kemudian aku langsung memeluk Rin. Rin membalas pelukanku. Sesaat kami berpelukan, setelah itu aku berhenti memeluknya, kemudian memandang wajahnya sambil memegang bahunya.
"Rin, apakah kamu sudah pernah berciuman sebelumnya?"
"B-Belum.."
"Jadi, ciumanku akan menjadikan ciuman pertamamu?"
"A-Apa maksud Len—" kemudian aku langsung menutup mulutnya dengan jari telunjukku. Aku mendekatkan kepalaku ke kepalanya, dan aku bisa merasakan tubuh Rin gemetar. Aku berniat untuk menciumnya, tetapi..
"Len?"
SIAL! Lagi-lagi ini tertunda! Kaito merusak segalanya!
Aku langsung melepas tanganku dari pundak Rin.
"A-Apa?"
"Tidak apa-apa, aku tadi hanya sedang lewat, kalau begitu aku duluan ya. Ja ne!"
.
.
.
Aku langsung mengajak Rin untuk pulang bersamaku. Tapi sepertinya Rin tampak cemas.
"Rin-chan? Kamu baik-baik saja?"
"..."
"Ayolah, jangan pikirkan kejadian tadi. Kaito tidak melihatnya. Lupakanlah."
"I-Iya.."
"Yasudah, pulang bareng yuk?"
"Oke."
Kemudian aku langsung merangkul tangan Rin. Kami pulang bersama. Langit sore yang bewarna kemerahan menerangi kami sepanjang perjalanan ke rumah.
.
.
.
TO BE CONTINUED
Len: dasar Kaito! Merusak semuanya!
Rin: hampir aja keliatan -..-
Author: kufufu..~ Len gagal hahahah~
Len: dasar kau Mi-chan! *lempar meja*
Author: *lempar pisang*
Len: makasih~ *makan*
Rin: RnR please~ chapter 2 sedang dalam proses, mohon ditunggu nyan~ :3
