Pada suatu hari, di negara entah berantah, hiduplah seorang pangeran bernama Im Jaebum yang dikutuk menjadi tampan.

Sebelum lahir, kedua orang tuanya menghina ketampanan pangeran dari negara sebelah, yaitu negara Tuan. Maka dengan murka Raja Tuan mengutuk putra mahkota Raja Im tersebut dengan ketampanan.

Hal yang diluar kendali terjadi. Im Jaebum lahir dan tumbuh menjadi seorang namja tampan. Tapi semakin dewasa, dia mulai merasa tidak nyaman dengan itu semua. Menjadi tampan bukan hal yang diinginkannya. Semua orang jadi membanding-bandingkannya dengan putra mahkota negara tetangga yang bernama Mark Tuan.

Jaebum pun tahu bahwa ketampanannya itu adalah kutukan dari Raja sebelah. Dan dia bertekad untuk menghapus kutukan tersebut.

Suatu hari dia berkeliling kota mencari jawabannya. Kuda yang ditungganginya berhenti di depan sebuah sekolah tinggi yang terkenal dengan lulusan murid-murid jenius. Jaebum tertarik untuk mencoba berkonsultasi dengan guru senior yang ada disana. Park Jinyoung namanya.

"Yang mulia, belum ada rumus metafisika manapun yang mampu menghapus sebuah kutukan. Lagipula menurut filsafat, hal yang terjadi pada Yang Mulia bukanlah sebuah musibah. Melainkan anugerah."

Jaebum menolak untuk sependapat dan pergi dengan kecewa.

Berikutnya, dia menemui seorang ahli Feng Shui terkenal, yaitu Jackson Wang.

"Hmm... Kening yang lapang, hidung mancung, mata yang indah, bibir memukau... Dimana letak kutukan tersebut? Baginda tidak melihatnya, Yang Mulia."

Jaebum berdecak dan memilih pergi.

Tapi kata-kata Jackson kembali terngiang di telinganya.

"Dengan wajah seperti ini, Yang Mulia akan menjadi raja yang sukses! Negara ini akan makmur! Tapi jika wajah ini dirubah, kemungkinan yang buruk akan terjadi."

Jaebum pulang ke istana dan memikirkan kalimat tersebut baik-baik. Jika itu demi kelangsungan negaranya, maka dia akan mengurungkan niatnya untuk menghapus kutukan tersebut.

Tapi ketika bertemu Mark, pikirannya kembali kacau.

Mereka tidak sengaja bertemu saat sedang menunggangi kuda.

"Lama tidak bertemu,Im Jaebum!" sapa Mark. "Wajahmu masih tampan saja."

"Menurutmu?" Jaebum mengumpat dalam hati. Dia sering kesal jika sudah disindir seperti itu oleh Mark.

"Kudengar kau berniat menghapus kutukan Ayahku."

"Tidak salah lagi" Jaebum membenarkan. "Kutukan Ayahmu sudah terlalu lama menempel padaku. Membuatku alergi."

Mark mendengus. "Maka hapuslah."

"Bagaimana caranya?" Ah, Jaebum menyesali ucapannya. Kini dia terlihat lebih bodoh dibanding Mark.

"Carilah seseorang dari kalangan bawah yang tidak berwajah menarik dan tidak hidup mewah sepertimu."

Walaupun menolak, Jaebum mencerna semua omongan Mark.

"Pokoknya carilah seseorang yang berlawanan denganmu" tambahnya.

Cukup mudah, pikir Jaebum. Dia bisa mencari orang seperti itu di negaranya.

Tapi Jaebum tidak serta merta termakan omongan Mark. Yang dia tahu, negara tetangga cukup terkenal dengan kelicikan Rajanya.

"Aku hanya memberi saran. Semoga berhasil ya!" Mark melengos pergi begitu saja.

Sepulangnya ke istana, Jaebum memikirkan itu semua. Merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan orang tua, bahkan pengawal pribadinya.

Jaebum menyamar menjadi seorang prajurit dan menunggangi kudanya ke sebuah daerah terpencil di sudut kota. Namun dia tersesat, dan saat itu hari mulai sore.

"Tolooonggg~!"

Jaebum seperti mendengar sebuah teriakan meminta tolong. Lalu kemudian bunyi pedang yang saling beradu dan juga suara seruan pria.

Jaebum mempertajam telinganya dan bergerak menuju sumber suara.

Dari balik pohon, Jaebum bisa melihat seseorang dengan balutan gaun putih tangannya sedang diikat ke belakang oleh tali. Di depannya sudah ada dua pria yang bertarung dengan pedang. Mungkinkah suara minta tolong tadi berasal dari tawanan tersebut?

Tanpa pikir panjang Jaebum segera mengendap-endap ke arah tawanan tersebut dan memotong tali pengikat tangannya dengan belati.

Tawanan itu memekik dan menyadari kehadiran Jaebum. Setelah tali itu lepas, Jaebum segera menarik tangan tawanan itu dan berlari bersama ke dalam hutan.

"Heii~!" Jaebum bahkan tak menghiraukan suara panggilan seorang pria di belakangnya. Dia hanya berusaha menyelamatkan nyawa tawanan tersebut yang mungkin saja seorang wanita jika dilihat dari gaun dan rambut panjangnya.

"Yaa!" Terdengar kembali seruan seorang pria dan seseorang menepis tangan Jaebum hingga genggamannya dari tawanan itu terlepas.

Jaebum menoleh ke belakang. Wanita yang diselamatkannya itu membungkuk dan terlihat ngos-ngosan.

"Kau gila, ya?"

Eh? Suara itu... suara pria. Dari?

Yang dikira wanita tadi menegakkan badannya dan melepaskan wig rambut panjang yang tadi dikenakannya.

"Na-na-namja?" Jaebum melotot tak percaya dengan sosok yang ada di hadapannya.

"Ya~ Tentu saja aku namja..." Pria dibalik gaun putih itu masih sibuk mengatur napasnya.

Sedetik kemudian, mata keduanya bertemu dan tatapan mereka saling terkunci untuk beberapa saat.

"Eh... Oh... Nu-nuguseyo?"tanya orang asing itu setelah tatapan mereka terlepas.

Pria asing itu tidak mengenali Putra Mahkota di negaranya. Itu tandanya penyamaran Jaebum cukup berhasil. "Eh... Eum... Aku..." Jaebum tidak mungkin mengakui identitasnya. "Aku Jeibi."

"Hmm? Jeibi?" Nama Jeibi terdengar asing di telinga pria itu. "Aku Youngjae."

Youngjae.

Jaebum akan mengingat nama indah itu.

"Anda seorang prajurit?" Youngjae menebak.

"Ah ya... Aku tersesat dan..."

"Nunaaaa~!"

Terdengar suara teriakan dua orang pria, disusul derap langkah kaki dari arah Barat.

"Nunaaa!" Muncul lah dua bocah pria yang tadi sedang beradu pedang.

"Ck, sudah kubilang aku bukan Nunaa..." keluh Youngjae. "Aku hanya menuruti permintaan kalian saja yang menjadikan aku seorang putri tawanan."

Salah bocah yang bertubuh tinggi dan berambut seperti jamur mendengus geli.

"Tapi Nuna menghilang!"protes Bambam, bocah lainnya yang berkulit lebih gelap dan bertubuh kurus.

"Pria ini membawanya kabur" Yugyeom, si rambut jamur tadi menunjuk Jaebum.

"Aa-aaniiyaaa~! Aku tidak tahu kalau kalian sedang bermain sandiwara!"

"Yahh... benar... Sandiwara..." Kepala Youngjae tertunduk, lelah menghadapi dua bocah merepotkan itu.

YugBam tersenyum cerah. Dua bocah itu memang sedang gemar bermarin perang-perangan. Dan Youngjae akan selalu jadi korban penindasan mereka.

"Ayo kita pulang..." Youngjae mengajak pulang dan kakinya berhenti melangkah begitu melewati Jaebum. "Dan kau?"

"Bolehkah aku menginap?"

"Silahkan. Tapi besok pagi kau sudah harus pergi" Jaebun tersenyum penuh syukur atas kebaikan Youngjae. Dan akhirnya mereka berempat pun melangkah ke gubuk tua milik orang tua Youngjae.

"Kurasa kau terbiasa hidup mewah, Jeibissi" Youngjae berkomentar saat melihat reaksi Jaebum begitu tiba di rumahnya yang kecil, sempit, dan kotor.

"Tidak kok" Jaebum secepat mungkin berkelit.

Youngjae menghargai kerendahan hati Jaebum dan mulai memasakkan makan malam untuk mereka berempat.

Kedua orang tua Youngjae sedang pergi berburu dan pulang di pagi hari. Sedangkan YugBam hanyalah dua bocah yatim piatu yang sering bermain dengannya.

"Ngomong-ngomong, apa tujuanmu datang kemari, hyung?" Pertanyaan Yugyeom membuat sendok Jaebum berhenti di udara.

"Eum...Itu..." Dia bahkan belum sempat memikirkan skenario penyamarannya. Kini mata ketiga namja itu sedang tertuju padanya, menunggu jawaban. "Aku sedang... mencari sesuatu."

"Sesuatu apa?" tanya Bambam penasaran.

"Sesuatu tentang penghilang kutukan."

Terdengar gumaman penuh tanya dari ketiga namja di hadapannya.

"Lalu kau sudah menemukannya?" tanya Youngjae.

"Belum."

"Memangnya kutukan apa, hyung?"

Lalu Jaebum pun menceritakan kisahnya.

Tawa Youngjae menyembur. "Hahaha! Yaa, lucu sekali! Bagaimana mungkin kau mau menghapus kutukannya?"

"Jangan bercanda, hyung. Aku bahkan mau menggantikan posisimu"ucap Yugyeom.

"Entahlah... Aku tidak nyaman dengan itu semua."

Ketiganya hanya bisa diam begitu mendengar pengakuan sungguh-sungguh Jaebum.

"Bagaimana kalau kita membantu?" Bambam menawarkan diri, yang langsung disetujui oleh Yugyeom.

"Membantu apanya? Bagaimana cara kalian membantu? Setiap hari saja hanya bermain" Youngjae menggerutu.

"Eiiy~ lagipula kami bosan bermain denganmu terus, Nuna"timpal Bambam.

"Sudah kubilang aku bukan Nuna!" Youngjae mengepalkan tangannya dan siap meninju dua bocah tengil itu yang sudah berlari-lari ketakutan.

Jaebum melihatnya sambil tertawa lepas. Di rumah gubuk ini, dia justru merasakan kehangatan yang belum pernah didapatkannya di istana mewah.

Lalu keesokan paginya, Jaebum benar-benar pamit. Youngjae dan YugBam mengantar kepergiannya. Pertemuan singkat mereka cukup berkesan, pikir Jaebum. Dia berjanji akan kembali kesana dan menemani YugBam bermain sandiwara.

Jaebum berhasil keluar dari hutan dan kembali ke istana. Jubah prajuritnya sedikit kotor akibat tempat kumuh Youngjae. Tapi dia bahkan tidak mau mencucinya. Kenangan manis bersama tiga namja itu masih melekat jelas di ingatannya.

Lalu di sela-sela waktu luangnya, Jaebum kembali menyamar dan menunggangi kudanya menuju sudut kota, mencoba kembali menemukan hutan yang membuatnya tersesat dan bertemu Youngjae. Entah kenapa dia rindu dengan masakan pria itu.

"Tolooonggg~!"

Itu dia suara Youngjae. Jaebum bahkan sudah hapal dengan suaranya.

Kali ini Jaebum menemukan Youngjae yang kembali mengenakan gaun sedang duduk di atas pohon.

"Oh, Jeibissi!" Youngjae memekik girang saat menyadari kehadiran Jaebum di bawah sana.

"Sedang apa?" Jaebum berbisik. Supaya tidak kedengaran oleh YugBam yang sedang asyik memainkan pedang mereka.

"Aku menjadi Rapunzel" Youngjae menjawab muram.

"Hahaha!" Jaebum tertawa. Entah kenapa Youngjae menyukai tawa tersebut. Wajah tampan Jaebum sempat membiusnya sejenak.

"Turunlah."

"Eh?" Youngjae tersadar dari lamunannya.

"Cepat turun sebelum mereka menyadarinya."

Youngjae bergerak gelisah. "Tapi aku tidak tahu bagaimana cara turunnya."

"Hah?" Jaebum terperangah. Namja itu bisa naik, tapi tidak bisa turun? Mungkin sebagian orang pernah mengalaminya.

"Lompatlah. Aku akan menangkapmu."

"Ne?" tanya Younjae dengan mata melotot. "Tidak, tidak!"

"Ayolah, cepat!"

Youngjae pun ragu sejenak dan tak punya pilihan lain selain mengikuti saran Jaebum.

"Aku lompat sekarang, ya?"

Jaebum mengangguk dan sudah menyiapkan kedua lengannya.

HAP!

Tubuh Youngjae mendarat dengan sempurna di pelukan Jaebum. Dan waktu seakan berhenti untuk mereka berdua. Daun-daun yang berguguran juga menambah keromantisan mereka.

"Eh, kemana Nuna?"

Suara Bambam membuyarkan semuanya. Jaebum dan Youngjae segera memisahkan diri lalu terlihat salah tingkah.

"Nuna menghilang!" Kini Yugyeom yang berteriak.

Jaebum terpikirkan sesuatu. Dia menarik Youngjae ikut bersamanya, bersembunyi di balik semak-semak. Youngjae yang kebingungan pun meminta penjelasan. Tapi Jaebum menempelkan telunjuknya di bibir, kode untuk tidak bersuara.

YugBam berhenti memainkan pedang dan menatap ke sekitar, begitu cemas akan hilangnya Nuna kesayangan mereka.

"Apa mungkin Nuna diculik lagi?"

"Oleh siapa?"

"Entahlah."

"Nunaaaa~! Kau dimana?"

"Yugyeom-ah, aku takut. Gara-gara kita Nuna menghilang! Hiks~" Bambam mulai terisak.

"Tenanglah... Tidak ada yang berani menculik Nuna kita. Mungkin dia hanya sedang bersembunyi. Nuna keluarlahh~! Maafkan kamiii~!"

Tanpa disadari, Jaebum dan Youngjae menyaksikan itu semua. Mereka mengulum senyum mendengar pengakuan kedua bocah itu. Tak mampu bersembunyi lebih lama lagi, Jaebum dan Youngjae akhirnya memilih untuk mengejutkan YugBam.

DORRR!

YugBam terkesiap dan segera mengacungkan pedang masing-masing.

"Nunaaa!" Keduanya ndmekik bersamaan saat melihat Youngjae, kemudian berlari memeluknya.

"Aigoo~ kalian ini!" Youngjae menepuk-nepuk pantat keduanya dengan gemas. Tangan Jaebum pun mengacak-acak kedua rambut YugBam. Jika diperhatikan, mereka terlihat seperti sebuah keluarga bahagia.

Sejak saat itu, Jaebum semakin sering berkunjung. Dan mereka semakin akrab.

Di suatu kesempatan, Jaebum kembali bertemu Mark.

"Kudengar belakangan ini kau sedang sibuk." Mark berbasa-basi.

"Yahh... Kurang lebih begitu."

"Lalu bagaimana dengan misimu?" Mark mengingatkan kembali soal niatan Jaebum yang ingin menghapus kutukan. Dia bahkan lupa dengan hal tersebut karena terlalu asyik bercengkrama dengan lingkungan barunya.

"Sepertinya aku sudah menemukannya."

"Jinja?" Mark melebarkan matanya.

Jaebum mengangguk samar. "Lalu apa yang harus kulakukan selanjutnya?" Penyesalan kedua. Kini Jaebum seakan menjadi pengikut setia teori seorang Mark Tuan.

"Kisseu!"

"Ne?"

"Cium dia. Maka masalah selesai."

Mark pergi meninggalkan Jaebum yang masih melongo, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Kisseu? Seintim itu kah? Ini bukan cerita dongeng! Lalu tadi dia terpikir nama Youngjae. Tapi membayangkannya mencium Youngjae... sungguh menggelikan!

Jaebum berhenti mengunjungi Youngjae dan YugBam. Ketiga namja itu bahkan setia menunggu kedatangannya. Tapi yang ditunggu tak kunjung muncul.

Tidak mungkin semua yang diucapkan Mark itu benar. Jaebum berusaha menjernihkan pikirannya dan memutuskan untuk kembali masuk ke hutan. Ada sebuah perasaan yang bergejolak di dalam dirinya. Perasaan rindu kah?

Entahlah. Yang pasti Jaebum ingin segera kembali menemui tiga namja itu dan meminta maaf atas keputusannya yang hilang tanpa kabar secara mendadak.

Namun begitu tiba di gubuk Youngjae, suasana begitu sepi. Pintu pun sedikit terbuka. YugBam juga tak terlihat dimana-mana.

Jaebum memiliki firasat. Mungkin saja sesuatu yang buruk sedang menimpa mereka. Dia kembali menunggangi kudanya dengan cepat kembali ke istana. Dan benar saja. Keadaan istana sedang ramai.

Pengawalnya baru saja menangkap seorang pria asing dan dua bocah yang berasal dari sudut kota terpencil atas perintah Raja.

"Apa yang terjadi?" Jaebum menerobos masuk ke dalam sel bawah tanah tempat pengawalnya mengurung Youngjae dan YugBam.

"Nuna pingsan, hyung!"

Benar saja. Youngjae tergeletak tak sadarkan diri di atas tumpukan jerami.

"Youngjae-ah, sadarlah! Ini aku! Bangunlah!"

Jaebum merengkuh wajah Youngjae dengan kedua tangannya. Wajah namja yang tak berdaya itu terlihat seperti malaikat, membuatnya ingin mengecup bibir menggoda tersebut.

CUP!

"DIA MENCIUM NUNAAA~!" YugBam yang menyaksikan itu semua langsung memekik dengan mata melotot.

Kelopak mata Youngjae bergerak. Perlahan matanya mengedip terbuka.

"Im... Jaebum?"

Youngjae menyebutkan nama aslinya. Pria itu sudah tahu semuanya. Sekarang apa yang harus Jaebum lakukan?

"Aku... aku jatuh cinta padamu. Pada pandangan pertama" Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Wajah Youngjae memanas saat mendengar seorang putra mahkota tampan baru saja menyatakan cinta di hadapannya. Siapa yang akan bertanggung jawab atas kerja jantungnya yang berubah abnormal?

"Itu... Tapi... Bukankah kau hanya ingin menghapus kutukanmu saja?"

Jaebum menghela napas. Ternyata menghapus kutukan memang tidaklah semudah yang dia bayangkan. Tak terjadi perubahan apapun pada wajahnya. Kutukan itu masih tetap ada.

"Aku tahu wajahku tidaklah manis dan juga menarik. Tapi..."

"Aku tidak peduli!" sela Jaebum. "Aku hanya menyukaimu. Itu saja! Persetan dengan perkara kutukan. Aku sudah tidak peduli lagi!"

Masalah itu, biar dia selesaikan saja dengan Mark, dalang dari segala dalang.

"Heiii~ si tampan!" Mark menyambut kedatangan Jaebum kelewat gembira.

"Kau mempermainkanku,hah?" Jaebum mencengkram kerah jubah Mark dengan wajah menyeramkan.

"Wow! Tenangkan dirimu!" Mark dengan mudah lepas dari cengkraman Jaebum. "Ada apa memangnya?" Mark sudah terlihat tak bersemangat sekarang akibat reaksi Jaebum yang membuatnya kecewa.

"Kau berdusta tentang menghapus kutukan itu, kan?"

Jaebum memperjelas dan Mark mengangguk santai. "Memang benar aku sedikit membelokkan fakta."

"Sedikit?" umpat Jaebum dalam hati.

"Hei,aku hanya membantumu untuk menemukan cinta sejati!"

Ucapan Mark membuat Jaebum termengu.

Apa-apaan? Memangnya selama ini Mark peduli dengannya? Bahkan kedua negara mereka tidak bersahabat dengan baik.

Tapi jika dipikir-pikir lagi, yang diucapkan Mark memang benar. Berkat sarannya, Jaebum bertemu Youngjae.

Akankah takdir membuat mereka hidup bahagia bersama?

Tbc

Wkwkwkwk. Ga bisa berhenti ketawa geli pas nulis ff ini. Sumpah absurd abissss!

Ini buat … yang request ff 2jae^^

Maaf ya kalau ga memuaskan. Bikin ff fluff itu butuh mood booster. Jadi maaf juga kalau alurnya terkesan cepat-cepat dan dipaksakan. Tadinya juga mau bikin oneshoot, eh tapi kok kurang greget. Ya udah dibikin sekuel deh. Hehehe.

Kepikiran ide ini juga jebetulan banget malem-malem pas mau tidur, ga tau kesambet apa tiba-tiba muncul aja. Wkwkwk. Memang sih Nataluigi penggemar Disney Frozen. Tapi 2jae ga dibikinin fairy tale juga kale hahahaha

Sudah ada sekitar 3-4 draft yang dibuang buat mikirin ff ini ffiiiuuufft. Semoga pengorbanan Author ga sia2 J

Silahkan di review yaaaa. Gomawongggg~