Hai semua! *nyengir kuda* saya lagi bingung buat cari bahan di fict 4th panel scene show, eh malah tiba-tiba ada ide buat fict gaje ini di benak saya. Kalau lagi senggang, mohon dibaca yaaa! XD oh ya reviewnya juga jangan ketinggalan! Oh ya baca juga fict saya yang saya sebut di atas ya! *berani minta*
Ok let's begin! Ya-Ha!
Disclaimer
Story: Riichiro Inagaki
Art: Yuusuke Murata
A Eyeshield 21 fanfiction: yang Terbaik
Warning: newbie, typo, gaje, abal, no sense, gak mutu, gak kerasa apapun sedatar jalanan beraspal, gak suka? Tinggal tekan back kok!
~Second POV~
Tatapanmu terpaku pada langit-langit kamar. Hanya dentingan suara jam dinding yang menemanimu. Malam ini sungguh sepi, bagaimana tidak, sekarang sudah pukul dua malam. Hanya ada beberapa orang yang masih terjaga karena kesibukannya masing-masing. Ya, termasuk dirimu.
Sudah dua jam yang lalu kamu mencoba memejamkan mata itu untuk tidur, dan itu berarti sudah dua jam pula kamu menatap kosong langit-langit kamar itu.
"fuh…" kamu menghembuskan nafas panjang, mencoba untuk lebih rileks agar bisa terlelap. Tapi seperti yang bisa ditebak, usahamu berakhir sia-sia.
Sebenarnya daripada tidur, nafsumu untuk menangis lebih besar. Namun, harga dirimu tak ingin membiarkan hal itu terjadi, entah harga diri macam apa yang masih ingin kau pertahankan saat ini.
Tanpa kamu sadari matamu mulai memanas, bulir-bulir air jatuh di pipimu tanpa adanya aba-aba. Kamu langsung duduk dari tempatmu berbaring, kemudian mengusap air matamu perlahan. "Aku tidak boleh menangis! Aku tidak boleh me…"
Kata-katamu terputus karena airmatamu jatuh. Semakin kuat kamu menahan tangismu, semakin kuat dorongan untuk menangis itu timbul. Semakin cepat kamu mengusap air matamu, semakin cepat pula butiran kristal bening itu turun. Kamu membanting tubuhmu itu ke kasur, dan kemudian menyembunyikan wajahmu di balik bantal. Akhirnya kamu menyerah pada dirimu sendiri, kamu menangis terisak. Menangis seorang diri di malam yang sunyi. Meratapi suatu kenyataan pahit. Kenyataan bahwa sahabat dan orang yang sangat kausukai saling mencintai…
Tidakkah itu terdengar konyol? Sungguh menyedihkan bukan? Takdir seakan menertawaimu. Orang yang mendukungmu untuk menggapai cintamu adalah orang yang sama dengan orang yang menghancurkannya. Penusuk dari belakang, pengkhianat!
Handphonemu bergetar, kamu meraihnya dengan malas. Sungguh orang seperti apa yang menghubungimu di saat yang sangat tidak tepat ini?
You've got a mail itulah yang tertera di layar. Kamupun membuka mail itu.
From: Karin
Mamo! Besok pulang sekolah kita ketemuan ya, ada hal penting yang mau kubicarakan nih! o
Kutunggu di gerbang sekolah^^
Begitu selesai membaca mail dari sahabatmu itu kamu langsung membanting handphonemu ke sembarang arah. Handphone tak bersalah itupun hancur berkeping-keping. Hatimu sungguh kalut, otakmu yang cerdas itu seakan-akan lumpuh, tak bisa lagi berpikir jernih. Hanya kebencian dan dendam yang tertanam di dalamnya. Dasar pengkhianat!
Kamu sudah tahu atau tepatnya kamu sudah mengira, pasti besok dia akan meminta maaf kepadamu sambil berpura-pura menyesal atas perbuatannya lengkap dengan air mata buaya menghiasi sudut matanya. Tapi kamu tak peduli, kamu takkan pernah peduli. Kamu sudah terlanjur berniat takkan menemuinya besok, terserah dia mau menunggumu sampai mati, itu bukan urusanmu! Benarkah begitu? Atau…
~TBC~ *seenak idung author~
Apaan tuh? Gantung gak jelas? Benar! Maklum aja lagi dikejar-kejar tugas T_T udahlah sebelum nanti saya jadi curhat gak nentu atau ceritanya yang makin gak jelas mau dibawa kemana, sampai sini dulu aja ya. Thanks udah baca, review ya! XD review dalam berupa ide atau request saya terima semua kok! :3
