warning : GS, typhos, gaje, alur terlalu cepat, tidak sesuai EYD, membosankan, dll

saya pinjam nama cast dari Super Junior, Girl Generation, 2PM, Sistar, 2NE1

semua cast bukan punya saya, akan tetapi cerita ini punya saya

dilarang copy paste ff ini, dilarang bash cast ff ini

KYUMIN FF


SARANGHAE AGASHI


Rumah megah itu terlihat begitu sepi. Hanya beberapa pelayan yang nampak melakukan tugas rutinnya membersihkan setiap inchi rumah itu. Merubah letak beberapa perabot dan mengganti beberapa yang lain dengan perabot yang baru.

"Ganti guci itu Dasom ssi. Iya benar yang itu." titah seorang namja yang berusia sekitar 35 tahun dengan wajah datarnya.

"Tapi kepala pelayan Cho, guci ini adalah guci kesayangan mendiang Nyonya besar. Apakah tidak apa-apa jika kita taruh di gudang dan menggantinya dengan yang baru?" tanya pelayan yang diberi tugas untuk mengganti guci itu.

"Justru akan gawat kalau tidak diganti. Sudahlah, lakukan saja tugasmu." jawab sang kepala pelayang sambil berbalik menuju sudut yang lain.

"Sooyoung ssi, Hyorin ssi, pindahkan lukisan bunga itu dari sana." titah sang namja setengah baya itu kembali, kali ini kepada dua pelayan lain yang kebetulan sedang menganggur di sudut ruangan.

"Lukisan bunga ini bukankah kesayangan mendiang Tuan Besar? Mengapa harus dipindah kepala pelayan Cho?" tanya salah seorang pelayan itu bingung.

"Ini semua demi Sungmin Agashi, jadi cepat lakukan semuanya." titah sang kepala pelayan kembali.

"Baiklah kepala pelayan Cho." jawab keduanya serempak.

PRANGG

Suara benda pecah belah terjatuh terdengar dari arah lantai dua, membuat hampir semua orang yang ada di lantai satu kaget dibuatnya.

Mendadak seorang yeoja yang berusia sekitar 50 tahunan tergopoh-gopoh menuruni tangga dengan muka pucat.

"Ada apa Jungsoo ahjumma, mengapa wajahmu pucat seperti itu?" tanya sang kepala pelayan, mengalihkan perhatiannya kepada wanita itu.

"Sungmin Agashi menolak makan malamnya lagi, dia bahkan membanting semua piring dan gelas yang saya bawakan ke sana. Saya baru akan membereskan semuanya, namun Agashi malah marah dan menyuruh saya keluar dari kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Kepala pelayan Cho, bagaimana ini?" tutur sang pelayan wanita yang bernama Jungsoo itu.

Sejenak Kyuhyun menghela nafasnya dalam-dalam.

"Biar aku yang mencoba membujuk Agashi. Jungsoo ahjumma, tolong buatkan makanan yang baru." kepala pelayan itu kemudian beranjak menuju tangga yang ada di tengah ruangan. Perlahan ia melangkahkan kakinya menaiki tangga yang cukup tinggi itu. Setelah sampai di ujung, ia kemudian berbelok ke arah kiri, menuju sebuah ruangan yang terletak sekitar lima meter dari sana.

Sampai di depan pintu, diketuknya pelan sambil memanggil agar seorang di dalam sana berkenan membukakan pintu untuknya.

"Sungmin Agashi, tolong buka pintunya." pinta kepala pelayan Cho sambil masih mengetuk pintu pelan-pelan. Namun tidak ada respon apapun dari dalam. Dengan sabar, kepala pelayan Cho masih menunggu sambil, siapa tahu yang ada di dalam sana berubah pikiran.

Namun, setelah hampir lima belas menit menunggu, ternyata tidak ada respon sedikit pun dari majikannya.

"Mianhe sebelumnya Agashi, saya terpaksa menggunakan cara ini." kepala pelayan itu mengeluarkan kunci cadangan dari balik saku jasnya, memilah sebentar dengan teliti, dan memasukkan anak kunci untuk membuka pintu kamar milik sang Agashi.

Perlahan sang kepala pelayan membuka pintu kamar itu pelan-pelan. Seketika wajah datarnya berubah menjadi sendu. Melihat sang Agashi yang terduduk di sudut ruangan. Menangis sambil memeluk lututnya. Di sekitarnya, nampak makanan dan minuman yang berserakan bercampur dengan pecahan pecah belah yang berbaur menjadi satu.

"Aigo, Sungmin Agashi, apa yang terjadi?" Tanya kepala pelyan Cho saat melihat beberapa tetes darah tercecer di lantai kamar yang tertutup marmer berwarna putih itu.

Tidak ada jawaban dari sang agashi. Hanya isakan lemah yang terdengar dari sana, membuat siapapun yang mendengarnya menjadi terenyuh.

Kepala pelayan Cho mendekati majikannya dan memeriksa jemari tangan lentik yang menampakkan beberapa luka.

"Kau mau apa Kyuhyun samchon?" tanya sang agashi lemah.

Kepala pelayan Cho hanya terdiam, tapi tangan sigapnya perlahan mulai mengangkat tubuh mungil itu ke arah ranjang, tak jauh dari tempat mereka berada.

"Turunkan aku Kyuhyun samchon, aku ingin mati, aku ingin menyusul appa dan eomma!" sang agashi meronta dalam gendongan kepala pelayannya, namun tenaga yang jauh lebih kecil, tak sepadan dengan tenaga namja yang dipanggil Kyuhyun samchon itu.

Sang kepala terdiam, merebahkan yeoja muda itu pelan-pelan di atas bed kingsize bersprei pink milik sang majikan.

"Biarkan aku mati Kyuhyun samchon, aku tidak mau hidup sendiri di dunia ini, aku ingin appa dan eomma...hiks.." tangis sang agashi semakin menjadi.

Reflek sang kepala pelayan memeluk sang agashi, menyandarkan kepala yeoja itu di dada bidangnya.

"Tidak boleh agashi. Anda ini masih muda, masih 17 tahun. Anda tidak boleh menyia-nyiakan hidupmu seperti ini." nasihat sang kepala pelayan sambil mengelus punggung agashi nya lembut, bermaksud menenangkan.

"Aku sekarang benar-benar sendirian Kyuhyun samchon, aku tidak bisa hidup tanpa appa dan eomma." adu sang agashi kembali.

"Bukankah masih ada saya, Jungsoo ahjumma, Hyorin, Sooyoung, Dasom, Hyoyeon, Minzi dan Taecyeon. Juga teman-temanmu, Hyukkie, Wookie, Bummie dan yang lainnya." sambung kepala pelayan Cho sambil tetap mempertahankan posisinya, menyamankan keadaan sang agashi.

"Tapi aku ..."

"Sssttt...sudahlah agashi, berhenti berpikir macam-macam. Sekarang agashi makan dulu, sejak pagi tadi kulihat makananmu tak tersentuh sama sekali, bahkan malah dibuang seperti itu. Tahukan agashi bahwa di luar sana sangat banyak orang yang berjuang demi bisa menyantap makanan seperti yang sudah agashi sia-siakan. Juga di luar sana sangat banyak anak seusia agashi yang juga mengalami keadaan seperti agashi, bahkan mungkin lebih buruk dari ini." nasihat kepala pelayan Cho sambil mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang agashi dan menatap wajah itu dengan seksama.

Mendengar penjelasan sang kepala pelayan, sang agashi hanya terdiam, sepertinya hatinya tergelitik dengan kata-kata itu.

"Besok akan kuajak agashi melihatnya." ucap Kyuhyun sambil mempersilakan Jungsoo ahjumma yang sudah berdiri di depan pintu untuk masuk dan mengantarkan makanan yang sudah dibawakannya untuk sang agashi.

Kyuhyun memberi isyarat untuk mengambil nampan itu dari Jungsoo ahjumma. Ia kemudian kembali mendudukkan diri di samping sang agashi.

"Sekarang saya akan menyuapi agashi." Kyuhyun menyendok nasi, lauk dan sayuran yang ada di sana dan menyuapkannya perlahan kepada Sungmin.

Bagai terhipnotis, Sungmin, sang agashi membuka mulutnya dan mengunyah makanan yang disuapkan dengan patuh, tanpa melawan sedikitpun.

Hingga makanan itu habis, Sungmin dengan patuh membuka mulutnya, mengunyah dan menelan tanpa harus banyak berdebat, seperti saat bersama Jungsoo ahjumma.

"Nah sekarang saya akan mengobati lukamu agashi. Tunggu sebentar ne." Kyuhyun beranjak keluar, kemudian kembali sambil membawa sekotak peralatan pengobatan. Ia kembali duduk di tepi ranjang dan mengobati luka-luka di tangan sang agashi dengan telaten, lembut dan penuh kasih sayang.

Sesekali sang agashi menjerit kecil saat perih mendera lukanya, membuatnya Kyuhyun merasa khawatir.

Setelah selesai, Kyuhyun meminta beberapa pelayan untuk membantunya membereskan kamar Sungmin yang cukup berantakan.

"Nah agashi, kuharap sekarang anda tidur nyenyak. Besok agashi harus berangkat sekolah, sudah lebih dari seminggu agashi ijin." Kyuhyun membenarkan letak selimut Sungmin.

"Kyuhyun samchon...gomawo." ucap Sungmin tulus sebelum memejamkan matanya utnuk tidur.

"Sudah tugas saya agashi. Nah, saya mohon diri agashi, selamat malam." Kyuhyun membungkuk sopan, kemudian beranjak keluar dari kamar Sungmin.

Kyuhyun POV

Sepeninggalku dari kamar Sungmin agashi, aku buru-buru berjalan menuju kamarku. Mengabaikan sapaan beberapa pelayan yang menanyakan keadaan agashi kami satu-satunya yang sekarang sudah sebatang kara sejak meninggalnya kedua orang tua Sungmin agashi, tuan besar dan nyonya besar sepuluh hari yang lalu karena kecelakaan mobil saat keduanya bermaksud pulang ke rumah setelah bepergian dari luar negeri.

Namun saat ini aku lebih mengkhawatirkan detak jantungku yang sebenarnya sudah menggila sejak beberapa saat yang lalu, tepatnya sejak memasuki kamar Sungmin agashi.

Aku juga tidak tahu mengapa, tapi perasaan seperti ini sebenarnya sudah mulai kurasakan sejak sekitar tiga tahun yang lalu, tepatnya saat Sungmin agashi menginjak usia 14 tahun. Entah bagaimana, sejak saat itu aku memandang agashi dengan cara pandang yang berbeda. Yang tadinya aku memandangnya sebagai anak kecil yang polos dan lucu, namun sejak saat itu, aku mulai memandangnya sebagai seorang yeoja muda yang cantik dan mempesona.

Senyumnya, cara berbicaranya, tingkah lakunya, aku menyukai semua yang ada di dirinya. Aku merasa seperti namja tua bodoh yang sudah jatuh pada pesona seorang yeoja kecil. Sungguh perasaan cinta yang begitu gila. Siapapun yang mendengarnya pasti akan menertawakanku, mungkin malah menganggapku tidak normal. Tapi yang namanya mencintai seseorang tidak bisa kita tentukan semau kita. Aku percaya bahwa semuanya sudah diatur dalam suratan takdir.

Aku hanya boleh menjalaninya tanpa banyak mengeluh. Sekalipun aku merasa sangat pesimis dengan kisah cintaku ini, tapi setidaknya bisa selalu dekat dengannya sudah merupakan anugrah terindah dalam hidupku.

Setelah sampai di kamarku, buru-buru kututup pintunya dan kukunci dari dalam. Aku menghela nafas panjang. Memegangi dada sebelah kiriku yang denyutnya kian tak terkendali.

"Lee Sung Min ... Sungmin ... Minnie ... Chagiya ..." gumamku sambil berusaha menetralisir denyut jantungku yang semakin menggila.

Asal tahu saja, ini pertama kalinya aku dan dia melakukan kontak fisik, maksudku tadi aku sempat menyandarkan kepalanya di dadaku. Jujur saja, ini baru pertama kalinya. Dulu biasanya aku hanya membungkuk saat berpapasan dengannya, atau melakukan apa yang ia minta tanpa banyak bicara. Hanya bisa melihatnya dari kejauhan sambil menahan semua perasaan dan gejolak cinta dalam hatiku.

Ini memang bukan pertama kalinya aku jatuh cinta. Beberapa tahun yang lalu, aku bahkan sempat berpacaran dengan seorang yeoja teman kuliahku, namun sudah kuputuskan karena ia tidak bisa fokus untuk mencintaiku.

Dan sekarang, aku justru dibuat tergila-gila dengan yeoja yang lebih pantas menjadi keponakanku. Aku merasa sudah benar-benar gila sekarang.

Jadi kuputuskan untuk menghubungi Minzi, wakil kepala pelayan di rumah ini. Kuminta dia meminta seluruh pelayan untuk menyelesaikan proses tata ulang beberapa kamar di rumah ini, kemudian beristirahat.

Ya, sejak kematian tuan besar dan nyonya besar, praktis akulah yang menjadi penanggung jawab di rumah ini, karena hingga saat ini Sungmin agashi masih dalam keadaan shock dan tertekan.

Semua ini membuat beban yang harus kupikul menjadi dua kali lebih berat. Jujur, aku sebenarnya juga sangat terpukul dengan kematian tuan besar dan nyonya besar yang sangat mendadak, hingga aku harus menjadi tumpuan di rumah ini, karena ternyata tuan besar dan nyonya besar sama-sama anak tunggal yang tidak memiliki saudara sama sekali untuk menjadi wali Sungmin agashi.

Dan saat ini aku dan para pelayan lain juga harus bahu-membahu untuk mengembalikan semangat Sungmin agashi yang sampai saat ini masih sangat shock dan tertekan dengan kematian kedua orang tuanya.

Aku memijit pelipisku pelan. Memejamkan mataku sesaat dan memutuskan untuk mengistirahatkan raga lelahku agar esok aku mendapatkan energi baru untuk menjalani semua ini sebaik-baiknya.

End of Kyuhyun POV

Sebaiknya T.B.C atau E.N.D ?


Tolong berikan reviewnya jika ada yang berminat untuk kelanjutan ff ini.

Gomawo.

ThanKYU.