Just trying something new. Hallo! I'am back with new story GS.
You Make Me Fall in Love
[KaiSoo gs]
Present by RoséBear
Disclaimer : Just a fanfiction!
Summary: Impian tidak pernah menghilang. Kau mengerti?
(created: 050218)
The strands in your eyes that color them wonderful
Stop me and steal my breath
Emeralds from mountains and thrust towards the sky
Never revealing their depth
Tell me that we belong together
Dress it up with the trappings of love
I'll be captivated, I'll hang from your lips
Instead of the gallows of heartache that hang from above
First meet!
"Aku terlambat! Aku terlambat!"
Ada suara-suara dipenuhi ketakutan dalam keterburu-buruan. Dilengkapi napas tersenggal akibat berlari serta perpaduan sempurna heels dengan halaman sebuah hotel.
Berhenti di dalamruang masuk setelah melewati pintu putar hotel. Keadaan menjadi tenang, terdengar bisik- bisik para penjaga di ruang masuk. Mata bulat sejernih madu itu memandang ke berbagai arah mencoba menemukan jalan yang bisa membawa langkah kakinya berlanjut -sesuatu seperti tempat pesta.
Satu persatu jejak kaki di tinggalkan, berjalan menghampiri seorang pemuda yang juga baru masuk ke lobby -seorang diri.
"Maaf."
Panggilan pertama diabaikan.
"Tuan," panggilan kedua mendapat perhatian.
Ia menjadi kikuk saat seseorang memperhatikan begitu intens, -juga sedikit risih.
"Maaf, apa pesta di dalam sudah dimulai?"
Pemuda itu semakin menyelidik. Bibir hati terbentuk sebab dia tersenyum canggung dengan deretan gigi rapat di perlihatkan.
"Tunggu sebentar." Kedua tangan menahan langkah pemuda itu agar tidak meninggalkannya. Dalam ketergesaan dia mengeluarkan sebuah undangan.
"Ini undanganku."
Tertulis namanya pada bagian yang dituju oleh undangan.
'Do Kyungsoo.'
Nama yang cukup manis, terlihat seperti rupa pemilik nama.
Maka dengan sepasang mata bulat penuh harap agar si pemuda mau membantunya menemukan lokasi yang tepat tanpa tersesat adalah sesuatu yang bagus. Lima detik dia harus menunggu agar pria ini memahami maksudnya.
"Aku akan mengantarmu ke dalam."
Senyum yang tadi begitu kikuk semakin melebar kala dia memiliki perasaan kelegaan.
Do Kyungsoo
Gadis manis itu kemudian memasukkan kembali undangan dari pesta pernikahan atasan tempatnya bekerja. .
Namun hal lain kembali menganggu pikirannya.
"Tunggu sebentar."
"Ya?"
"Apa aku sudah terlihat cantik? Maksudku, ini pertama kali aku menghadiri pesta yang begitu mewah."
Lawan bicaranya mulai berpikir, tapi anggukan kecil pertanda Kyungsoo terlihat cantik seperti yang dia harapkan.
"Tunggu."
Sekali lagi si pemuda harus memperhatikan Kyungsoo. Memperhatikan permohonan gadis itu agar menunggu, sementara dia berbalik badan. Mengeluarkan alat make up untuk memperbaiki penampilannya.
Memberi polesan lipstik merah dan menumpuk bedak tipis yang memudarkan blush onpada kedua tulang pipi. Setelahnya, dia kembali menghadap penolongnya.
"Bagaimana sekarang?" Dia kembali bertanya.
"Kau terlihat cantik Nona."
Suara berat itu sedikit menenangkan kondisi jantung Kyungsoo.
"Tunggu sebentar."
"Ya?"
Giginya mulai gemelutuk menghadapi keadaan Kyungsoo. Salahkan kegugupan yang telah membuat wanita itu begini.
"Apa kau juga tamu di pesta itu? Kau datang sendirian?"
Ia jelas berpikir walau Kyungsoo tidak yakin tentang apa yang telah melintas di dalam otak lawan bicaranya ini. Tapi dia anggap jawabannya adalah 'ya'. Maka dengan keberanian yang dia miliki kalimat berikutnya meluncur.
"Kalau begitu mau masuk bersamaku? Berpura-pura menjadi kekasihku. Aku merasa sedikit aneh datang sendirian ke pesta semewah ini."
Helaan napas berat membuat jantung Kyungsoo berpacu. Dia mencoba untuk mengira jawaban apa yang akan meluncur.
"Karena kau cukup manis, baiklah."
Ia segera berjalan menggandeng tangan pemuda itu, berjalan berdua menaikkan tingkat percaya diri Kyungsoo.
Ia telah bekerja selama setahun di perusahaan ini, karena sang wanita adalah atasannya maka Kyungsoo menerima undangan untuk bergabung di dalam pesta semewah ini. Sekalipun dia masih tenaga kontrak.
Sebuah ballroom Hotel di sulap menyerupai pesta dansa seperti di negeri dongeng. Sulur mawar menjuntai di langit-langit ballroom, aroma vanilla menyeruak ketika dia melewati pintu masuk. Hati menjadi tenang seperti di ladang gandum, tarikan pelan dia dapatkan. Menyadarkan dia di mana berdiri saat ini, tepatnya bersama siapa. Sedikit mendongak, dia menemukan sosok pemuda yang masuk bersamaan, merapatkan tubuh keduanya agar lebih mendekat. -jelas seperti sepasang kekasih.
"Kai!"
Panggilan seseorang membawa Kyungsoo mengikuti arah pandang sang pemuda. Dengan tangan kanan yang bebas dia melambai membalas sapaan pemanggilnya. Menarik seorang pria tinggi untuk berjalan mendekati mereka.
"Jadi namamu adalah Kai?"
Bisiknya pelan, pemuda itu membenarkan.
"Kau bisa memanggilku seperti itu."
"Mengejutkan melihatmu datang kemari. Apa ini kekasih barumu?"
Arah pandang pria itu menatap Kyungsoo, tanpa kaca mata atau bantuan softlens, dalam jarak yang begitu dekat barulah Kyungsoo menyadari siapa pria yang bertanya mengenai dirinya.
-Park Chanyeol-
Seorang Manager di kantornya, walau dari departemen lain namun Kyungsoo mengenalnya. Mengejutkan pegawai rendah seperti dirinya bisa mendapat pengakuan oleh pria tinggi ini. Lalu dia menanti jawaban sang pemuda. Kyungsoo berharap dia menjawab tidak, karena jika jawabannya adalah ya, itu sama seperti dia menggali kuburannya sendiri.
"Tentu."
Mata bulatnya membulat lucu. Satu kata yang menjelaskan semuanya dalam waktu singkat. Tingkat kepercayaan diri Kyungsoo yang sempat naik mendadak merosot. Banyak hal yang dia pikirkan. Tadinya dia pikir tidak akan ada yang mengenali pemuda ini, tapi jika orang sekelas Chanyeol terlihat informal saat bicara dengan Kai itu artinya pria ini memiliki suatu kedekatan.
"Aku akan pergi."
Ia berbisik pelan sembari berjinjit agar bisa mencapai telinga Kai. Berusaha melepaskan diri tapi jalinan jemari Kai berhasil menahan Kyungsoo. Pemuda berkulit tan itu tersenyum dalam sebuah jalur lirikan kepada Kyungsoo. Hingga ia kesulitan meneguk saliva sendiri, Kai melepaskan tangan Kyungsoo namun detik berikutnya ia mengapit pinggang Kyungsoo untuk merapat.
"Ayah mencarimu."
Kemudian seorang anak perempuan cantik berjalan mendekat. Mengapit tangan sang Manager Park hendak membawanya pergi.
"Oh Kai! Kau datang? Wah! Mengejutkan... Owh! Kyungsoo? Wahh!?"
Baekhyun.
Byun Baekhyun
Sosok anak perempuan yang mengapit lengan Chanyeol adalah seorang pekerja di perusahaan tempat Kyungsoo memulai karier sebagai peserta magang. Adalah anak perempuan cantik dengan bibir tipis yang juga sekretaris atasannya, pemilik pesta malam ini. Bahkan meja kerja Baekhyun ada di hadapan Kyungsoo.
"Sampai bertemu nanti."
Tidak ada percakapan lanjutan. Keduanya pergi, meninggalkan keterkejutan bagi Kyungsoo. Saat dia sadar, segera berusaha melepaskan diri dari jerat Kai.
"Ma-maafkan aku. Sepertinya terjadi kesalahpahaman di sini. Sekali lagi maafkan aku tuan."
Seakan mengerti situasi, dia beranjak.
'Oh! Kau bodoh Kyungsoo! Mereka pasti akan menertawakan kebodohanmu!' Umpatnya dalam hati. Berjalan meninggalkan Kai dan berusaha menerobos kerumunan orang di pesta. Setidaknya Kyungsoo harus menemukan tempatnya.
Sementara lelaki yang dia tinggalkan. Tidak benar-benar bertahan di tempat. Dia mengekor, menjaga jarak hanya dua langkah di belakang mengikuti kemana gadis itu akan berhenti dalam kepanikan dirinya sendiri. Mengikuti seperti ada magnet yang menarik. Tapi sepertinya terdapat tarikan yang lebih kuat hingga dia kehilangan sosok Kyungsoo.
"Kau terlambat bocah!"
Ia menyadari siapa yang menyapa paksa dan hanya mampu terkekeh pelan.
"Maafkan aku hyung. Pekerjaanku..."
"Tidak bisakah kau berhenti membicarakan pekerjaan? Ini pestaku mengerti! Ayo bergabung dengan kami."
Ia terpisah oleh jarak pada satu tempat. Terhenti bicara karena terpotong dengan cepat. Tidak ada cara menghindar, dia bahkan sulit mengingat kerinduan yang tak kunjung terbayar.
Kini berhadapan dengan seorang gadis cantik, berlesung pipi dan berwajah Mandarin yang sangat menawan.
"Kai? Senang melihatmu kembali."
Satu orang lagi menyapa. Ia hanya mampu tersenyum canggung. Berada di antara dua orang yang kini telah memiliki ikatan lebih erat harusnya menyadarkan dia jika tidak seharusnya berada di sini, di pesta malam ini. Dia hanya butuh tempat yang tepat. Namun sepertinya tempat itu tidak ada.
"Kau sudah tiba? Ayah merindukanmu Kai."
Pelukan erat dari pria tua ia dapatkan dalam hitungan detik berikutnya.
"Aku juga merindukan Ayah "
"Apa artinya kau bersedia bekerja di perusahaan keluarga lagi?"
Ia terkekeh pelan atas tawaran barusan.
"Ehem!" Belum sempat sebuah jawaban meluncur. Teguran berkelas menyadarkan keduanya.
"Aku pikir ini adalah acara keluarga. Bagaimana kalian bisa membicarakan pekerjaan di acara pernikahanku?"
Kini kedua pria itu tertawa bersamaan. Mengabaikan fakta jika sorotan utama malam ini jelas pasrah atas pembicaraan yang dilakukan Ayah dan adiknya.
~ RoséBear~
Malam itu, tidak pernah ada yang mengira tentang apa yang akan terjadi. Matanya menangkap kembali sosok Kyungsoo, berdiri sendirian dengan segelas jus jeruk.
Tanpa sadar dia berjalan mendekat.
Kim Jongin
Dia kembali ke negara ini, kembali ke Kota yang telah membesarkannya hanya untuk menghadiri acara pernikahan sang kakak.
Ia menolak untuk kembali ke rumah sementara waktu.
Kai
Begitu mereka memanggil sosok tampan berkulit tan seksi dengan senyum menggoda. Lelaki yang semasa kecil memiliki cita-cita menjadi pemain bola. Sayangnya itu tidak benar-benar terjadi, Kai bukanlah pria yang memiliki waktu berlatih begitu banyak seperti anak-anak lain.
Dia lebih memilih menghabiskan banyak waktu dengan duduk menghadap layar komputer untuk meciptakan konsep dan rancangan yang bisa menarik perhatian publik. Dengan begitu, dia akan mendapatkan bayaran.
Kai beralasan tidak akan memiliki malam yang menyenangkan jika berada di rumah dengan dua lelaki yang memiliki hubungan darah. Maka segera dia membayar untuk beberapa malam di sebuah bangunan.
~ RoséBear~
Hanya dua malam sejak pesta itu berlangsung. Kyungsoo melihat atasannya kembali bekerja seperti biasa. Dengan setumpuk dokumen yang baru di antarkan oleh perempuan bernama Baekhyun serta satu proposal pengajuan dana dari bagian pemasaran yang dititipkan padanya.
Ia berdiri canggung tidak berani menyapa, sebab kedua kakinya telah tertanam di dalam ruangan sementara dari jarak kurang 10 meter seorang pemuda ikut tersenyum atas kehadiran Kyungsoo.
"Kalian saling mengenal?"
Suara lembut Yixing memecah kesunyian.
"Ya/tidak."
Keduanya memiliki jawaban berbeda dalam satu waktu.
"Jadi?" Yixing mengulang pertanyaan dengan kata yang lebih singkat untuk sebuah kepastian.
"Tentu saja. Kyungsoo adalah kekasihku Noona." Pemuda itu dengan senyum mengembang. Beranjak dari meja setelah ia menggunakan benda itu untuk bersender. Mendekat dan mengambil proposal di tangan Kyungsoo.
"Ahhh!"
Mulutnya terbuka, kedua bibirnya memisahkan diri satu sama lain setelah pernyataan pemuda yang dia temukan di pesta Pernikahan Yixing dan Suho.
Merangkul pundak Kyungsoo memaksanya ikut berjalan mendekati Yixing.
"Aku ingin makan siang dengannya. Bisakah kau memberi izin?"
Yixing dengan bibir merapat, tersenyum menerima proposal pemberian Kai.
"Tidak bisakah kau menunggu lima menit lagi sampai waktu istirahat benar-benar tiba?"
Mereka hening beberapa saat.
"Setidaknya beri Kyungsoo waktu menjelaskan isi proposal ini padaku."
"Ah!" Dia terlonjak kaget atas ucapan Yixing. Buru-buru Kyungsoo menepis rangkulan Kai dan berjalan menghadap Yixing. Menunduk meminta maaf kemudian mulai menjelaskan seperti apa yang dipesankan seseorang dari lantai dua kepadanya tadi. Sementara dalam jarak kurang satu meter, dia menyadari sepasang mata rubah sedang memandang.
Srretttt
"Woagh!"
Kyungsoo terlonjak kaget akibat tarikan paksa yang dia sadari adalah berasal dari Kai.
"Sudah masuk jam istirahat. Akan kukembalikan dia secepatnya Noona."
"Ah!" Kyungsoo yang diseret menuju keluar ruangan hanya memandang Yixing menyesal. Dahinya berkerut menahan malu di ruangan sempit yang menjadi tempat kerjanya dan Baekhyun. Belum lagi sepanjang lorong lantai lima perusahaan ini. Orang-orang memandanginya bingung.
~ RoséBear~
"Ya! Ya! Lepaskan aku."
Teriakan Kyungsoo tidak berarti apapun saat tubuhnya terdorong ke bangku penumpang depan sebuah mobil sport yang terparkir di basement khusus pegawai. Ia memutar pandangannya mengikuti Kai yang memutari bagian depan mobil hingga berakhir di balik kemudi. Pemuda itu segera memasangkan sabuk pengaman pada Kyungsoo tanpa melunturkan senyum di wajahnya. -sebuah kepuasan baru saja dia dapatkan.
"Kemana kau akan membawaku!? Aku bisa melaporkan jika ini adalah penculikan."
Kepanikan Kyungsoo lebih terlihat sebagai sebuah candaan di mata Kai. Pemuda itu tidak membalas, dia hanya melaju kemudian menyerahkan kepada penjaga agar bisa keluar dari tempat parkir ini.
Hanya beberapa ratus meter Kai kemudian menghentikan mobil.
"Sebenarnya kau ini kenapa?" Dia berusaha membuka sabuk pengaman sembari bertanya pada Kai.
"Kau bisa turun di sini."
Kedua mata Kyungsoo membulat lucu, berkedip beberapa kali setelah kalimat milik Kai meluncur.
Tentu saja Kyungsoo menjadi emosi. Dia benar-benar turun dan membanting pintu mobil cukup keras hingga menimbulkan suara bedebam.
Namun detik berikutnya mobil melaju meninggalkan ruang kosong di sekitar Kyungsoo.
"Ya bajingan! Brengsek!" Dia mengumpat, berteriak, menghentakkan kaki dengan perasaan kesal luar biasa karena ditinggalkan tanpa sebuah pemahaman. Setidaknya dia butuh penjelasan tentang semua ini.
Sementara di dalam mobil, Kai melaju walau pandangannya mengamati Kyungsoo. Tanpa sadar dia tertawa geli dengan ekspresi menggemaskan Kyungsoo. Kekehan membuat kedua matanya menyipit. Namun tidak ada niat untuk kembali, karena dia sedang terburu-buru.
~ RoséBear~
Pagar besi dibukakan, membiarkan mobilnya masuk ke dalam. Berhenti tepat di pinggir jalan masuk menuju pintu sebuah bangunan yang bernama rumah.
Sudah sangat lama dia tidak kembali kemari. Kakinya menginjak rumput yang telah di gunting rapi oleh pengurus kebun. Pohon apel di halaman, tepat di dekat dia memarkirkan mobil sedikit menghalangi sinar matahari menyisahkan pandangan.
"Selamat siang tuan muda."
Sapaan seorang pelayan membuat Kai menoleh.
"Di mana Ayah?"
"Tuan besar berada di gazebo bagian belakang."
Di mengangguk paham atas pemberitahuan berikutnya. Kai menyerahkan kunci mobil dan memilih menggunakan jalan setapak di sebelah rumah.
Menghabiskan bagian dinding bangunan, dia bisa melihat kebun kecil milik sang Ayah. Dengan pemiliknya duduk bersama beberapa bunga potong di bawah gazebo berwarna putih gading.
"Apa Ayah tidak ingin menyambut kedatanganku?"
"Oh!? Oh hai! Kau benar-benar datang ternyata. Kemarilah! "
Ayahnya terkejut, namun segera sadar yang Kai butuhkan adalah sebuah sambutan hangat. Dia mendapat tempat di satu-satunya kursi yang tadi diduduki sang Ayah setelah pria tua itu berdiri dan memeluknya erat tanpa melepaskan peralatan perawatan bunga miliknya.
"Lucas!" pangggilnya kepada salah seorang penjaga kebun yang segera mendekat, memberi salam hormat kepada Kai.
"Aku butuh satu kursi dan beberapa makanan ringan. Ah! Katakan pada nyonya Kang untuk menyiapkan makan siang spesial. Tuan muda ini akan makan bersamaku." Dia mengakhiri kalimat panjangnya dengan sebuah kedipan kepada Kai.
Kai menutup mulut untuk menahan tawa atas sambutan sang Ayah. Sedikit berlebihan, tapi itulah Ayahnya. Ayah yang telah membesarkannya.
Kai hanya memberi beberapa perhatian kecil kepada bunga potong milik sang Ayah sembari menunggu kursi yang dijanjikan. Dia tidak bisa memulai percakapan dengan sang Ayah yang berdiri. Sampai kemudian kursi itu datang bersamaan dengan makanan ringan.
Sang Ayah melepaskan sarung karet dari tangan. Sementara Kai menyesap teh hangat dan sebuah biskuit renyah.
"Benar-benar belum ingin kembali ke rumah?"
Ia mengintip sang Ayah dari celah cangkir yang tersedia. Segera meneguk dan mengembalikan cangkir ke atas meja, mencari sela di antara potongan bunga.
Kai menggeleng pelan. "Aku belum siap. Ayah tahu masalahku, begitu juga untuk bekerja kepada Ayah."
"Ahh sayangku. Jadi apa yang akan kau lakukan di negara ini?"
Mereka memulai percakapan dengan ditemani makanan ringan. Bersamaan hembusan angin di siang hari. Mengabaikan terik matahari di atas sana.
"Ahhhh." Kai menghembuskan napas berat.
"Ayolah. Ayah tidak suka melihatmu begitu. Ayah ingin kau segera menentukan pilihan Kai. Jika kau terus begini, sama seperti kau juga menyakiti kakakmu sendiri. Jangan sampai membuat Ayah memilih di saat Ayah tahu masalahmu."
Kai tersenyum kaku atas uangkapan sang Ayah. Dia menggeleng.
"Ini tidak akan lama. Aku akan kembali setelah beritirahat sebentar."
"Berapa lama? Satu minggu? Satu bulan? Berapa lama sampai kau sangat yakin padanya? Lagipula, apa akan terus seperti ini?"
"Maksud Ayah?" Dia meletakkan cangkir, pertanda untuk memulai pembicaraan yang sebenarnya. Begitupun dengan ayahnya. Dia tersenyum, menyilangkan kaki seakan menuntut sebuah penjelasan dari Kai.
Mereka hening beberapa saat. Memberi ruang waktu untuk seseorang berjalan mendekat tanpa disadari.
"Manager Park sudah mengatakannya pada Ayah."
"Apa yang dia katakan?"
"Seorang wanita bermata bulat, rambut sebahu, kulit putih bersih, terlihat begitu ceria. Kau memperkenalkannya sebagai seorang kekasih kepada orang-orang. Kapan kau akan membawanya kepada Ayah?"
Dia terdiam mendengar penggambaran dari ayahnya. Sepertinya gosip menyebar secepat darah di urat nadi.
"Siapa namanya? Do... Kyung..."
"Do Kyungsoo." Kedua pria itu menoleh ke belakang menemukan sosok Suho dengan senyum mengembang. Melipat tangan di dada, berjalan memasuki gazebo dan bersender di dinding sebab tidak ada kursi untuk diduduki.
"Yixing bilang kau makan siang bersama kekasihmu. Jadi kupikir Ayah akan kesepian. Ah! Apa kau membawa anak itu menemui Ayah? Apa aku mengganggu rencanamu?" Ia membuat keterkejutan di akhir kalimat.
Ayahnya tampak bingung. Memandang sosok Suho yang baru tiba dan Kai bergantian.
Kai menggeleng. Bangkit dan menarik napas dalam.
"Aku sangat lapar. Makanan itu tidak cukup untuk mengisi kekosongan perutku. Ayolah ke dalam."
Pikirannya adalah meninggalkan kedua pria itu.
"Ah! Seharusnya aku memesan ayam goreng bertabur biji wijen kepada nyonya Kang. Apa dia menyiapakannya, atau aku harus meminta untuk makan siang besok?"
Pemuda itu jelas menghindar. Dia memilih berbicara sendiri dan berdebat dengan pikirannya.
"Kau akan makan siang di rumah?"
Ayahnya ikut bangkit setelah bertanya pada Suho.
Pria tampan itu mengangguk pelan, mengikuti langkah sang Ayah yang menyusul Kai.
"Ya. Karena aku benar-benar berpikir Kai mengabaikan permintaan Ayah pagi ini dengan alasan kekasihnya. Ayah tahu, Kai tidak suka menginjakkan kaki di rumah ini."
"Setelah makan. Kau mau menceritakan kekasih adikmu kepadaku?"
Suho menggeleng tidak begitu yakin.
"Tidak bisa. Aku tidak mengenalnya. Tadi Yixing hanya bilang jika pegawai kontrak yang menjadi asistennya ternyata adalah kekasih Kai."
"Ahh begitu rupanya."
Pria tua itu tidak begitu paham. Tapi selalu ada kesempatan di kemudian waktu.
~ RoséBear~
Sementara wanita bermata bulat yang mereka maksud menghabiskan satu gulungan roti dan sebotol air mineral dengan amarah yang tertanam. Ia kelelahan, berjalan kaki cukup jauh untuk kembali ke bangunan Kantor.
Dddrrtttt
Ponsel bergetar. Jelas terlihat panggilan dari sang ibu yang memaksa Kyungsoo mengangkat panggilan itu.
"Apa kita bisa bertemu besok? Bantu membuat iklan yang menarik untuk usaha ibu."
Napasnya tertahan mendengar permohonan yang meluncur tanpa rasa bersalah apalagi sebuah perhatian. Alis Kyungsoo naik setingkat, otaknya di paksa berpikir.
"Ibu akan menggunakan kereta besok pagi. Ayo kita makan siang bersama. Ibu juga akan membawakan sup kaki sapi untukmu. Sampai berjumpa besok sayang."
Kedua bibir Kyungsoo terpisah satu sama lain. Tepat setelah panggilan berakhir. Di saat dia bahkan belum mengeluarkan satu katapun.
sendok di tangan terjatuh begitu saja, pandangan kedua mata bulat Kyungsoo menatap layar ponsel yang menampakkan wallpaper pororo.
"Seharusnya ibu minta saja uang bulanan dari pria itu daripada merepotkan diri dengan bekerja."
Dia menggerutu tidak menentu.
"Arrrghhhh!" Teriaknya sembari menghentakkan kaki.
~RoséBear~
Do Kyungsoo
Kedua orang tuanya bercerai sejak lama. Sang Ayah angkat telah kembali lagi dengan wanita kaya sementara dia dan Ibunya harus berusaha membiayai hidup. Kadang wanita itu berpikir kenapa dia memilih tinggal bersama sang ibu daripada ayah angkatnya yang kini menjadi kaya kembali. Tapi sampai sekarang dia tidak menemukan jawaban pasti, itu karena Kyungsoo memiliki ikatan anak dan ibu, -alasan klasik yang selalu dia gunakan sebagai sebuah penyangkalan.
Dan besok Ibunya yang cantik itu akan berkunjung setelah satu jam perjalanan dengan kereta.
Besok itu, Kyungsoo berharap tidak ada hal buruk yang terjadi. Dia hanya ingin hidupnya berjalan normal lagi. Tidak ada pria yang menelantarkan dirinya, tidak juga Ibunya yang suka membuat keributan. Atau apapun yang membuatnya kesal.
To be Continue...
