"You stupid! We're gonna die!"
"Tenanglah, dimples! Kau mengganggu konsetrasiku!"
"Kau gila! Kuberitahu, kau sudah kehilangan akal sehat! Astaga, ada mobil dibelakang mengejar kita!"
"Oh crap,"
"Jangan injak gas lebih dari itu! Ini mobil rental!"
.
Aku lupa mengatakannya, kalau kejadian malam itu adalah kejadian paling tidak masuk akal dalam hidupku. Aku merasa ada dalam momen 007, kecuali fakta bahwa aku hanya seorang pelajar biasa. Jika kalian banyak menonton film action dan berharap bisa ada dalam film tersebut, kusarankan kalian urung. Karena jika dirasakan sendiri, itu bisa menjadi pengalaman buruk yang menyebabkan trauma berkepanjangan. Dan satu lagi, sebelum kalian meneruskan membaca cerita ini, kusarankan kalian jangan pernah percaya dengan pria berambut keriting yang tiba-tiba datang ke sekolahmu sebagai orang baru.
Ya, semuanya dimulai saat itu.
.
Palm Woods Academy
Minggu terakhir sebelum liburan musim panas. Sekolah terlihat ramai dengan orang-orang yang mendedikasikan dirinya untuk pendidikan dan orang-orang yang hanya ingin meninggalkan rumah dan segala hal membosankan didalamnya.
Hari yang sempurna. Sampai sekitar dua menit kemudian, sebuah insiden mengacaukan segalanya.
BRUAK! Sebuah Burgundy 1967 Pontiac GTO Convertible Red menabrak tong sampah besar di depan pintu utama dengan naasnya.
"Aww yeah, Kendall! Tiga belas menit! Kau membuat rekor baru! Woot woot!" seorang laki-laki ber-helm dengan kaos biru bergaris keluar dari mobil naas itu dengan begitu semangat.
"I know," laki-laki kedua keluar dari pintu pengemudi dengan senyum kemenangan.
"It's so awesome to be us!" laki-laki ketiga yang cantik—ya, cantik- juga terlihat tidak kalah semangatnya. Mereka bertiga melakukan high five tanpa menghiraukan tatapan abstrak orang-orang di sekitar mereka. Serta tatapan pilu dari cleaning service yang baru saja membuang sampah disana.
"This is my car!" berbeda dari tiga orang sebelumnya, laki-laki keempat ini terlihat panik dan marah saat bagian depan mobilnya dihancurkan dengan cara yang sangat tidak terhormat.
Namun ini hanya awal dari serentetan kesialan baginya.
.
Laki-laki pertama adalah Carlos Garcia. Yang paling muda dari mereka berempat. Tipikal mudah ditipu tapi sulit dikalahkan dengan perkelahian fisik. Dibalik tampang polosnya, dia bisa menghajarmu dengan brutal. Jika kalian melihatnya tidak memakai helm hoki hitam kesayangannya itu, telepon 911 sesegera mungkin.
Yang kedua adalah Kendall Knight. Yang paling tua, sekaligus memiliki kepala paling normal dari tiga temannya yang lain. Diantara yang lain, dia yang paling mungkin membuat masalah dari ucapannya. Obsesinya pada hoki juga tidak bisa ditandingi oleh siapapun di sekolah ini. Dan berhubung dia yang paling normal, maka dia adalah satu-satunya yang memiliki pacar diantara berempat.
Selanjutnya, James Diamond. Jika dalam buku tahunan ada nominasi untuk siswa yang paling terobsesi menjadi selebriti, dia pasti mendapatkan suara mutlak. James mungkin adalah inkarnasi dari Doraemon karena saku baju dan celananya penuh dengan benda-benda tidak lazim dibawa di saku, seperti hairspray atau cermin.
Yang terakhir adalah otak dari keempat laki-laki ini. Hortense Mitchell yang entah mengapa dipanggil Logan. Calon dokter, math-geek dan dia cukup terkenal karena kejeniusannya . Logan adalah satu dari kategori orang yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan. Dia mungkin jago mengatasi matematika, tapi kecerdasannya dalam menangani perempuan, secara skalar, mungkin nol.
.
"Jadi liburan musim panas ini aku dan Carlos akan ke Kanada. Bagaimana dengan kalian berdua?" Kendall memulai topik pembicaraan.
"I'm going to La La Land *)!" jawab James. "Kali ini kalau aku benar-benar tidak pulang, kalian tahu harus mencariku dimana," lanjutnya.
"Kepolisian Dallas?"
"Hollywood, Carlos! James tidak punya tampang kriminal," ralat Logan. "Dan bicara soal kriminal, kalian berdua bukannya terlalu muda untuk berpergian ke Kanada berdua saja?"
"That's the point. In Canada, we can already get drunk," jawab Kendall.
"Begitu pulang nanti, kalian akan melihat foto mabuk pertama kami!" lanjut Carlos. Dan sekali lagi, dia melakukan high five dengan Kendall.
"Kalian jauh-jauh terbang ke Kanada hanya untuk bermain hoki dan minum bir pertama? Sebagai informasi, kalian pergi pe Kanada-pun, kalian tetap dibawah umur. Memangnya kalian orang Jerman? *)" Logan mengerutkan dahinya, tidak percaya. "Kenapa kalian tidak sepertiku? Memilih kegiatan liburan normal yang biasa dipilih oleh remaja pada umumnya," lanjutnya.
"Apa?" tanya ketiga temannya.
Logan-pun menjawan dengan semangat, "Camp Math,"
Tolong masukkan efek suara jangkrik disini.
"Logan—" Kendall menepuk pundak Logan dengan wajah simpati. "Kau harus lebih menikmati hidup,"
"Kenapa? Aku menikmati hidup!" elak Logan.
"Dude, kau harus mencari pengalaman! Mencari sesuatu dalam hidupmu!" kata Carlos.
"Oh! Kau bisa menjadi managerku nanti kalau aku sudah terkenal di LA," tambah James.
"Kutolak." Logan membentuk tanda X dengan tangannya ke arah James. "Dan juga, ini sudah terlambat untuk membuat rancangan liburan yang baru,"
"Yah, kau tidak akan tahu, dari hal-hal sederhana mungkin saja itu bisa membawamu pada hal yang menarik," kata Kendall.
"Like what? Tiba-tiba ada murid baru dan guru baru mencurigakan di akhir bulan sekolah?" kata Logan asal.
"Hai semuanya, buang buku tua membosankan kalian, karena aku adalah guru Sejarah kalian yang baru,"
Tiba-tiba sebuah suara tidak dikenal membuyarkan obrolan keempat tokoh utama kita. Semua duduk di tempat mereka masing-masing, dan terlihat sedikit curiga dengan guru baru ini. Wajar, tidak ada guru baru yang direkrut satu minggu sebelum liburan musim panas. Tapi bagi anak-anak perempuan, mereka mungkin akan masuk kelas sejarah sepuluh kali dalam sehari sampai hari terakhir sekolah.
Seorang lelaki berkacamata bingkai hitam besar *), memakai jins hitam dan kemeja putih dengan lengan yang disingsingkan sampai siku. Dari balik setelannya, bisa terlihat postur tubuh yang sangat bagus, terlalu bagus untuk ukuran seorang guru.
"Oke, introduce time! Daripada mendapatkan guru sejarah tua yang membosankan dan mudah merajuk, kalian akan menghabiskan satu minggu terakhir kalian di sekolah bersamaku, Joseph Lucas. Tapi kalian bisa memanggilku Joe, kalau kalian mau"
Seorang murid perempuan mengangkat tangannya sambil tersenyum nakal, "Bagaimana kalau... Joey?"
Si guru baru tertawa, "Haha..." "No. Joe," raut wajahnya langsung serius.
Murid yang lain mengangkat tangannya, "Apa kau tidak terlalu muda untuk jadi guru sejarah?"
"Hey, generasi muda sekarang harus menghargai sejarah! Dan sejarah bukan Cuma hal yang terjadi sebelum JFK ditembak, atau sebelum tragedi 11/11, kejadian yang terjadi kemarin juga adalah sejarah,"
Seorang murid perempuan berambut merah tiba-tiba menginterupsi, "Tapi secara harfiah, itu bukan arti sejarah, sejarah itu—"
"Ah, that's not important. We're in history class, not language class," guru itu memotong perkataan muridnya.
Daripada memperhatikan guru baru ini, Kendall, James, dan Carlos malah menatap Logan penuh makna.
"Hanya kebetulan, kata-kataku bisa benar!" katanya membela diri sebelum teman-temannya mengeluarkan kata-kata memojokkan. "Dan, tidak sepenuhnya benar, karena aku tadi mengatakan guru dan murid,"
Tok! Tok! Pintu kelas diketok oleh seorang lagi yang wajahnya tidak familiar.
"Holly crap!" itulah kata-kata yang pertama diucapkan olehnya.
"Hai, my-new-student-who-I-never-met-before!" sapa Joe.
"A—Aku masuk ke kelas yang salah,"
"Oh, tentu tidak! masih ada satu bangku yang kosong di sebelah—" Joe menerawang ke sekeliling kelas, dan menemukan satu bangku kosong di sebelah Logan. "—si dimples itu,"
"Dimples?" Logan kaget dengan panggilan guru baru itu untuknya. Sementara seisi kelas hanya terkikik mendengarnya.
"Aku tidak bisa, Mr-teacher-who-I-never-met-before. Aku punya fobia lesung pipit," orang itu membuat alasan paling bodoh yang bisa dibuat seorang penipu.
"Tapi aku ingin kau masuk kelasku. C'mon! This is my first day, too!" Joe tersenyum penuh makna. Sedangkan murid baru tadi hanya bisa mendesah pasrah dan masuk ke dalam kelas. Dan dipastikan anak perempuan semakin menyesal sekolah tinggal seminggu lagi.
"Logan?"
"Shut up, Kendall! Mungkin saja ada kebetulan dua kali,"
.
Brak! James menutup pinto lokernya dengan keras.
"I hate that new history teacher. End of story." katanya sedikit geram.
"Haha, kenapa kau harus benci dengan seorang guru, James?" Carlos tertawa mengejek.
"Kau tidak lihat reaksi anak-anak perempuan di kelas tadi? Mereka tidak berkedip!" kata James makin gusar.
"Oke, aku tidak mengerti kata-katamu," kata Kendall.
"Dude! I'm James! I'm the face of this school!" jelas James sambil memberikan penekanan pada kata 'the'.
"No, you are school's black history," ralat Logan.
.
Tahun Pertama.
Seorang anak laki-laki bertubuh besar dan bergaya preman mendorong tubuh James sampai menabrak dinding.
"I hate you!" katanya.
"Kenapa?"
"Because I'm the face! Dan kau mengambilnya dariku, anak baru!" laki-laki itu memberikan penekanan pada kata 'the'.
"Oh? Benarkah?" James mengeluarkan sebuah spray dari saku celananya dan menyemprotkannya ke wajah orang itu.
"AAA! WAJAHKU!"
James tersenyum puas dan membuat pose iklan, "Better wear ya' Cuda,"
Seorang perempuan berambut merah menghampiri James dan berkata, "Dude, itu anak dari donatur terbesar di sekolah ini,"
"You say what?"
.
"Oke, mungkin aku memang membuat masalah bagi sekolah ini, tapi tetap saja! Aku tidak bisa menerima ada orang yang mengalahkanku! Aku orang paling tampan disekolah ini, dan aku tidak akan kalah dari seorang guru sejarah dengan kacamuka!" kata James.
"Dude, that's Ray-Ban. Kau butuh waktu satu bulan untuk mengumpulkan uang agar bisa membelinya," kata Kendall.
"He's more swagger than you, then." kata Carlos.
James menghembuskan nafas sekali dan—
"Okay, Carlos! This is war!"
James mulai memukul Carlos dan membuat mereka berdua jatuh ke tong sampah. Setelah itu mereka saling pukul dan berguling-gulling di lantai sekolah. Seketika, semua perhatian langsung tertuju pada mereka. Sementara Kendall dan Logan memilih untuk kabur.
Saat semua orang sibuk mengerumuni James dan Carlos, tiba-tiba seorang laki-laki—yang tidak familiar, lagi- mendekati mereka berdua dan menarik kerah belakang baju James dan Carlos.
"Wow! Wow! Wow! You, you, me, conselling room, now!"
.
James dan Carlos duduk dihadapan seorang pria yang terlihat familiar, tapi juga tidak terlalu familiar. Yang mereka sadari hanya satu hal; keriting. Tapi mereka tidak cukup pintar untuk menelaah.
James membaca papan nama yang ada di meja pria tersebut, 'Kevin Lucas'. Nama yang familiar, pikir James. Sungguh tidak bisa dibayangkan betapa lemahnya kemampuan berfikir orang ini.
"Mr, sebelum kau bertanya, biar kutebak, kau baru?" tanya James.
"Ya."
"I know something wrong with this school!" kata James.
"Baiklah, kalian berdua. Bisa kalian jelaskan kenapa kalian—" Kevin menjentikkan jarinya, mencoba mengingat nama mereka berdua. Yang tentu saja tidak berguna karena dia belum pernah bertemu dengan dua orang ini.
"James Diamond, Carlos Garcia," kata James.
"Ya, bisa jelaskan kenapa kalian berdua berkelahi di lorong sekolah? Hm? Diamond? Garcia?"
Carlos dan James saling berpandangan. "Kami sering melakukan itu dari dulu," kata Carlos.
"Benarkah? Hobi kalian itu saling mencoba membunuh satu sama lain?" tanya Kevin.
James mengangkat bahunya, "Yah—kurang lebih begitu. Kami berdua—dan dua orang selain kami- sering melakukannya sejak kecil. Tanpa alasan yang jelas, kami menikmati perkelahian 'persahabatan' satu sama lain," kata James dengan nada kurang yakin.
"Oh, dan kami sudah berteman sejak taman kanak-kanak!" tambah Carlos dengan semangat.
"Ow—" Kevin membuat 'O' besar. "Oke, kalian bisa keluar sekarang,"
James mengerjap tidak percaya, "Benarkah? Karena biasanya guru konseling tidak pernah membiarkan kami keluar kurang dari tiga puluh menit,"
"Pfft, apa yang harus kukatakan lagi? Kalian masih muda, nikmatilah saling membantai satu sama lain! Dan selama kalian tidak melakukannya dengan niat jelek, tidak masalah." kata Kevin santai.
"Ow—" kali ini James yang membuat 'O' besar.
"Ah—jadi kami benar-benar tidak dalam masalah?" tanya Carlos kurang yakin.
"Nope,"
James dan Carlos saling berpandangan satu sama lain untuk waktu yang cukup lama.
"Okay, stop starring at each other, that's creepy," Kevin mengerutkan dahinya sambil menatap James dan Carlos.
"Thank you, Mr K! You rocks!" kata James dan Carlos bersaamaan sebelum mereka lari meninggalkan ruang konseling.
.
"Aku harus mengatakan ini padamu, Kendall. Ada yang salah dengan hari ini. Murid dan guru baru? Satu minggu sebelum liburan musim panas? Pasti ada sesuatu!" kata Logan.
"Ya, Principal Rocque memang sering melakukan hal-hal aneh. Dan ini bukan satu-satunya," kata Kendall.
.
6 Bulan yang lalu.
Di aula sekolah, Principal Gustavo Rocque berdiri di mimbar dan mulai berpidato. Seisi aula heran dengan pengumuman mendadak ini.
"Folks, aku baru saja menonton sebuah film yang merubah hidupku. Oleh karena itu, mulai sekarang, semua kegiatan di sekolah akan dilakukan dengan cara musikal! Kalian istirahat, bernyanyi. Kalian ingin menyatakan cinta, bernyanyi. Kalian masuk ke pintu utama, bernyanyi. Kita akan bersama-sama mengubah failure seperti kalian, menjadi musikus handal!"
"Film apa yang ditontonnya?" tanya Carlos penasaran.
Seorang perempuan berambut merah yang duduk di samping Carlos dan yang lainnya menjawab, "High School Musical,"
.
"Tapi kali ini berbeda! Ada sesuatu yang salah! Dan instingku mengatakan, ini berbahaya," kata Logan sambil memasang wajah detektif.
"Ya, Logan. Dan kebetulan, instingmu nyaris tidak pernah benar," balas Kendall sarkastik.
Logan menghela nafas panjang dan berhenti berjalan, "I really need to get a life, am I?" kata Logan dengan wajah pilu.
Kendall menepuk pundak sahabatnya, "Yes, dude. Kau terlalu lama terjebak dalam kesendirianmu bersama buku-buku pelajaran yang membosankan. Sudah saatnya kau mencari pacar dan berfikir lebih—" Kendall mencari kata-kata yang tepat, "-santai. Ya, santai. Kau terlalu menganggap semuanya serius. Kau bisa mati sepuluh tahun lebih cepat dariku jika kau terus bertingkah lebih dewasa dari usiamu,"
"Haha, Kendall! Tidak semudah itu! Tidak mungkin tiba-tiba ada seorang gadis datang padaku dan berkata, 'Hei, pulang sekolah ini bagaimana kalau kita berdua makan Pizza di restoran yang baru buka kemarin?'" kata Logan dengan senyum frustasi.
"Hei, pulang sekolah ini bagaimana kalau kita berdua makan Pizza di restoran yang baru buka kemarin?"
Kendall dan Logan menoleh ke arah suara. "Jo!" kata Kendall. Ya, Jo Taylor. Peringkat empat perempuan tercantik di sekolah mereka. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia dan Kendall sudah berpacaran sejak masa orientasi sekolah setahun yang lalu dan masih berlanjut sampai sekarang.
"Tidak bisa kupercaya!" Logan menubrukkan punggungnya dengan loker dibelakangnya.
"Ya, tentu Jo. Itu akan menyenangkan!" kata Kendall sambil tersenyum ke arah pacarnya itu.
"Oke, kutunggu kau di parkiran pulang sekolah nanti," kata Jo. Dia memberikan goodbye kiss di bibir Kendall dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Kendall kembali pada Logan.
"Logan, kau masih hidup?" tanya Kendall pada Logan yang terlihat menatap kosong ke arah depan.
"Tidak. Aku mati dan sekarang aku berbicara padamu dalam wujud zombie," jawab Logan sakarstik.
.
"Kalian berdua sama sekali tidak bisa kupercaya!" Nick menatap dua orang yang sedang duduk di hadapannya menikmati makan siang dengan wajah tanpa dosa.
"Oh, ayolah, muridku! Ini tidak seburuk yang kau pikirkan!" Joe menjawab dengan santai.
"Berhenti memanggilku seperti itu, kacamuka!" kata Nick.
"Hey! Ini Ray-Ban!" Joe menunjuk kacamatanya.
"Kita bertiga sudah sepakat, kan? Kenapa Cuma aku yang jadi murid?"
Joe dan Kevin saling bertatap-tatapan untuk waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya Kevin angkat bicara,
"Kami punya cerita kami sendiri..."
.
Sehari sebelumnya.
Dua orang berkacamata hitam dan memakai hoodie bertuliskan 'We Are FTW Generations' masuk ke ruang Principal Rocque.
"Hei! Siapa kalian?" Gustavo sedikit panik saat dua orang yang berpakaian ala dewa kematian modern masuk ke dalam ruangannya.
"Ini kami, Principal Rocque." salah satu dari mereka membuka kacamata hitam dan hoodie-nya, dan barulah diketahui bahwa dia Kevin.
"Kami punya sedikit permintaan," orang kedua membuka hoodie-nya, melepas kacamata hitamnya, mengeluarkan sebuah kacamata lain dari saku bajunya, dan memakainya. Merepotkan.
"Oh, ternyata kalian berdua, Lucas, Lucas." kata Gustavo.
"Please just call us Kevin and Joe. That's weird," kata Kevin.
"Oke, langsung ke point-nya saja," Gustavo memberikan perhatiannya pada dua orang ini.
"Ingat dua hari yang lalu saat kami bilang kalau kami menyelidiki sesuatu di sekolah ini dan akan melakukan penyamaran sebagai murid?" kata Joe.
"Ya. Dan aku menyetujuinya, kan?"
"Itulah masalahnya," kata Kevin. "Kami berdua mempunyai sedikit perubahan rancangan,"
.
"Dan kami berdua pun mengganti penyamaran sebagai guru. Karena kau tidak bersama kami, jadinya kau tetap mendapat peran sebagai murid," jelas Kevin.
"I'm feel like a dumb, you know? Seolah-olah aku ini maniak yang mencoba kembali merasakan pengalaman sebagai anak sekolah menengah!" protes Nick.
"Oh ayolah! Tidak seburuk itu! Kau bisa mendapatkan banyak gadis muda disini," kata Joe.
"Joe, I'm pro. Jangan samakan aku denganmu,"
"Hai, Nick!"
"Hai, Camille!" Nick menoleh ke arah suara.
"Ingat kan? Kau, aku, pulang sekolah, Kwik-E-Mart .*)" Camille tersenyum menggoda.
"I'll be there," balas Nick.
"Great! Sampai nanti!" Camille mengakhiri percakapan, melambai, dan berjalan pergi.
"Hei, kalau kau butuh privat sejarah, hubungi aku!" kata Joe. Camille sempat menoleh sebentar dari kejauhan dan membalasnya dengan thumb up.
"Wow! Bukannya itu Camille Roberts dari Degrassi*)?" kata Kevin tidak percaya.
"Haha! Gotcha! Kau mengencani Camille Roberts!" Joe tersenyum penuh kemenangan.
"Oh, ayolah! Kau mengencani Demi Lovato di penyamaran terakhir kita di LA!" balas Nick.
"Guys! Tolong, kembali ke topik utama!" Kevin meluruskan arah pembicaraan.
"Oke, aku punya rencana—" kata Joe.
"Hah? Yakin? Karena biasanya semua rencanamu itu berujung dengan membuatmu terlihat heroik," kata Nick sakarstik.
"Berisik! Oke, here's the plan. Kevin, kau kumpulkan murid-murid yang 'bermasalah' dan cari informasi dari mereka,"
"Kenapa aku?"
"Karena kau guru konseling. Dan murid akan mengungkapkan rahasia terbesarnya pada guru konseling karena mereka percaya padanya." kata Nick.
"Selanjutnya, aku akan mendekati tersangka. Memulai percakapan antara guru baru dan senior. Mendapatkan kepercayaan, membuatnya mabuk, dan mengorek kebenaran darinya," lanjut Joe.
"Sejauh ini bagus," komentar Kevin.
"Dan Nick, peranmu paling penting. Kau akan menjadi umpan. Buatlah dirimu terlihat se-menyedihkan mungkin, sampai akhirnya tersangka menawarkan 'itu' padamu,"
"You what?"
"Nick Lucas..." Joe menepuk pundak Nick. "Dia menjualnya pada murid, bukan guru. Hanya kau yang bisa melakukan tugas ini,"
.
Tiga hari kemudian.
Kendall dan Jo berjalan sambil bergandengan tangan dengan mesranya. Semuanya terlihat baik-baik saja di sekolah, sampai akhirnya mereka berdua melihat kerumunan anak-anak yang berbondong-bondong menyerbu ruang konseling.
"Wow, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba banyak yang pergi ke ruang konseling?" tanya Kendall heran. Tiba-tiba seorang perempuan berambut merah menghampiri mereka berdua.
"Kalian tidak tahu? Mr. K hari ini membuat program konseling lima menit, dan setiap kali kalian masuk, kalian akan mendapatkan satu cupcake," dan setelah mengatakan itu, dia pergi dan bergabung bersama gerombolan tersebut.
"Hanya demi cupcake?" Kendall terheran-heran.
"Mungkin cupcake itu terlalu enak sampai akhirnya banyak yang rela melakukan apa saja demi mencobanya," kata Jo.
.
Kemarin.
Carlos bersiap-siap untuk pulang. Saat dia menutup pinto lokernya, tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh Kevin yang sudah berdiri disampingnya.
"Hei, Mr. K!" sapa Carlos.
"Carlos, aku punya permintaan," Kevin mengangkat sebuah keranjang berisi penuh cupcake. "Kau mau mencoba ini dan membagikan ke teman-temanmu?"
"Gratis?" tanya Carlos. Kevin mengangguk sekali. "Aku tidak pernah menolak makanan gratis!" kata Carlos sambil menerima keranjang itu dengan senang hati.
"Terima kasih, Carlos!" Kevin tersenyum penuh makna sambil menepuk pundak Carlos. Dia langsung pergi dan meninggalkan Carlos.
Dan saat Carlos mencoba gigitan pertama—
"Holly cupcake!" mata Carlos membelak, menatap kue ditangannya dengan ekspresi tidak percaya. Dia belum pernah merasakan kue seenak itu selama hidupnya.
"Guys! Cupcake dari Mr. K benar-benar enak! Kalian harus mencobanya! Gratis!" teriak Carlos. Mendengar kata-kata 'cupcake enak' dan 'gratis' semua mata langsung tertuju pada Carlos. Dalam hitungan detik, semua kue dalam keranjang itu sudah habis. Dan semua ketagihan saking nikmatnya cupcake itu.
"Astaga, dimana Mr. K mendapatkan kue seenak ini?"
"Aku harus merasakannya lagi!"
"Ini benar-benar enak!"
Tiba-tiba seorang perempuan berambut merah menghampiri mereka sambil menunjuk ke arah ruang konseling. "Teman-teman! Besok Mr. K mengadakan program konseling kilat 5 menit, dan sekali masuk, kita akan mendapatkan satu cupcake!"
Dan seperti itulah awalnya.
.
"Mr. K. Aku punya masalah. Beberapa hari ini pacarku mengabaikanku, apa yang harus kulakukan?"
"Keep calm, eat you cupcake—" Kevin memberikan cupcake pada perempuan obesitas itu. "Dan cobalah untuk mengikuti program diet ketat. Next!"
"Yo, Kev!" seorang anak bergaya bad boy masuk ke dalam ruangan.
"Wallace Patrick Dooley, disini kau bisa menunjukkan sifat aslimu," kata Kevin. Wayne langsung melepas kacamata hitamnya dan duduk manis di depan Kevin dengan wajah pilu.
"Aku tidak mau jadi bad boy! Ini bukan diriku, aku begini hanya karena tidak ingin di-bully. Padahal sebenarnya aku ingin masuk klub paduan suara." kata Wayne sedih.
"Ini, makanlah cupcake-mu" Kevin memberikan kue. "Buatlah sebuah boyband. Kau bisa tetap menjadi bad boy, dan menyanyi seperti yang kau mau. Memang sedikit berbeda dari paduan suara, tapi secara harfiah artinya kurang lebih sama. Next!"
"Mr. Kevin, aku punya masalah—" seorang anak perempuan berbehel dan berkacamata tebal dengan rambut pirang yang dikepang dua itu menatap Kevin dengan wajah gelisah.
"Katakan, aku guru konseling,"
"Bagaimana caraku menyebutkan 'France French Vanilla'?" tanyanya.
Kevin menghela nafas, "Eat your cupcake—" dia memberikan cupcake pada perempuan itu. "—dan tanyakan itu pada guru bahasamu. Next!"
Seorang anak laki-laki yang sangat biasa masuk kedalam ruang konseling dengan ekspresi datar. Dia tinggi, dan terlihat kurus dengan pipi yang sangat tirus. Dia duduk tanpa mengucapkan apapun pada Kevin.
"Aku punya masalah. Masalah yang belum pernah kuceritakan pada orang lain—" katanya sambil terus menunduk ke bawah.
Kevin kali ini terlihat lebih serius dan tidak memberikan cupcake. "Kau bisa cerita,"
Anak laki-laki itu menoleh ke kanan-kiri, memastikan situasi aman. Setelah agak lama, barulah ia berani berbicara.
"Aku diperdaya oleh seseorang. Naasnya lagi, dia adalah guruku."
.
Bel istirahat berbunyi sangat nyaring. Semua sibuk merapikan barang-barangnya dan pergi meninggalkan kelas sejarah.
"Jangan lupa tugas kalian, carilah satu film tentang kejadian bersejarah, dan presentasikan kembali dalam bentuk drama parodi di depan kelas," Joe mengingatkan tugas mereka. Tiba-tiba saja, telepon genggamnya berdering. Dia mengangkatnya, diam sebentar dan berkata, "Hold on,"
"Nick," panggilnya. "Bisa kemari sebentar? Dan kalian yang lain sebaiknya cepat meninggalkan kelas sebelum kantin penuh," lanjutnya.
Saat keadaan kelas benar-benar kosong, Joe menutup jendela dan memastikan tidak ada yang menguping. Dia lalu mengaktifkan mode loudspeaker.
'Aku berhasil mendapatkan satu murid yang bermasalah,'
"Good job, Kevin!" puji Joe.
"Lalu, apa yang dikatakannya?" tanya Nick.
'Dua bulan yang lalu setelah perceraian orang tuanya, salah satu guru di sekolah ini membawanya ke sebuah gudang kosong di tengah hutan. Lokasinya dua ratus kilometer diluar Dallas. Dan selanjutnya, dia mulai ketergantungan. Dia ingin minta pertanggung jawaban guru itu, tapi orang itu malah mengancam akan membunuhnya'
"Name, please!" Joe mulai bosan dengan cerita panjang lebar Kevin.
'George Hawk, Vice-Principal Palm Woods Academy,'
Nick dan Joe saling berpandangan, "Ternyata memang dia."
.
Logan terlihat sangat tidak tenang, sementara James yang berdiri di sebelahnya masih sibuk dengan cermin dan sisir keberuntungannya.
"Alright! Hari ini aku harus mengatakan perasaanku pada Camille!" kata Logan mantap.
"Logan, kau sudah berkali-kali berkata seperti itu tapi kenyataannya? Kau tetap tidak bisa mengatakan kalau kau suka pada Camille," balas James.
"James! Kali ini aku benar-benar serius! Aku harus mendapatkan pacar sebelum aku berakhir dalam kesendirian yang menyakitkan ini!" Logan memandang pintu kelas Fisika, nyaris tidak berkedip. Dan akhirnya—
"James! Itu dia!" Logan berbisik pada James sambil menunjuk Camille yang baru saja keluar dari ruang kelas.
"Apa yang kau tunggu! Sapa dia!" James menyikut perut Logan.
"A—Hai, Camille—" Logan tersenyum sambil melambai ke arah Camille. Tidak disangka-sangka, Camille balas tersenyum dan berjalan mendekati Logan.
"Here we go, dude!" kata James.
Namun ternyata, Camille malah berjalan melewati Logan dan langsung memeluk seseorang yang berada di belakang Logan.
"Hai, Nick!" sapa Camille.
"Hai, Camille!" balasnya.
Logan tidak bisa berkata-kata apapun saat melihat Camille, perempuan yang sudah ditaksirnya selama setahun terakhir, berpelukan dengan orang lain yang bukan dia.
James menepuk pundak Logan dan berkata dengan nada simpati, "I'm sorry, dude." katanya.
"Camille?" panggil Logan.
"Oh, hai, Logan!" balas Camille ceria.
Logan tidak berkata apa-apa, dia hanya menunjuk Camille dan Nick secara bergantian. Camille diam dan mengangguk sekali.
Dan kali ini, bukannya sedih, atau apa, Logan terlihat sangat kecewa. Dia pergi meninggalkan mereka tanpa satu patah kata pun.
"Logan? Tunggu!" James berlari mengejar Logan yang sudah jauh di belakangnya.
"Camille, kenapa dia marah?" tanya Nick.
Camille menghela nafas berat, "Dia menyukaiku setahun terakhir, tapi sampai sekarang tidak pernah berani mengungkapkan perasaanya padaku,"
"Kau tahu dia suka padamu, dan kau malah berpacaran denganku?"
"Nick, I'm tired! Aku lelah menunggu dia! Aku tidak bisa selamanya digantung olehnya!" Camille membela diri.
"Oh, jadi kau menunggunya? Kalau kau ada rasa dengannya, kenapa kau melampiaskan rasa lelahmu padaku? Memancingnya untuk akhirnya bicara padamu begitu?" Nick terlihat marah pada Camille.
"Hei! Apa kau menuduhku mencurangi Logan dan memanfaatkanmu?" kali ini Camille yang marah.
"Ya! Apa lagi memangnya?" Nick berjalan meninggalkan Camille dengan perasaan kecewa.
"Nick! I'm breaking up with you!" teriak Camille.
"Yeah! It's never gonna last, anyway!"
.
Logan diam, tidur dalam posisi tengkurap diatas sofa ruang tamu rumahnya. Sementara tiga temannya yang lain hanya makan popcorn sambil memperhatikan kalau-kalau dia tiba-tiba bergerak.
"Wow... Logan benar-benar patah hati," kata Carlos.
"Ayolah, Logan! Masih banyak perempuan lain lagi selain Camille!" Kendall mencoba menyemangati.
"Ya, tapi kesempatan untuk mengencani seorang aktris itu hanya sekali," tambah James. Kendall dan Caros langsung menatapnya dengan tatapan membunuh.
Tiba-tiba, ibu Logan, Joanna, datang sambil membawa satu mangkuk besar berisi penuh corn dogs. "Ayolah, Hortense. Kau tampan, pintar, kau punya banyak kelebihan. Masih banyak aktris yang mau denganmu,"
Carlos menjetikkan jarinya, "Natalie Portman! Kau pernah bilang kau menyukai Natalie Portman, kan?" kata Carlos.
Tiba-tiba saja, Logan berguling sekali ke sebelah kanan, jatuh dari sofa, dan duduk dengan wajah kusut. "Ini bukan tentang mengencani aktris! Aku sudah menyukai Camille sejak sebelum dia menjadi seperti sekarang!"
Kendall, James, Carlos, dan Joanna saling melempar pandangan penuh makna.
"Kenapa kalian bertatap-tatapan tanpa mengucapkan apa-apa? Itu menakutkan!" kata Logan.
Joanna tertawa, "Sudahlah, kalian saja yang katakan padanya," kata Joanna sambil menepuk pundak Kendall.
"Hah?"
"Logan, kau ingat kan? Empat hari yang lalu, aku merusakkan mobilmu?" kata Kendall.
"Kami memutuskan untuk memperbaikinya. Tapi kami butuh waktu yang cukup lama karena mobil ini butuh ekstra kewaspadaan." lanjut Carlos.
"Tapi yang lebih penting, kau tidak perlu khawatir tidak bisa ke Camp Math tanpa mobil!" kata James.
"Aku tidak mengerti." kata Logan.
"Oh, ayolah! Kau lebih baik lihat sendiri!" Kendall menarik tangan Logan dan membawanya ke garasi.
.
"Astaga!" Logan tidak bisa berkata-kata saat melihat Ferrari 612 Scaglietti*) di garasinya.
"Kami menyewakannya untukmu," kata James.
"Bagaimana kalian bisa menyewa mobil mewah seperti ini?" tanya Logan sedikit curiga.
"You want it or not!" Kendall setengah membentak.
"Sangat!" jawab Logan cepat sambil memeluk kaca spion mobil tersebut.
"Tolong jangan dirusak, Mr. Bitter akan membunuh kami kalau mobil ini lecet," tambah James.
Logan tersenyum sambil memandang sahabatnya satu per satu. "Kalian yang terbaik,"
.
"Come again?" Joe mengangkat sebelah alisnya.
"Aku bilang, ganti rencana. Kita sudah mengetahui orangnya, langsung tangkap saja. Tidak uah menunggu lebih lama lagi,"
"Kau tidak bisa tiba-tiba mengganti rencana yang sudah kita susun," kata Kevin.
"Apa sulitnya? Kita sergap George Hawk di rumahnya, tangkap dia, beres!"
"Bagaimana dengan anak buahnya?"
"Who cares, Joe? Kita tangkap bos-nya untuk memperlemah pertahanan mereka Kita bisa tangkap mereka belakangan setelah mendapat informasi dari Hawk!"
"Dan di saat yang sama, kita memberikan waktu untuk mereka kabur! Aku tidak akan melakukannya, kita sudah sedekat ini dengan tujuan!" tolak Kevin.
"Guys, we can't stay at that school any longer!"
Joe mengerutkan dahinya sambil menatap Nick, "Ini tidak sepertimu biasanya,"
"Joe, berhenti mengganti topik!"
"Tidak. Kita akan tetap melakukan ini sesuai rencana. End of story," kata Joe. "Dengan, atau tanpa kau!"
.
Mission Possible-but difficul tasks-
Higanbana Rin Lidde-2011
T. Humor/Adventure
I own nothing. Nor Big Time Rush or Jonas, or anything mentioned in this fiction.
.
Jadi sebenarnya ini adalah fanfic yang dari dulu pengen saya tulis tapi lupa terus. Bagi yang penasaran atau kurang mengerti dengan hal-hal random yang disebutkan, bisa dilihat keterangannya di bawah.
Aduh maaf sumpah, saya juga nggak ngerti kenapa semakin ke akhir malah jadi kayak gini. Drama banget, pengaruh kebanyakan nonton sinetron ini. #slap Tapi janji deh, chapter selanjutnya bakal lebih banyak actionnya. Dan mungkin ratingnya bakal naik.
Ah, ngomong-ngomong ingat dengan perempuan berambut merah yang ada beberapa kali muncul di cerita? Yeah. You're right. I'm breaking the rules. That's me. I'm really a red-haired, btw.
Respect and support everyone in these fandoms by buying their works properly.
Xoxo
Rin
.
Keterangan:
*) Burgundy 1967 Pontiac GTO Convertible Red adalah mobil yang dicuri dari Mr. Bitter di Big Time Video.
*) Di Jerman, usia minimum untuk mengosumsi wine dan bir adalah 16 tahun. Di Kanada usia minimumnya 18 tahun, namun di Manitoba, anak usia 16-17 tahun diperkenankan mengosumsi alkohol dibawah pengawasan orang tua.
*) La La Land adalah sebutan untuk Los Angeles.
*) RB2140 1092/3F Wayfarer Clear Lenses adalah kacamata yang dipakai oleh Joe di Jonas L.A.
*) Kwik-E-Mart adalah lokasi fiksi di kartun The Simpsons, sebuah minimarket di Springfield.
*) Di serial Big Time Rush, Camille sempat casting untuk serial Degrassi: The Next Generation namun tidak mendapatkan perannya.
*) Ferrari 612 Scaglietti adalah salah satu mobil yang paling membuang energi.
