SEVENTEEN POWER COUPLE.

.

.

Kwon Soonyoung.

Lee Jihoon.

..

Support : Monsta X's Im Changkyun (I.M). Seventeen's Mingyu, Wonwoo, Dokyeom (Lee Seokmin), Vernon (Choi Hansol), Boo Seungkwan(GS). OC as Soonyoung's Niece. Blackpink's Kim Jisoo and Park Chaeyoung (Rose). Bigbang's Choi Seunghyun (TOP). Nuest's Kang Dongho (Baekho). Pentagon's Kang Hyunggu (Kino).

Mentioned! Many Artist.

.

.

.


Alarm yang jihoon tempatkan di atas meja nakas samping tempat tidurnya, berdering keras. Dengan erangan malas, tangannya keluar dari dalam selimut dan langsung memijit tombol jam alarm tersebut dengan cukup kencang. Selang beberapa menit setelah ia mematikan jam tersebut, selimutnya ia sibak, bersamaan dengan kaki jenjangnya yang –cukup mungil, ia turunkan dari ranjang berukuran satu orang itu.

Menguap lebar sambil melakukan peregangan kecil dan menyipitkan matanya saat mendapati sinar mentari membasuh wajahnya lewat celah dari jendela yang tak tertutupi oleh tirai kamarnya. Dengan langkah gontai, jihoon melangkah, masuk kedalam kamar mandi.

..

..

Nafasnya ia tahan beberapa detik saat berhadapan dengan salah sebuah elevator yang ada di dalam bangunan pencakar langit di daerah Apgeujong itu.

SHINHWA CORPORATION

Menjadi salah satu perusahaan yang menaruh banyak harapan kepada jihoon setelah ia dinyatakan lulus wawancara pekerjaan beberapa hari yang lalu oleh kepala bagian Human Resourching Department.

TING

Pintu lift terbuka dan jihoon berjalan masuk. Beruntung di dalam lift tersebut hanya ia sendiri. Jadi, ia tak perlu menyembunyikan kegugupan di hari pertama ia bekerja sebagai salah satu dari bagian divisi marketing dalam perusahaan skala nasional yang bergerak di bidang teknologi tersebut.

"tunggu! Jangan di tutup dulu! Tunggu aku!"

Pintu lift yang akan tertutup, terpaksa terbuka kembali akibat tangan yang menahannya saat akan menyatu. Jihoon mendelik saat melihat sosok berbalut kemeja biru tua yang cukup serampangan, masuk kedalamnya setelah membungkuk kecil, berterimakasih sekaligus meminta maaf karena melengkingkan suaranya tadi.

"eh? Kau juga menuju lantai 10?"

Mata sipit jihoon melirik lalu mengangguk kecil. Lelaki bersurai hitam pekat itu mengangguk dengan senyum ceria yang ia kulum. Reflek, ada dengusan yang tercipta saat indera pembau jihoon mencium ada bau tak sedap yang mengungkung dirinya kala itu. Membuat atensi sosok berkemeja biru itu menoleh dan membaui ketiaknya.

"aku bau ya? Sudah pasti sih. Aku minum sampai pagi dan lupa mandi. Kupikir deodorant yang kupakai berfungsi untuk menyembunyikan bau tubuhku. Ternyata sama saja"

Jihoon mendecih pelan.

Apa perdulinya?

Dia tak kenal dengan sosok urakan satu ini.

Indicator lift menunjukkan angka sepuluh, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Sosok berkemeja biru tersebut turun lebih dulu dibanding jihoon. Setelahnya. Jihoon mengibaskan tangannya. Ia pun menggeleng dengan wajah datarnya.

"rokok dan alkohol"

Ia berdesis sebal. Walaupun baunya sangat menyengat. Untung saja ia tak kelepasan mengibaskan tangan seperti ini didepan lelaki tadi.

"Kau pasti Lee Jihoon?"

Baru saja ia akan mengambil langkah menjauhi elevator tersebut, seorang wanita berkepribadian maskulin menyambut jihoon dengan senyuman lebar.

Jihoon pun melangkah mendekat lalu membungkuk.

"annyeonghaseyo. Aku Lee Jihoon"

"annyeonghaseyo. Aku Kang Jaewoo. Senang bertemu denganmu"

Jihoon melempar senyum tipis.

"aku ditugaskan oleh Min Sajang-nim untuk menemanimu menemui Kwon Kwajang. Ayo. Kebetulan dia sudah datang"

Jihoon mengangguk. Dan keduanya melangkah sambil sesekali berbincang. Menuju ruangan khusus divisi marketing shinhwa corporation.

"oh? Ya! Kwon soonyoung! Apa-apaan dengan asap yang membumbung seperti kebakaran hutan ini?!"

Jaewoo langsung berseru begitu dia dan jihoon membuka pintu kaca tebal divisi tersebut.

Sosok lelaki bermata segaris yang duduk di meja paling ujung kubikel itu, tergelak geli saat melihat wajah kesal jaewoo.

"oh? Kangjae, annyeong"

Jaewoo berdesis sebal.

"kuadukan pada sajang-nim baru tahu rasa kau, sunbae! Ah. Orang ini benar-benar menyebalkan"

Jaewoo pun berbalik. Beralih pada jihoon yang sedaritadi menatap lelaki bertitel kepala manajer itu dengan risih.

"maafkan kwajang divisi ini, ya. Otaknya memang sedikit konslet"

Jihoon melempar senyum tipis.

"eh? Kau yang tadi di lift? Kukira kau dari divisi keuangan"

Jaewoo berbalik lagi, menghadap kepala manajer mereka.

"kan sudah kubilang, kalau ada orang baru yang datang ke divisi ini, sunbae"

Soonyoung mengangguk.

"ya! Kwon soonyoung! Bukankah sajang-nim bilang, kau tidak boleh merokok dalam ruangan?! Demi tuhan! Ruangan ini memakai AC!"

Seorang lelaki bersurai pekat lainnya memprotes soonyoung yang masih betah menghisap batangan nikotin yang ia apit oleh bibirnya. Ia pun melambai.

"berisik, im changkyun! Tolong berikan kesan bagus, sebagai salah satu karyawan yang ada divisi marketing, pada karyawan baru"

"omong kosong. Kau harusnya bicara seperti itu untuk dirimu sendiri, kwon!"

"ssttt! Ya! Bocah sekali kelakuan kalian sih! Sunbae. Ini Lee Jihoon. Yang tempo hari dimaksud oleh Min Sajang-nim"

Soonyoung beralih lagi pada jaewoo dan sosok mungil dibelakangnya lalu melempar senyuman ramah.

"maklumi saja kelakuan kami. Lanjutkan pekerjaanmu sana, jae"

Jaewoo mengangguk kecil dan kembali melemparkan senyuman ramah pada jihoon yang masih bertahan ditempatnya, menghadap kepala manajer yang baru.

"hyung! Bisa tolong periksa berkas ini?"

Soonyoung melongok, memanjangkan lehernya guna melihat siapa yang baru saja meminta bantuannya.

"sebentar, gyu! Tadi siapa namamu?"

Jihoon berdeham kecil.

"lee jihoon"

Soonyoung yang baru bangkit itu menatap jihoon dengan aneh.

"begitu saja? Tidak ada perkataan 'mohon bantuannya' huh?"

Jihoon menyatukan alisnya, tanpa sadar, saat menatap lelaki dihadapannya itu. Soonyoung menaikkan sudut bibir kirinya.

"dengan sikapmu yang seperti itu, kau diluluskan oleh hyorin sunbae saat wawancara? Tidak kusangka"

Jihoon mengkesah pelan.

"kau punya keahlian yang mengesankan?"

"ya, bisa dibilang seperti itu"

Soonyoung tersenyum lebar.

"begitu kah? Kupikir, kau memakai wajah imutmu itu supaya hyorin sunbae terkesan"

Jihoon menatap tajam soonyoung yang masih betah tersenyum padanya itu.

"tidak perlu kaku. Santai saja. Dan tak usah memanggilku dengan sebutan kwajang, okay? Membuatku terlihat tua"

"soonyoung hyung!"

"iya, cerewet! Aku datang!"

"mulailah bekerja. Tak perlu terburu. Kalau butuh bantuan, kau bisa memintanya pada jaewoo dan yang lainnya. Atau langsung padaku"

Soonyoung berlalu setelah menepuk gemas pucuk kepala jihoon dengan senyum yang masih ia patri pada bibir tipisnya.

"ah. Lama sekali kau, hyung. Suka sekali tebar pesona!"

Jihoon bisa dengar gerutuan seorang lelaki pada soonyoung yang baru menyambangi mejanya.

"aku tidak tebar pesona, mingyu. Memang pesonaku saja yang menarik banyak orang"

"omong kosong macam apa barusan? Menggelikan, hyung"

Jihoon mengkesah panjang saat duduk di kubikel khusus dirinya. Ia rasa, hari ini akan terasa panjang untuk ia lewati.

..

..

Malamnya, soonyoung dan beberapa orang dalam divisi marketing, mengajak jihoon untuk makan malam bersama di sebuah kedai daging panggang yang tak jauh dari kantor mereka. Dengan alasan, penyambutan karyawan baru. Jihoon yang saat itu dimintai ikut oleh jaewoo merasa tak tega sendiri saat menatap wajah memohon pada gadis satu itu.

"lee jihoon. Selamat datang di perusahaan kami! Bersulang!"

Mingyu berseru riang dan semuanya mendentingkan gelasnya satu sama lain dengan senyuman. Termasuk jihoon.

"mohon bantuannya"

Soonyoung yang duduk di sisi kanan jihoon, tersenyum gemas melihatnya.

"jihoon. Ada yang ingin kau makan selain daging?"

Jihoon beralih pada changkyun yang duduk di sisi kirinya.

"ah? Tidak ada"

"changkyun. Pesankan 6 porsi daging pada bibi pyeon"

"okay!"

Changkyun bangkit dan berlari kecil, meninggalkan meja mereka.

"oh iya, jihoon"

Jihoon mengalihkan atensinya pada mingyu.

"ngomong-ngomong, kau tidak memesan soju atau bir? Hanya soda?"

Jihoon melempar senyum tipis.

"aku tidak minum"

"soju pun?"

Jihoon mengangguk.

"aku tidak kuat bau menyengat dari alkohol. Sekalipun baunya berasal dari seseorang"

Mingyu gantian yang mengangguk. Tak menyadari soonyoung yang mengulum bibirnya, erat. Telak sekali jihoon menyindirnya.

"kau tak merokok juga?"

Changkyun sudah duduk lagi, disebelah jihoon.

"ya"

Changkyun bersorak pelan, menunjukan kekagumannya atas lontaran jawaban jihoon barusan.

"woah. Jarang sekali ada lelaki diatas 25 tahun bersih sepertimu, jihoon"

Jaewoo yang baru memantik rokoknya, beralih pada soonyoung yang sedaritadi diam.

"sunbae. Bagaimana jika kau hidup bersih seperti jihoon sunbae? Tak ada rokok dan alkohol"

Soonyoung menggeleng keras.

"tak bisa kubayangkan. Hanya 2 hal itu yang bisa membunuh kesepianku. Aku pasti akan sangat kesepian jika tak menghisap rokok dan minum alkohol"

Jaewoo tergelak ringan.

"kalau kesepian, kenapa tak cari istri saja?"

Soonyoung menatap changkyun dengan wajah yang ia tumpu pada tangan di meja.

"istri?"

"iya, hyung. Kau cukup populer juga, lagipula. Yah, walaupun tak se-populer diriku"

Soonyoung terkekeh geli pada mingyu.

"inginnya sih"

Jihoon melirik sekejap lalu terpaku kembali pada sodanya.

"ya. Im changkyun. Kim mingyu. Kenalkan aku pada seseorang, huh"

Changkyun mendecih.

"tidak mau! Kau itu kan pemilih. Susah mencari orang sesuai dengan apa yang kau inginkan! Menyusahkan!"

"benar! Bahkan, kau dilangkahi oleh jisoo noona, hyung"

Soonyoung menegakkan tubuhnya. Sepertinya mulai tertarik dengan pembicaraan.

"oh iya, apa kabar jisoo noona setelah menikah ya?"

Jihoon menatap mingyu dan jaewoo bergantian.

"jisoo sunbae itu yang sebelumnya menempati bagianmu, jihoon sunbae"

"ya. Kangjae. Kenapa kau terus memanggil jihoon dengan sunbae?"

"karena umurnya dengan soonyoung sunbae sepantar"

Mata mingyu membola dan langsung menatap jihoon.

"serius?! Ya~ kupikir kau bahkan lebih muda dibandingkan aku, hyung! Maaf"

Jihoon menggeleng.

"a—ah, tidak, tidak. Biasa saja. Tidak apa-apa"

Soonyoung menatap jihoon.

"kau mulai kerasan dengan anak-anak?"

Jihoon beralih cepat pada soonyoung.

"begitulah"

"jaewoo bilang padaku, kalau kau benar-benar professional dalam permasalahan di bidang pemasaran"

Jihoon menatap jaewoo yang tengah terkekeh salah tingkah.

"terimakasih"

"sebelumnya, kau bekerja dimana?"

Soonyoung benar-benar menancapkan atensinya pada jihoon. Rasa risih jihoon mulai menyeruak dan memeluknya kuat saat mendapati tatapan soonyoung pada dirinya. Ia tak terbiasa ditatap seperti itu oleh orang yang bahkan belum ia kenal sepenuhnya.

"a—aku? Eum… Sekang group"

"sekang?! Ya! Itu kan perusahaan—woah! Bahkan sekang lebih besar daripada shinhwa!"

Mingyu sudah berseru heboh ditempatnya. Membuat jaewoo menepuk belakang kepalanya akibat suaranya yang cukup menganggu pengunjung lain tempat makan tersebut.

"maaf kalau aku lancang, tapi kenapa kau memutuskan untuk keluar? Apa kau dipecat, hoon?"

Jihoon menoleh pada changkyun dan langsung menggeleng. Membuat 3 pasang telinga lain, berdiri. Siap mendengarkan jawaban atas rasa penasaran mereka.

"tidak. Hanya saja…"

"kenapa?"

Soonyoung menangkap adanya gurat risih pada wajah jihoon yang berusaha lelaki mungil itu sembunyikan. Ia pun menenggak bir botolan sampai habis, lalu menempelkannya pada pipi changkyun.

"aish! Apa-apaan sih!"

"kau terlalu dekat, bodoh. Lebih baik, menolongku untuk ambilkan beberapa botol bir lagi"

Changkyun berdecak keras.

"hah! Mentang-mentang kepala manajer!"

"memangnya kenapa kalau aku kepala manajer?"

"kau mau menindasku ya?! Menyebalkan!"

Tanpa mau mendebat soonyoung yang sudah menatapnya dengan datar, changkyun melangkah pergi.

Acara makan malam mereka, selesai tepat tengah malam. Hanya menyisakan jaewoo, jihoon, dan soonyoung. Karena kebetulan soonyoung dan jaewoo searah, sedangkan letak kediaman jihoon, tak terlalu jauh dari kedai tersebut. Mingyu dan changkyun sudah cabut terlebih dahulu setelah tahu kalau soonyoung yang membayar sepenuhnya makan malam hari ini.

"opp—sunbae. Aku mau beli kopi dulu. Tunggu sebentar"

Soonyoung mengangguk bersamaan dengan jaewoo yang berlari kecil, meninggalkan jihoon dan soonyoung.

"soonyoung sunbae"

Soonyoung menoleh.

"biasa saja. Kau dan aku itu seumuran. Tak perlu pakai sunbae segala"

Jihoon mengulum bibirnya.

"tentang yang tadi—maafkan aku"

Soonyoung memutar tubuhnya, sehingga dengan sempurna, ia menghadap pada jihoon.

"yang tadi? Yang mana ya, jihoon?"

Alis jihoon terangkat. Ia menatap soonyoung yang juga tengah menatapnya dengan bingung.

Sepertinya, ia mudah melupakan sesuatu hal yang tidak penting baginya, imbuhnya dalam hati.

"tidak jadi. Terimakasih atas pesta penyambutannya malam ini, soonyoung"

Soonyoung mengembangkan senyumnya.

"tentu. Tak perlu sungkan"

Jihoon membungkuk dan mengayunkan langkahnya, menjauhi soonyoung yang masih berdiri di tempatnya. Entah menunggu jaewoo kembali, atau menatap jihoon.

Siapa yang tahu?


Kalau ada yang ngerasa ini cerita, familiar. Ya, cerita ini disadur dari film 'Doushitemo Furetakunai' atau 'Mau Bagaimanapun, Tidak Ingin Kulepaskan'. Tentu saja, dengan penambahan dan pengurangan seperlunya. Walaupun hampir semua plotnya sama hehehe. Namanya dibuat ulang dengan perbedaan tokoh hehehe

Dan untuk divisi yang disebutkan, asli saya ngarang bebas hehehe.

Maafkan jika sikap berikut sifat mereka, saya buat jadi keluar dari karakter mereka yang sebenarnya hehehe. Mohon dimaklumi jika ada kesalahan dalam penulisan maupun pemilihan katanya. Kritik dan saran diperlukan agar menjadi cerminan diri saya untuk kedepannya agar lebih baik.

.

.

Nantikan kelanjutan dari cerita ini /itupun kalo ada yang nungguin/ /Gede rasa amat lu coeg/

hehehe