Title : MINE!
Rated : T
Genre : Fantasy/Romance/Little Humor
Cast :
-main cast : KrisTao
-slight : OocXTao
-other cast : find by yourself
Disclaimer : TAO IS MINE!#noprotesplis
Warning : YAOI, BL/Boys Love/AU/Crossover/OOC/Hogwarts/abal, TYPO(s), alur dipaksakan dan kekurangan lain yang akan readers temui sendiri. No plagiat. No Flame.
Summary : Siswa baru. Kecemasan akan restu orang tua. Pertandingan Quidditch. Tahun ini mungkin benar-benar membuat Wu Kris ingin gantung diri!
.
©TAOKYU PRESENT
.
MINE!
.
.
"TAO! Apa yang kau lakukan di dalam kamar mandi?! Kau tertidur, hehh?! Kau bertelur?!" Teriakkan Sehun menggema hingga kedalam kamar mandi. Sesekali, pemuda dengan tinggi 179 itu menendang bagian bawah pintu berukir tersebut.
"Bisakah kau sedikit bersabar!" balas Tao dari dalam. Pemuda panda itu masih setia berendam dengan air mawar hangatnya. "Lagi pula aku baru 20 menit yang lalu membersihkan diriku. Salahkan kekasihmu yang mandi terlalu lama. Apa kau fikir mandi kilat itu akan membuat badanmu bersih? Tidak!"
Sebagi balasan, pemuda berambut coklat hanya mendengus kesal di depan pintu bercat merah emas. Bibirnya komat-kamit mengikuti ocehan Tao dari dalam. Bola matanya berputar bosan. "See…" ujar Sehun dengan keras. "Sebentar lagi adalah pelajaran telaah muggle Madame Lynsy! Honesly, panda, kau berniat membuat kita terlambat masuk ke kelas madame bertubuh sexy itu, huhh? Kau berniat?!" pekiknya. "Cepat keluar atau aku yang akan menerobos kamar mandi dan ikut berendam denganmu!"
Hhheeh?!
Mata Tao membulat. 'berendam bersama? Apa-apan sih dia?'
"Cepat keluar sebelum aku meledakkan pintu ini!" ancaman kembali dilontarkan disertai suara gedoran pintu yang semakin keras.
'Asdfghjkl! Orang gila!' maki Tao dalam hati. Lantas dengan gerakkan santai, ia membilas tubuhnya dengan tenang, menghiraukan teriakkan sebal dari luar. Ia berdiri dari bathup dan keluar dari sana. Ia ambil bathrobe yang menggantung di samping pintu. Setelah yakin baju mandinya telah terpasang sempurna, ia menghadap ke pintu dan memegang knop berwarna emas tersebut.
Cekleekk…
Pintu terbuka. Dan dilihatnya Sehun telah mengarahkan tongkat kumis naga miliknya ke arah Tao. Pemuda dengan balutan bathrobe merah itupun mengernyit heran. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya polos dengan melangkah keluar dari kamar mandi.
Sehun mendelik. Namun ia segera melangkah masuk dan menghiraukan pertanyaan yang Tao lontarkan.
Blamm…
Kekasih Luhan itu menutup pintu kamar mandi dengan keras. Membuat Tao berjinjit kaget. Reflek ia memegang dadanya. "Apa jantungku baik-baik saja?" Tao menggeleng pelan. Kepalanya berputar kesana kemari dan berhenti menatap bagian bawah pintu kamar mandi yang peyok.
"Sehun harusnya menjadi Beather." Ujarnya seraya menarik tongkatnya keluar dari saku baju mandi dan mengarahkannya pada cekungan yang di hasilkan oleh tendangan Sehun. "Reparo..." Lantas segera melanjutkan langkahnya menuju tempat tidur tempat seragamnya tergeletak.
"Harus sesegera mungkin bersiap-siap dan menyusul Luhan di Aula besar. Apa Kris sudah menunggu?" ujar Tao. "Aku-harus-cepat-aku-harus-cep-"
"PANDA! JANGAN BERANI-BERANINYA KAU MENINGGALKANKU!"
.
Xxx
.
Aula Besar
Luhan berkali-kali melirik pintu besar dengan raut bingung. Acara makan pagi telah dimulai sejak 10 menit yang lalu, namun kedua sahabatnya sama sekali belum menampakkan diri. Dia mengigiti apelnya dengan tak bersemangat. Kembali ia menatap Ren dan Steppy, serta yang lain. Mereka nampak menikmati acara makan pagi ini. Tidak mengurusi ketiadaan salah satu teman sekelas mereka.
Menghembuskan nafas pelan, ia kembali menunduk memandang mangkuk berisi soupnya yang masih mengepulkan asap. Wangi rempah-rempah begitu menggiurkan.
"Tao dan Sehun kemana?" Ren menyikut Luhan membuat lelaki cantik itupun menoleh. Melihat ekspresi aneh yang hanya ia dapat, Ren kembali menghadap ke Steppy. Melanjutkan obrolan yang sempat terputus.
Menarik nafas dalam, Luhan kemudian mulai menyendok soup di mangkuknya. Berniat memindahkan isinya ke dalam perut yang telah keroncongan. Namun kegiatan itu berhenti saat ia merasa bahunya seperti di tepuk dengan pelan. Ia menjatuhkan kembali sendok tadi kedalam mangkok, dan menoleh.
Kekasihnya, Sehun mengambil tempat duduk dengan sedikit memaksa Ren agar bergeser. Sedangkan Tao, duduk di depannya.
"Kalian terlambat 16menit." Luhan berujar seraya memandang pergelangan tangannya. Tempat jam tangan kulit rusanya melingkar. "Kalian hanya punya waktu sarapan 14menit. Kelas Telaah Muggle segera dimulai."
Sehun mendengus kesal. Ia mengisi piringnya yang kosong dengan kentang rebus serta roti dan telur dengan cepat. "Salahkan panda kita. Dia benar-benar berniat membuat Hogwarts kehabisan air."
Krauuukk…
Sehun mengigit apel merahnya kasar dan mendelik tajam ke arah Tao yang asyik mengobrol jarak jauh dengan sang kekasih yang berada di meja Slytherin.
"Berhentilah berlovey dovey dengan titisan naga itu. Cepat makan sarapanmu." Luhan mengisi piring kosong Tao dengan kentang rebus dan ayam panggang madu. "Kudengar kelas Telaah Muggle minggu ini berbeda." Ia mengeser piring tadi kedepan Tao.
"Benarkah?" Pemuda panda itu meraih pisau kecil dan garpu, lalu mulai memotong ayamnya ke bagian lebih kecil. Tak lupa ia juga memotong kentang rebusnya menjadi beberapa bagian. "Berbeda, bagaimana? Madame Lynsy diganti?"
"Ku dengar begitu. Madame Lynsy telah mengambil cuti mengajar sejak beberapa hari yang lalu karena persiapan lahiran." Luhan menjelaskan. Ia gigit pai labunya sekali lalu melanjutkan, "kelas Telaah Muggle kita akan diajar oleh Sir Pattinson."
"Benarkah?" Sehun memastikan pendengarannya.
Tao memandang Luhan. "Sir Pattinson pengajar Slytherin?"
Rusa cantik itu mengangguk. "Apa dia seseram Madame Jessie?" Luhan berbisik pada Tao dengan mata yang tertuju pada meja staff paling ujung. Dimana disana, duduk seorang wanita yang ia maksud.
Madame Jessie yang pagi ini menggenakan pakaian coklat muda dengan topi kerucut yang berwarna coklat tua. Persis seperti Stick Coklat yang di jual di Honeydukes.
Bolehkah Luhan tertawa?
Tao yang masih mengunyah ayam madunya hanya mengangkat bahu tak mengerti.
"Kris tak pernah membicarakan guru itu. Mungkin karena merasa kalah tampan." Sehun menanggapi dengan ekspresi mencibir seraya mengetuk piringnya menggunakan ujung sendok yang ia genggam.
Tao terkikik. Matanya menyipit membentuk sebuah garis hitam. "Asal kau tau ya…" ia menunjuk Sehun dengan garpu yang masih digenggamnya, "Kris gege tidak mengambil kelas telaah muggle. Jelas saja ia tak pernah menceritakan Sir Pattinson."
Luhan menepuk jidatnya pelan. Sedangkan Sehun hanya mengeluarkan suara 'eehhh'-nya.
"Sejak kapan kau memanggil Kris dengan embel-embel 'gege'?" Ren ikut nimbrung pembicaraan mereka. "Apa dia tau arti panggilanmu itu, panda?"
Pemuda panda itu mengangguk. "Aku sedikit terkejut waktu Kris ge bilang bahwa dia berdarah sama denganku. Maksudku, ia juga datang dari dataran Asia. Hanya saja, ia di rekrut untuk masuk ke Hogwarts sewaktu ia telah pindah ke Amerika. Dimana yaaa...?" tanyanya namun lebih mengarah pada dirinya sendiri. "Ahh... Seingatku di Vancouver. Atau dimana sihh? Yaa... seperti itulah seingatku."
Semua terdiam mendengar cerita dari sosok yang kini memakan cepat isi piringnya. Tak menyangka bahwa penyandang darah Wu itu juga merupakan salah satu penduduk dataran tempat mereka dilahirkan. Terlebih lagi setelah mereka mendengar penuturan lanjutan dari Tao dengan mulutnya yang penuh berisi bola api coklat.
"Dia berasal dari tanah yang sama denganku. China. Dan nama aslinya adalah-Wu Yi Fan. Begitulah." Mata panda miliknya melirik deretan meja Slytherin. Ia menatap Kris yang kini tengah bercengkrama dengan Dean, anggota tim Quidditch Slytherin.
Luhan dan Sehun kembali menarik dirinya untuk duduk tegak sesaat setelah Tao menyelesaikan kalimatnya. Mereka saling pandang kemudian menengok kebelakang. Menatap sosok tampan yang menjadi objek pembicaraan mereka. Lalu kembali memperhatikan Tao yang kini sibuk membersihkan rempah-rempah makanan yang jatuh dijubahnya.
"Jodoh," gumam mereka bersamaan.
.
Xxx
.
"Selamat pagi." Sosok jangkung pengganti Madame Lynsy menyapa kelas Tao dengan suara beratnya. Sir Pattinson, pengajar tersebut, menatap satu persatu wajah-wajah baru yang akan ia didik kurang lebih selama 1 tahun ajaran kedepan.
"Selamat pagi, sir."
Riuh decakkan kagum dari penjuru kelas saling bersahutan. Sedikit bersyukur bahwa pengajar Slytherin itu ternyata lelaki ramah yang murah senyum. Jauh dari kata –pengajar-tengil-mahal-senyum-dan-kaku-serta-seena knya-sendiri-. Terlihat dari caranya menyapa dan lekukan dibibirnya. Membuat para gadis dan mereka yang berjiwa seperti Tao terpekik tertahan dan menutup mulut rapat-rapat.
Lelaki berambut coklat terang itu tersenyum. Jemarinya yang panjang menyisir poninya ke belakang. Namun itu sia-sia saja karena poninya tetap jatuh menutupi sebagian dahinya. "Mungkin kalian telah mengerti kenapa saya ada dikelas ini. Madame Lynsy berhalangan hadir untuk beberapa waktu kedepan. Jadi untuk itu, saya menggantikan beliau untuk memberikan pelajaran Telaah Muggle kepada kelas 3 ini. Sebelum itu..."
"Ssstt... Tao..." Ren yang berada dibelakang Tao menepuk pundak Tao disertai panggilan pelan dari bibir pink-nya. Menghiraukan Profesor Tampan yang berbicara didepan kelas mereka.
"Ada apa?" Tao berbisik. Ia rapatkan punggungnya ke sandaran kursi dan sedikit menarik kepalanya kebelakang tanpa memutuskan tatapannya pada Sir Pattinson didepan.
Ren melipat tangannya di meja dan mencondongkan badannya kedepan agar lebih dekat dengan pemilik surai raven tersebut. "Kau lebih cantik dengan rambut hitam seperti ini."
3 perempatan muncul di dahi Tao. Masih dengan pandangan yang lurus kedepan, ia kembali membuka suara, "jangan memanggilku untuk membicarakan hal yang tidak penting."
"Tidak-tidak..." desis lelaki cantik tersebut. Ia mencengkram jubah milik Tao pada bagian pundaknya. Membuat lelaki yang 3 bulan lebih tua darinya mau tak mau kembali merapatkan punggungnya pada sandaran kursi. "Baru kali ini aku melihat Profesor Pattinson sedekat dan selama ini. Dia terlihat sangat tampan."
"Lalu?"
"Jika pengajar penggantinya seperti dia, aku berharap Madame Lynsy melahirkan saja terus..." ucap Ren penuh harap dengan memandang pengajar yang ia yakini hanya lebih tinggi 4cm dari pangeran Slytherin yang menyandang status sebagai kekasih sahabatnya.
Tao membuang nafas dan memutar bola matanya malas mendengar harapan konyol dari sosok cantik incaran Baekho itu. "Aku sangat mengerti jika kau mengatakan bahwa Sir Pattinson sangat tampan... "
"Nahh..." Ren berujar antusias, "kau menyadarinya kan. Dia memang sangat tampan. Asal kau tau itu."
"Tapi sepertinya kau melewatkan satu hal, Ren..." Tao memutar badan agar dapat menatap kedua iris biru kehijauan milik kapten tim Quidditch-nya.
"Apa?" Ren mendesis dengan raut penasaran.
Tao mengambil nafas dalam. "Jika kau lupa, maka dengan senang hati akan ku ingatkan, bahwa Madame Lynsy itu adalah manusia. Bukan kucing yang setiap 3bulan sekali bisa mengeluarkan anak." Tao lalu berbalik dan kembali fokus ke depan, membiarkan Ren dengan ekspresi kaku di wajah cantiknya. Sedangkan Sehun yang duduk didepan Tao, terlihat dengan susah payah menahan tawa sekuat tenaga mendengar jawaban telak yang pemuda panda itu lontarkan.
.
15menit sudah pengajar berkulit salju dan bermata Zambrud berbicara didepan kelas dengan mendapat tatapan memuja dari hampir semua penghuni tahun ke-3 Gryffindor. Ia berjalan menyisiri setiap sudut kelas dan kembali ke depan. Bibir sexynya terus saja berceloteh menjelaskan tentang bab yang kali ini mereka bahas. Muggle Habbit.
Satu hal yang murid-murid kelas itu lakukan, diam dan mengikuti semua pergerakkan professor tampan bernama Sir Pattinson. Bukan... bukan mereka mendengarkan penjelasan pengajar mereka. Namun lebih mengarah pada tema -memperhatikan-dengan-detail-pengajar-baru-yang-ta mpan-.
Ceklekk…
Suara pintu di belakang yang terbuka membuat para murid sekaligus Sir Pattinson mengalihkan pandangannya pada sosok yang telah menganggu kegiatan belajar mereka.
"Madame Jessie?"
Sang Madame cantik penganggu suasana mengajar tersebut tersenyum (sepertinya itu dibuat-buat, fikir Tao). Ia melangkah mendekati Sir Pattinson yang berada di depan kelas. Madame Jessie berbisik sesuatu sebelum akhirnya Sir Pattinson mengangguk mengerti. Lalu dengan suara cempreng lantangnya, Madame Jessie seperti memerintahkan seseorang untuk masuk.
Tap…
Tap…
Seorang lelaki bertubuh tinggi, berjalan pelan memasuki kelas. Rambutnya yang coklat gelap dengan kulit putih bersih seperti bercahaya karena terkena sinar matahari yang masuk melewati jendela. Matanya yang sipit dengan alis tegas membuatnya tampak… sempurna. Ia memakai jubah yang sama seperti Gryffindor yang lain, dengan lencana yang tepasang di dada, namun Tao dan teman-temannya belum pernah sekalipun bertemu dengan sosok yang kini telah berada didepan kelas. Berdiri diantara Sir Pattinson dan Madame Jessie.
"Kurasa ia siswa pindahan." Sehun mendesis pelan. Namun segera diangguki oleh Tao.
"Kurasa begitu." Tao tersenyum.
"Perkenalkan. Ini teman baru kalian. Mr. Nickhun dari Spist." Madame Jessi membuka suara.
Spist?!
Kontan semua mata melotot kaget kala Kepala Kedisiplinan Hogwarts yang tengah berdiri di depan menyebutkan kata 'Spist'. Bukan apa-apa. Hanya saja reputasi Spist, sekolah sihir yang terletak di dataran Slovakia Utara tersebut patut di perhitungkan. Kemampuan akademis maupun non akademis sekolah tersebut layak untuk di acungi jempol. Poin lainnya sebagai penunjang nilai 'WAH' dari sekolah tersebut adalah, sihir hitam adalah hal legal di sekolah dengan seragam khas berbulu warna birunya.
Maksud legal di sini, pemberian pelajaran tentang sihir hitam serta cara menggunakannya dan menangkisnya. Bukan legal secara harfiah yang berarti, boleh menggunakannya sesuka hatimu dan menyerang siapa saja yang ada didepanmu. Tentu saja, ada peraturan dan ketentuan tersendiri untuk menggunakan sihir hitam ini.
Pantas saja, semua seisi kelas seperti merasakan aura superioritas kala Nick –panggil saja seperti itu- berjalan pelan namun penuh dengan kewibawaan. Raut tegas namun tidak kaku. Dia anggun, namun juga penuh dengan kharisma.
Ren menghembuskan nafas yang sepertinya tanpa ia sadari telah ia tahan sejak pria bermata tajam tersebut menginjakkan kaki di kelas. "Mirip Kris…"
"Hheeh?! Apa kau bilang?" Tao menoleh secepat kilat kebelakang. Membiarkan Madame Jessie yang masih terus memperkenalkan siswa baru di depan.
"Aku merasa , dia mirip Kris. Kau tidak merasa begitu?"
Tao kembali memandang kedepan dan memperhatikan lekat-lekat calon teman barunya. Sebelah alisnya terangkat. Seperti menimang-nimang pendapat Ren.
"Tapi dia dari Spist…" Luhan, yang sebangku dengan Sehun, berbisik pada Tao. "Ku kira kau tak mendengar sewaktu Madame Jessie mengumumkannya."
"Lalu, apa hubungannya? Aku tau jika dia dari Spist. Tapi, bukannya Spist juga sekolah terkenal karena reputasinya yang bagus."
"Sihir hitam di Spist adalah legal."
Tao bedecak tak setuju. "Tapi bukan berarti dia selalu menggunakannya di kawasan sekolah kan?" Nada bicaranya seperti seolah-olah menentang pendapat Luhan.
Alis Luhan terangkat heran. "Kau membelanya?"
"A-apa maksudmu berkata seperti itu?! Aku hanya tidak suka jika kalian menilai orang dari luarnya saja. Penggunaan Sihir Hitam tentu harus didasari dengan hati, kan?"
Ren nyengir. Sedangkan Luhan, mau tak mau mengangguk setuju. Tapi jika dipikir-pikir lagi, memang benar apa yang di katakan oleh Tao. Mempelajari Sihir Hitam bukan suatu hal yang salah. Profesor Jong adalah penyihir terhebat, ia juga meguasai sihir hitam. Namun kepala sekolah mereka itu tetap menjadi orang baik.
Yaaa... Orang yang baik...
Ehh…
Luhan langsung melebarkan pupilnya. "Kenapa panda bisa berbicara sedewasa itu?!"
.
.
…Disis Lain…
Seorang lelaki bersurai pirang platina dengan tenang duduk terpekur di tribun penonton di pinggir lapangan Quidditch. Lengkap dengan baju hangatnya. Kepalanya yang tertutupi topi berbulu warna abu-abu menunduk menatap sebuah buku yang ada di pangkuannya. Bola matanya bergerak dari kiri ke kanan, membaca baris demi baris kalimat yang sedang ia coba untuk pahami yang tertera dalam lembar buku... sejarah Sihir!
Demi Merlin!
Ia sangat-sangat-sangat membenci pelajaran ini. Kutekankan, DIA SANGAT MEMBENCINYA!
Jika saja yang ia dapat bukan nilai E, jika saja sang ibu tak melihat perkamen ujiannya dan tidak berceramah panjang lebar di koridor utama, akses paling ramai dengan lalu lalang siswa-siswi, ia tak perlu bersusah payah belajar seperti ini. Berkutat dengan buku super tebal hasil pencariannya dengan penjaga perustakaan, Madame Parcy.
"Hhhahh..." Kris, pemilik surai pirang platina, menghembuskan nafas bosan. Ia menutup buku tebalnya setelah sebelumnya memberi pembatas pada halaman terakhir yang ia baca. Memijit keningnya pelan dengan jemari yang tertutupi sarung tangan merah (ini pemberian Tao yang diharuskan untuk ia pakai). "Tao seharusnya ada disini…" desisnya pada angin. Seolah angin yang berhembus mampu mengirimkan pesan tersebut pada orang yang bersangkutan.
Matanya perlahan terpejam. Sama sekali tidak merasa terganggu dengan bisik-bisik para siswi di ujung tempat duduknya. Kris sudah biasa seperti ini. Menjadi bahan obrolan, menjadi center Slytherin, disinari lampu sorot kemanapun ia pergi. Baginya, sudah hal yang lumrah.
Namun, ketenangannya terusik kala ia mendengar suara yang sangat ia kenali perlahan-lahan mendekat. Ia membuka matanya perlahan dan memutar kepala.
Chan dan Kai berjalan ke arahnya dengan menenteng Nimbus Jewel 2008 milik masing-masing. Uap udara setia keluar dari mulut mereka. Meskipun matahari bersinar cerah, namun tetap saja, ini masih musim dingin.
Mendudukkan diri di samping kiri dan kanan Kris, Chan sempat melirik buku yang berada dipangkuan sahabatnya. Matanya menyipit membaca judul buku tersebut.
"Ku kira kau bukan tipe penurut…" desis Chan dengan cengirannya.
"Ck…" Kris meluruskan kakinya. Membuat buku yang ia pangku sedikit merosot, "diamlah…"
"Eunghh… Wu Kris, apa orang tuamu tau jika kau berpacaran dengan… Tao?"
"Apa maksudmu?"
"Tidak. Begini –maksudku… apa mereka tau kau berpacaran dengan seorang –well Gryffin?"
"Entahlah." Pikiran Kris terasa diputar-putar. "Aku –tidak menceritakannya… Kurasa mereka –terlebih ayahku, tidak tau."
Kai menengadahkan kepalanya menatap langit. Leher jenjang terlihat seksi. "Kau beruntung ayahmu sedang berada di Mesir untuk pengurus cabang Gringotts disana untuk beberapa bulan."
"Tapi aku tak yakin kau bisa menutupinya. Maksudku, semua orang tau siapa ayahmu, Kris. Bisa saja mereka memberitahunya. Tak ada yang tak mungkin, asal kau tau…"
"Entahlah…" jawaban Kris terdengar kalut. Pikirannya menerawang kesana-kemari. Bayangan sang ayah melemparkan kutukan kelas A berputar-putar di atas kepalanya.
Yeahh… Ia tau, yang merupakan ayahnya, akan menghabisi apa saja yang membuatnya murka. Tapi, apakah hal ini termasuk?
"Tapi kurasa ayahku akan menyukainya. Biasa saja. Bukankah setelah The Dark Lord dikalahkan, Slytherin dan Gryffindor sudah bisa bersatu? Maksudku, tidak ada lagi ultimatum yang mengarah pada perpecahan kedua asrama, kan? Apa lagi setelah Profesor Jong menjabat sebagai kepala sekolah Hogwarts. Aku meragukannya jika ayahku masih mempermasalahkan soal seorang Slytherin dan Gryffindor."
"Yaa… Yeahh…" Chan mengibaskan tangannya kedepan berkali kali. "Terserah kau saja, Wu…"
"Ada apa denganmu?" Kai memandang heran. Sorot matanya penuh tanya. "Ada masalah dengan panda? Kulihat dari tadi kau Nampak tak bersemangat."
Kris menggeleng lemah.
"Benarkah? Lalu? Ku kira kau cemburu…"
Kris memutar kepala memandang Chan yang sedang bermain-main dengan salju di sekitar bangkunya. "Apa maksudmu?"
"Loohhh… kau belum tau jika ada siswa baru di kelas Tao?"
"Sis-wa ba-ru?" Kris mengeja dan disambut oleh anggukkan kepala kedua sahabatnya. "Tapi, tadi pagi Profesor Jong tidak memperkenalkannya di depan siswa lain sewaktu acara makan pagi."
"Dia dari Spist." Kai membenarkan letak syalnya. "Kau tau sendiri bagaimana Sekolah Spist itu. Selalu menjaga rahasia rapat-rapat. Mungkin karena itu ia di seleksi secara pribadi oleh Profesor Jong."
"Jadi…"
"Apa?"
"Dia sekelas dengan Tao?"
"Bukankah aku sudah memberitahumu 1 menit yang lalu?" cibir Kai.
"Begitu?"
Kai memukul kepala Kris dengan cepat. "Kenapa Kau jadi seperti orang bodoh sih…"
.
Xxx
.
Sosok tinggi itu berjalan pelan menuju sudut perpustakaan. Punggung pemuda yang selama seperkian menit ia cari telah tertangkap oleh retina matanya. Sebenarnya, ia sebelumnya telah bertanya kepada Madame Parcy, apakah Tao, kekasihnya, ada di perpustakaan atau tidak. Dan beruntung, Madame paruh baya namun tetap cantik itu hafal dengan Tao dan segera mengangguk antusias seraya menunjuk kursi baca di sudut ruangan dekat rak Astronomi, tempat Tao berada.
"Panda itu, selalu berada disana. Kurasa itu memang tempat favoritnya..."
Perkataan Madame Parcy memang benar. Tempat itu adalah bangku favorit Tao jika sedang membaca buku di perpustakaan. Sedikit tertutupi oleh rak Astronomi dan Perbintangan. Dekat dengan jendela besar dengan pemandangan langsung ke halaman samping Hogwarts. Tempat pohon Dedalu Raksasa berada. Sehingga suasana nyaman sangat terasa disini.
Kris-sosok tinggi tadi- mengangkat tangan dan menutupi mata Tao dari belakang. Ia tak bersuara. Namun wajahnya ia benamkan di helaian hitam milik pemuda panda yang menebarkan wangi mawar.
"Gege..."
Tanpa menoleh, Tao bergumam pelan. Sebelah tangannya meraba tangan besar Kris yang masih menutupi matanya. Atau hampir separuh dari paras manisnya.
Kris tersenyum tipis. Ia mengecup puncak kepala Tao dan melepaskan tangannya. Ia duduk didekat Tao dan mulai memandang kekasihnya dalam diam.
"Kenapa gege menatapku seperti itu?" Tao bertanya tanpa memandang Kris. Fokus matanya masih tertuju pada baris kalimat yang tertera di buku yang ia baca.
"Bagaimana kau tau kalau itu tadi aku? Kau bahkan tidak menoleh sedikitpun." Tangan Kris terangkat dan mengambil alih buku tebal yang Tao baca. Ia menutupnya lalu menindih dengan kedua lengannya yang bertumpu diatas meja. "Aku tidak suka kau tak memandangku ketika kita berbicara."
Tao mendengus pelan. Ia merubah posisi dan kini ia berhadapan dengan Kris.
"Wangi gege." Jawabnya singkat. "Juga tangan gege. Tangan gege itu besar. Tapi juga hangat..."
"Benarkah? Tapi tangan milikmu, adalah tangan paling hangat yang pernah aku genggam selama ini..."
Kris berujar kalem. Namun berefek hebat pada pipi Tao yang mulai menimbulkan rona merah.
"Lihat..." Dengan menggunakan jempolnya, Kris menyentuh pipi tembam Tao dan mengelusnya pelan. "Kau tau, kau sangat cantik..."
Mendengarnya, bukannya senang, malah membuat Tao mengerucutkan curve-nya lucu. "Kenapa semua bilang seperti itu? Aku merasa, aku tampan."
Kris tertawa renyah. Beruntung perpustakaan tak seramai biasanya. "Kau cantik. Dan, see..." Kris menatap Tao lekat-lekat dan jaraknya semakin mendekat, "kau juga indah..."
Kemudian, dalam satu kejapan mata, Kris langsung menyambar bibir merah Tao.
.
Xxx
.
Nickhun. Berkali-kali ia menendang udara kosong sejak keluar dari perpustakaan. Berkali-kali juga ia mengusak rambut coklatnya hingga tak karuan. Dihiraukannya tatapan heran yang diberikan untuknya dari semua siswa yang ia temui sepanjang koridor.
"Benarkah? Tapi tangan milikmu, adalah tangan paling hangat yang pernah aku genggam selama ini..."
Ucapan pemilik suara berat tadi masih terngiang-ngiang di kepala Nick. Ia meremas udara hampa dan kembali mengacak rambut coklatnya. Bayangan Tao dengan seseorang yang ia yakini adalah kekasih lelaki panda itu terus berputar-putar diatas kepalanya.
"Kau tau, kau sangat cantik..."
Nickhun kembali mendecih. Tak perlu lelaki beruban itu berkata, ia juga tau, Tao itu cantik. Dan yang terpenting, Tao telah mencuri perhatiaannya sejak ia memandang Tao dari depan kelas sewaktu pelajaran Telaah Muggle berlangsung. Kelas pertamanya di Hogwarts.
Saking ia merasa marah, sebal dan... entah apa itu, Nick buru-buru pergi meninggalkan rak Ramuan Tingkat Lanjut yang bersebelahan dengan rak Astronomi. Ia abaikan begitu saja buku tebal yang harusnya ia baca untuk referensi belajar Ramuan di kelas Madame Hyolin.
Ia begitu menyesal telah menginjakkan kaki di ruangan perpustakaan.
Lelaki tampan itu masih berjalan uring-uringan hingga akhirnya ia dikejutkan oleh 2 sosok lelaki yang tiba-tiba saja muncul disisi kanan dan kirinya.
"Selamat pagi…"
"Selamat siang, Nick…"
Nickhun berjinjit kaget dan secara spontan menghentikan langkahnya. Ia memutar kepala kekanan dan kekiri secara bergantian. Kemudian, setelah menyadari siapa mereka, helaan nafas tenang keluar dari bibir kecilnya.
"Mengagetkan saja…" ujarnya datar. "Ohh.. selamat pagi menjelang siang, Luhan… dan Se-hun?" ucapnya ragu ketika mengeja nama sosok tinggi dengan kulit sepucat Merana tersebut.
"Ya… Yeahh… baru 20 menit yang lalu kita berkenalan dan sekarang kau melupakan namaku? Great…" Sehun mencibir sambil melangkahkan kakinya. Matanya melirik Nickhun. Berniat menggoda lelaki yang memiliki tinggi melebih dirinya.
Nick tersenyum simpul. "Maafkan aku."
"Yeahh... Aku mengerti. Fans-mu sudah banyak di hari pertama kau masuk. Tadi saja kau sudah dikerubungi oleh makhluk-makhluk berjenis wanita saat berjalan di koridor utama. Kau tau, pesonamu seperti Veela saja..."
"Tskk.."
"Ahh... dimana Tao?!" pekik Sehun heboh.
Luhan yang baru teringat dengan ketiadaan Tao lantas mendaratkan telapak tangannya di dahi. "Ahh… aku juga tak melihatnya." Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri serta sedikit memanjangkan lehernya. "Aku tak melihatnya…"
"Ahh…" Sehun mengibaskan tangannya ke depan. "Mungkin sedang bersama Kris."
"Kris? Siapa dia?" kerutan didahi Nick bertumpuk.
"Kekasih Tao."
.
Mereka sampai di Ruang rekreasi Gryffindor dan duduk memutar di karpet merah di depan perapian. Namun Nick langsung berjalan menuju pantry dan membuat jus labu dengan tangannya sendiri. Tanpa meminta bantuan Kreacher, atau peri rumah yang lain. Alasannya simple, dia tak mau merepotkan mereka. Biarkan saja mereka menikmati waktu istirahat siang mereka dengan berbaring dan bercanda dengan sesama peri rumah.
Nickhun kembali dan mendudukkan diri disamping Luhan kemudian menyesap jus labunya pelan. Matanya menilik Luhan yang sedang memakan selembar roti kering dihadapannya.
"Kau bilang, Tao mempunyai kekasih?"
Luhan mengangguk mengiyakan. Ia melempar pandangan bertanya seperti, ada-apa-memangnya-.
"Benarkah?"
Nick memastikan. Matanya yang sewarna lautan pasifik itu menatap Luhan dalam. Dan Luhan kembali menganggukkan kepala. Dia belum menyadari perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh Nickhun yang berada disampingnya.
"Dia dan Kris adalah sepasang kekasih."
Sehun membuka suara saat ia tak juga mendengar suara kekasihnya untuk memulai pembicaraan. Ia mengaduk-ngaduk semangkuk soup cumi yang ia ambil dari kuali di pantry lain. Wangi khas soup buatan Dobby menjalar hingga ke penciuman Nick. Sangat mengugah selera. Namun pemilik ketampanan yang sejajar dengan Kris itu mengabaikannya. Yang ia butuhkan sekarang adalah, informasi mengenai kekasih Tao!
Mengenai Kris.
"Apa mereka sudah lama menjadi sepasang kekasih?"
Mata pemilik rambut coklat, kekasih Luhan, berputar kesegala arah. Seperti mengingat-ingat sesuatu. Dan ketika ia menginggatnya, ia kembali memandang Nick. "Setidaknya, mereka telah menjadi sepasang kekasih sewaktu pesta musim dingin beberapa bulan yang lalu."
"Tapi sebenarnya, Kris sudah menyukai Tao sejak Tao masih di tahun pertamanya di Hogwarts." Luhan membersihkan bibirnya dengan ujung jubah. "Hanya saja, mereka baru resmi pacaran 2 bulan yang lalu."
Nick masih diam dan mendengarkan segala penuturan yang di lontarkan oleh sepasang kekasih didepanya secara bergantian. Bercerita tentang Kris dan Tao. Tentang Kris yang secara terang-terangan dan lebih ke arah yang tak tau malu terus menggoda Zitao yang selalu menanggapinya dingin. Kris yang rela menjadi penguntit –kemana harga diri seorang pangeran Slytherin?-
Mereka juga menceritakan tentang pesta musim dingin. Segala usaha Kris untuk mengajak Tao yang selalu mendapat penolakkan. Namun karena urat malu pada diri Kris sudah hilang jika dihadapkan dengan Tao, segala cara ia lakukan dengan penuh semangat dan tanpa putus asa, hingga dengan berat hati –ini tanggapan Sehun yang diyakini oleh Kai dan Chan beberapa waktu yang lalu- Tao menyetujuinya.
Juga tentang pesta tersebut yang berubah menjadi arena pertempuran dengan puluhan dementor dan pelahap maut. Sehun sempat beradu argumen dengan Luhan saat membahas kembali tentang ini.
Tak lupa, Luhan juga menceritakan tentang akting Kris yang pura-pura mati –waktu menceritakan bagian ini, Luhan tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak- yang membuat Do Kyungsoo atau Dio, rekan mereka dari Ravenclaw, hampir menangis karena tak tega melihat Tao yang meraung-raung memanggil nama Kris berulang kali (Lu, hentikan ini! Aku tak tega melihat Tao seperti itu- Luhan menirukan renggekan Dio)
Hingga akhirnya, setelah menceritakannya, sebuah pertanyaan telak yang diucapkan oleh Sehun membuat Nick tersedak jus labunya sendiri.
"Kenapa kau menanyakan tentang Tao?"
"Uhhhukkk... A-apa?!"
"Apa kau sedang menyelidiki sesuatu?"
"Kau menyukai panda kami?"
"Kau berniat merembut panda dari Kris?"
"Kau bicara apa?!" pekik Nickhun sembari mengusap ceceran jus labu yang mengotori sekitar bibirnya. "Jangan berfikiran buruk hanya karena aku bertanya tentang Tao." Nick menjawab dengan tenang. Ia memutar bola mata biru sapphire-nya kesembarang arah.
"Kau yakin?" cerocos Luhan.
"See, di Spist, kami tidak hanya di ajarkan tentang sihir, tapi juga tata krama dan cara menghargai penyihir lain. Kami tidak diajarkan untuk berbohong. Jadi, jika kau merasa aku berbohong pada kalian..." Nick berpaling menatap Luhan dan Sehun bergantian, "jangan berbicara lagi denganku."
Nadanya terdengar biasa dan tenang, namun kata-kata didalamnya penuh dengan ketajaman. Tatapannya masih bersahabat, lembut dan hangat, tapi bola mata itu semakin menyipit.
Aura Nickhun yang biasanya cerah, berubah menjadi gelap dan menyeramkan.
Apa ini kekuatan dari seorang siswa Spist?
"Baiklah... Baiklah..." Sehun berujar wibawa. Berusaha tenang dan tak memperdulikan perkataan sarkastik dari Nick. "Aku juga tak yakin kau menyukai panda kami." Ia berkata pelan dan kemudian memakan soupnya.
.
.
.
.
.
.
TBC
NEW FF HERE 3
#tebar confetti
aku lihat di screenplays udah mulai banyak yang buat KrisTao Hogwarts version, ya? Kerenn-keren lagi. Jadi galau antara nge-post ini apa enggak.
Apa ini layak untuk dilanjut?
atau berhenti aja?
.
Ngomong-ngomong, masih ingat dengan saya? Author -mungkin- abal tapi tetep nekat ngepost ff-nya disini...#elap airmata
Saya kambek dengan ff baru. Ini... hmmph... sebenarnya saya gak tau akan memakan berapa angka pada akhir kata 'Chapter' untuk menyelesaikannya.
Plenning saya untuk ff ini adalah, saya ngepost-nya akan sedikit-sedikit.#lahhh... padahal ini banyak gini -_-
Maybe, 2000-an word, ok? :v
Enggak kayak Kris and Amortentia yang panjang-panjang.
Setuju?
Yeaaahhh... setuju aja...
Ohh yaa... ff It's Hurt, gak tau kenapa, otak udah mentok banget buat lanjutin itu ff. Mungkin ff itu akan hiatus untuk waktu yang sangat lama.#mohon dimengerti dengan keterbatasan saya untuk membuat ff angs/hurt/comfort.
Last cuap, mind to review?
