Disebabkan kebuntuan ide di ff gw yang pertama, gw malah menghasilkan ini. ARRRGH! Yasudahlah. Gw mendadak dpt ilham gr2 teringat sesuatu. Ide baru ini muncul disaat rumah gw banjir! Yak! Bener! Gw nulis ff ini sambil ngambang dirumah! *boong
Fufufufu. Ini ff gw bikin jg x Reader. Yaudahlah ya. Chapter 1 baru Akashi yg muncul *soale dia main chara* nti GoM yg lain jg ada kok. Tanpa capcipcus, langsung aja baca!
Warning : Gaje, abal, OOC akut, typo(s), judulnya gak nyambung.
Pairing : Akashi x Reader x ... (masih rahasia)
Rate : T
Genre : Supranatural and friendship (untuk sementara)
Body x Soul
Kuroko no Basuke Milik Fujimaki Tadatoshi-san
Body x Soul adalah khayalan bejad sang author saat banjir
Chapter 1
.
.
.
Kau sedang memandang jauh keluar jendela kelasmu. Bengong. Bengong dan bengong. Entah apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan. Wajahmu serius sekali, mungkin kau sedang memikirkan masalah yang cukup rumit?
'Sepertinya nanti enaknya makan malam pakai Oyakodon deh, haha~'
Eh? Oyakodon? Ternyata oh tenyata, tak disangka kau sedang memikirkan menu makan malammu nanti. Pikiranmu yang sederhana tidak sejalan dengan ekpresi wajahmu. Baiklah.
"Hei, kalau sedang bertugas, jangan bengong."
Seseorang membangunkanmu dari mimpi indahmu tentang 'makan malam dengan Oyakodon'. Siapa yang berani-beraninya menggangu khayalan nikmatmu di saat yang tepat? Tentu saja orang itu. Kau menoleh ke arah orang itu dalam keadaan setengah sadar, sepertinya kau masih ingin menikmati mimpi indahmu sejenak.
"Oi! Kubilang, jangan bengong! Kerjakan tugasmu. Dan jangan berdiri disana. Kau membuat bayangan di papan shogiku."
Orang yang sedang mengganggu khayalanmu itu bernama Akashi Seijuuro, sang kapten dari klub basket yang terkenal mengerikan di sekolahmu. Lagi-lagi sepertinya Akashi sedang main shogi sendirian di kelas.
"Oh, baiklah Akashi-kun, aku pindah."
"Ha~ memang seharusnya kau minggir dari tadi."
Cara bicara Akashi sungguh menohok jantungmu tepat di tengah. Kau memajukan bibirmu beberapa centi.
Sebenarnya apa yang sedang kau kerjakan? Padahal ini sudah waktunya pulang sekolah. Benar, kau sedang piket kelas hari ini. Tugas piket hari ini seharusnya dikerjaan berdua dengan temanmu tetapi dia izin pulang karena sakit, jadi terpaksa kau mengerjakannya sendirian. Menyapu lantai, membersihkan papan tulis, membuang sampah, mengisi spidol, dan lain-lain adalah tugas yang harus kau kerjakan hari ini.
Saat sedang menyapu, pandanganmu teralihkan keluar jendela, pada saat itulah mimpi indahmu di mulai, dan juga dikacaukan oleh seseorang.
"Akashi-kun, kau tidak latihan?"
"Berisik. Kau mengganggu konsentrasiku. Hari ini tidak ada latihan basket."
"Lalu kenapa kau tidak pulang?"
"Ck."
Decakan keras keluar dari mulut seorang Akashi. Sepertinya dia memang tidak ingin diganggu.
"Gomen."
Kau hanya memandangi Akashi yang sedang sibuk dengan shoginya dan kemudian melanjutkan kegiatan menyapumu.
Sejenak kau berpikir, kenapa kau sangat tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan Akashi. Sebenarnya bukannya kau benci dengannya, hanya saja dia terlalu mengerikan. Saat kau bicara padanya ada saja yang salah dan berakhir Akashi menyodorkan guntingnya padamu.
Segala urusanmu yang berhubungan dengan Akashi selalu berjalan buruk, sehingga kau lebih memilih untuk menghindari terlibat dengannya.
"Sip. Selesai. Waktunya pulang."
Kau bersiap-siap untuk pulang. Semua tugas piketmu sudah kau kerjakan.
Kau melirik ke arah meja tempat Akashi main shogi, tetapi kau tidak menemukan sosok bersurai merah itu. Sejak kapan dia pergi? Kau sampai tidak sadar.
'Jangan-jangan dia sudah pulang', pikirmu.
.
.
.
Kau berjalan menuju halte bus. Kau pulang dengan naik bus karena rumahmu cukup jauh, namun terkadang kau pulang naik kereta.
Setibanya dekat halte bus, kau melihat sesosok merah memakai seragam sekolahmu duduk di bangku halte sambil membaca buku. OH! Itu Akashi Seijuuro.
"Akashi-kun?"
"Oh, kau lagi."
"Kenapa kau ada disini? Kau naik bus?"
"Kebetulan saja. Hari ini supirku tidak bisa datang tepat waktu karena mobilku mogok. Aku terpaksa naik bus."
Kau heran. Akashi adalah anak konglomerat, apa dia sudi naik bus? Kalau busnya penuh bagaimana? Dia masih mau? Entahlah.
"Oh, kupikir kau tidak mau naik bus. Setidaknya naik taksi."
"Bukan urusanmu."
Akashi membalas omonganmu dengan nada sinis. Daripada mendadak menjadi landasan empuk gunting merahnya, kau lebih memilih untuk diam saja.
"Ah, busnya datang. Ayo, Akashi-kun."
"Aku tau, aku bisa lihat. Jangan sok akrab denganku."
Lagi-lagi Akashi bicara begitu. Ya sudahlah.
Ternyata hanya kalian berdua saja penumpang bus tersebut. Kau duduk di baris depan, sedangkan Akashi lebih memilih duduk di bangku paling belakang dekat jendela.
Kau hanya bisa sedikit melirik-lirik Akashi yang duduk di belakang. Kau penasaran. Aneh saja, seorang Akashi mau naik bus seperti ini, untung saja kosong.
Terkadang saat kau meliriknya, dia membalas lirikanmu. Tentu saja dengan lirikan tajam bukan lirikan yang genit. Apa sebenarnya kau harapkan!
Tiba – tiba saja..
NGIIIIIIIINGGGGG‼
Decitan ban bus mengaum keras. Busnya mengerem mendadak. Kau jatuh dari tempat dudukmu. Kau melihat Akashi, dan dia juga sepertinya kerepotan untuk mempertahankan posisinya. Bus yang kau dan Akashi tumpangi terguncang hebat, sepertinya sang supir berusaha untuk menghindari tabrakan dengan mobil besar yang tiba-tiba saja muncul dari arah yang berlawanan.
NGIIIIIIIIIIINGG!
Suara decitannya memekakan telinga. Kau hanya bisa berpegangan pada besi pegangan di hadapanmu, kau tidak sanggup berdiri. Akashi, bagaimana dengan Akashi? Sepertinya ia berusaha untuk berjalan ke depan menghampirimu, namun dia terjatuh saat tiba-tiba bus kehilangan keseimbangan dan tumbang ke samping. Tidak hanya sekedar tumbang, bus tersebut kemudian ditabrak mobil-mobil dari jalur yang berlawanan. Mobil-mobil tersebut menjepit bus itu.
Kau berteriak kuat saat kejadian itu terjadi. Kepalamu terbentur keras. Darah, darah, banyak darah dimana-mana. Tubuhmu terjepit lekukan besi bus yang pengok karena tabrakan hebat. Sekujur tubuhmu mendadak tidak bisa bergerak. Mati rasa. Kau merasakan kesakitan dan kemudian pingsan.
.
.
.
.
Kau berusaha untuk membuka kelopak matamu. Sulit sekali rasanya. Pandanganmu buram. Suasana di sekitarmu terasa gelap. Walaupun begitu, kau berhasil membuka matamu. Kau sadar, kau sedang ada di kamar serba putih. Apa ini rumah sakit? Ah, ternyata memang rumah sakit.
Kau melirih kesakitan. Tangan kananmu terasa sakit. 'Kenapa tanganku sakit sekali', pikirmu.
Tiba-tiba saja kau teringat dengan kejadian mengerikan yang terjadi di bus. Ingatanmu agak memudar. Kau tak ingat keseluruhannya. Tapi kau tau, kau baru saja mengalami kejadian yang disebut 'kecelakaan'. Kepalamu mendadak sakit.
'Aduh.. Kepalaku.'
Kau memegangi kepalamu yang diperban. Saat itu, kau melihat tangan kananmu juga diperban, sepertinya tanganmu terluka. Tetapi ada yang aneh.
'A-are? Sejak kapan tanganku jadi sebesar ini?'
Dalam hati kau bicara sendiri sambil memperhatikan bentuk tanganmu yang tiba-tiba saja berubah. Tanganmu tidak hanya membesar dari ukuran seharusnya, tapi tanganmu juga mendadak berotot. Ada apa ini?
'Apa ini efek sehabis kecelakaan? Sepertinya pandanganku masih belum sembuh benar.'
KRAAK.
Terdengar suara pintu di buka. Seorang perawat cantik baru saja datang.
"Ah, kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Merasa sakit atau yang lainnya?"
Perawat itu menghampirimu dan memeriksa beberapa bagian tubuhmu.
"Ah, aku sudah tidak apa-apa. Tapi kadang kepala dan tanganku sakit."
Eh? tiba-tiba kau kembali merasa aneh. Ada apa dengan suaramu? Suaramu seakan berubah, terasa lebih berat dan rendah.
"Eh? Ada apa dengan suaraku? Kenapa jadi ngebas begini?"
"Haha, sepertinya kau masih belum sadar dari tidurmu, Akashi-san. Tunggu sebentar ya, aku panggilkan dokter, agar kita tau kondisimu lebih detail."
Perawat itu pergi. Kau bingung.
"Akashi? Kenapa dia memanggilku Akashi?"
Kau tiba-tiba teringat dengan Akashi. Apa yang terjadi padanya? Kau dan dia sama-sama mengalami kecelakaan bus itu. Apa dia baik-baik saja? Kau bermaksud untuk menanyakan keadaannya pada perawat itu jika dia sudah kembali.
Ah, kepala terasa sakit lagi. Kau mengelus-elus kepalamu. Kau merasakan hal aneh lagi. Kau baru menyadarinya.
"Kenapa rambutku jadi pendek begini?"
Kau berusaha melihat rambutmu yang mendadak pendek, namun agak sulit karena kepalamu diperban.
"A-are? Kenapa rambutku jadi merah? -Ah, sepertinya aku masih belum sadar benar."
BRAAAAK!
Lagi-lagi suara pintu dibuka, namun nadanya agak mengganggu, sepertinya orang yang membukanya sedang kesal. Bantingan pintu tadi sungguh mengejutkanmu.
Dari balik pintu yang digebrak kencang muncul seseorang.
"Hah..hah..Hah…Akhirnya ketemu. Hah~"
Orang yang membuka pintu itu agak terengah-engah seperti habis lomba lari 5000 meter tak henti. Orang itu berpakaian layaknya pasien rumah sakit. Kepalanya juga diperban. Lalu orang itu sepertinya membawa sesuatu, kaca?
Tapi…loh?
Terkejut. Matamu terbelalak melihat sesosok manusia di hadapanmu yang sedang berusaha mencapai ritme nafasnya kembali. Terkejut, benar-benar terkejut.
Dirimu. Ya, dirimu! Kau melihat dirimu ada dihadapanmu. Bagaimana bisa kau melihat dirimu berdiri di hadapanmu sedangkan kau sendiri sedang duduk di kasur putih empuk itu? Hal yang mengerikan. Kau akhirnya hanya bisa meresponnya dengan-
"GYAAAAAAAAAA~"
-teriakan yang membuat burung-burung di jendela kamarmu berterbangan.
Tanpa memperdulikan teriakanmu, 'dirimu' yang baru saja datang tadi menghampirimu. Dia menyodorkan kaca yang dibawanya. Dia menghadapkan kacanya padamu. Kau ketakutan. Tapi ada hal yang lebih menakutkan terjadi saat kau melihat bayangan yang terpantul di kaca. Kau melihat si surai merah di kaca itu dan sentak membuatmu mengeluarkan jurus-
"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA‼‼"
-teriakan kedua yang membangunkan semua pasien di rumah sakit itu.
.
.
.TBC...
Gimana? Gimana?
Kemunculan 'mahluk itu' ada di chapter selanjutnya. Kalo chapter ini cuma ngasih tau proses terjadinya. Yoyoyoyo, mudah2an tidak mengecewakan. tp ff gw emg abal sih wkkwkwkwk
Review Please~
