Disclaimer : saya tidak memiliki KHR.
Warning! Typo, abal-abal, tulisan jelek, tidak rapi. Harap dimaklumi.
"Normal"
Thought
~xxXxx~
Kozato Enma, seorang Don Shimon Famiglia sedang kebingungan. Pasalnya saat ia sedang mengunjungi mansion dari seorang Donna famiglia terbesar di Italy tersebut ia disambut oleh suasana suram yang mencengkam.
Ia menjadi sedikit khawatir dengan keadaan Tsunahime. Ia langsung berjalan cepat kearah ruangan yang ia hapal betul diluar kepala.
Ruang kerja Tsuna.
Saat ia hampir sampai, Enma bertemu dengan Gokudera Hayato. Tangan kanan sang Donna Vongola. Dan ia sedang membawa stok besar paperwork yang sangat Enma yakini adalah untuk Tsuna yang malang.
"oh Enma, lama tidak berjumpa." Sapa Hayato pelan sambil membenarkan posisi segunung paperwork yang ia bawa agar tidak terjatuh. Enma tersenyum kecil sambil menyapa balik.
"lama tidak bertemu Hayato. Kenapa suasana di mansion sangat...ermm...menyenangkan?"
"yah...mereka semua tidak ingin mengganggu Jyuuhime saat sedang dalam masa periode. Heck, aku bahkan tidak yakin ada orang yang cukup bodoh untuk berani mengganggu Jyuuhime!"
"Oh." Sepertinya aku datang disaat yang tidak tepat.
Tetapi penyesalan Enma selalu datang terlambat. Ia dan Hayato sekarang sudah berada didepan ruang kerja Tsuna.
Terasa dengan sangat jelas aura membunuh yang keluar dari balik pintu mahoni tersebut. Aura yang dapat membuat Enma dan Hayato merasa sangat berat untuk memutar knob pintu tersebut.
Tetapi sebagai tangan kanan yang baik dan bertanggung jawab, Hayato tentu tidak akan mundur.
Enma membukakan pintu, menggantikan Hayato yang tidak bisa membuka pintu dikarenakan segunung paperwork yang ia bawa.
Disaat separuh badan Enma terlihat dari balik pintu tiba tiba sebuah pena meluncur dengan kecepatan tinggi dan menancap di dinding sebelah Enma berdiri.
Nyali Enma untuk membuka sisa pintu tersebut lenyap tak tersisa.
Ia dan Hayato menatap horror pena mahal yang dengan entengnya menancap didinding, keringatnya mulai keluar dengan tidak terkendali.
Tatapan horror Enma berganti kearah kepala brunette yang tertutupi dengan tupukan maha banyak paperwork. Menelan ludah, Enma pun memberanikan diri untuk membuka penuh pintu dan menyapa Tsuna yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari paperwork yang ia kerjakan.
"H-hai Tsuna. La-lama tidak bertemu..."
Suara Enma berhasil menarik perhatian brunette, karena sekarang Tsuna mengalihkan pandangannya dari paperwork kearah Enma dan Hayato yang terpaku di balik pintu. Ia lalu mendecih kesal saat melihat tumpukan yang dibawa oleh Hayato.
Oh betapa inginnya Enma berteriak ketakutan saat ini setelah melihat sosok Tsuna.
Rambut coklat sepinggang yang berantakan dan mata caramel yang biasanya cerah sekarang menjadi sangat gelap dengan kantung mata yang luar biasa tebalnya. Entah kenapa tatapannya membuat Enma dan Hayato sangat ingin meminta maaf, entah mengapa mereka merasa bersalah.
Sekarang mereka tau kenapa Tsuna bisa menaklukan famiglia lain hanya dengan tatapan saja.
Tsuna tanpa sadar mengeluarkan aura membunuh yang membuat semua orang di mansion ketakutan bahkan hanya untuk melewati ruang kerja Decimo tersebut.
"Enma." Tsuna memanggil nama Enma pelan, yang dipanggil pun langsung membeku ditempat saat mendengar suara monoton tersebut
Pandangan mematikan Tsuna beralih kearah Hayato yang sepertinya sedang menahan hasrat kuat untuk kabur dari amarah sang langit.
"J-jyuuhime, a-aku membawakan s-stok baru untukmu."
Hayato berjalan mendekati meja Tsuna untuk meletakkan stok paperwork tersebut. Tetapi langkahnya terhentikan saat pena yang baru saja Tsuna ambil dari laci patah berkeping keeping, itu seakan membuat pena tersebut mudah sekali dihancurkan seperti stik eskrim.
Enma menatap khawatir Hayato dan Tsuna diruangan tersebut semakin pekat.
Sampai Tsuna menghela nafas lelah lalu merilekskan punggungnya dikursi kerjanya sambil memijat pelan keningnya.
"Haaaah...sekali kali aku ingin keluar...aku ingin cake..."
"Oh! Aku ingat, Jyuuhime."
"Hn?" sahut Tsuna malas sambil menatap Hayato yang seperti baru saja mendapatkan pencerahan.
"Kita baru saja mendapatkan undangan untuk reuni di Namimorichuu."
"Oh, aku juga mendapatkan undangan tersebut. Untuk itu juga aku datang kemari." Enma menyahut, membuat perhatian Tsuna dan Hayato beralih kearah kepala merah tersebut.
"sepertinya mereka mengundang seluruh angkatan kita."
Tsuna terdiam. Otak jenius didikan Reborn miliknya sedang memproses informasi luar biasa tersebut.
Reuni...pergi ke Jepang...liburan...
...Tidak ada paperwork!
Tsuna dengan cepat berdiri dari mejanya, mengagetkan Enma dan Hayato.
Dengan wajah cerah dan semangat mengebu ngebu Tsuna mengmumkan.
"Ayo kita ikut acara Reuni!"
"Jyuuhi-"
"Hayato! Panggil semua Guardian!" tanpa basa basi Hayato langsung pergi melaksanakan perintah Decimo tercinta.
Ia tidak berani membuat mood mendadak bagus milik Tsuna menjadi hancur seketika.
Membayangkan saja sudah membuat merinding.
Pintu ruang kerja Tsuna tertutup. Menyisakan Enma dan Tsuna. Enma berjalan menuju sofa yang berada diruangan tersebut.
"Enma-kun, kau juga harus ikut denganku!"
"Wha!?" Enma yang baru saja menyamankan posisinya langsung kaku seketika.
"Ka-kau tidak mau?" Senyum lebar Tsuna perlahan lenyap seiringan dengan aura membunuh yang keluar dari tubuh kecilnya.
Enma menegup ludah, lalu menggaruk pipinya yang tidak gatal sambil mengalihkan pandangannya. Kemanapun asalkan tidak melihat raut wajah Tsuna yang saat ini pasti-oh, bahkan Enma tidak mau membayangkannya.
"Te-tentu saja aku mau..tapi.."
Aura Tsuna semakin pekat. Enma menyerah, ia tidak bisa melawan Tsuna saat dalam masa periodenya. Itu terlalu beresiko.
"...baiklah, tetapi hanya aku saja. Adel dan yang lainnya sedang menjalankan misi penting."
"Okaay!" Glare Tsuna menghilang seketika, dan digantikan dengan senyum lebar. Enma bersumpah ia dapat melihat efek bunga bunga bertebaran dibelakangnya.
Enma menghela nafas untuk menghilangkan kegugupannya lalu tersenyum kecil.
Tidak lama kemudian Guardian Tsuna datang berkumpul di dalam ruangan Tsuna.
Terlihat jelas wajah gugup mereka. Enma bisa tau dengan mudah alasan kegugupan mereka.
Tidak ada yang lebih menakutkan daripada menghadapi Tsuna yang sedang dalam periode.
"Kalian semua akan ikut denganku ke Jepang untuk reuni." Karena jika kalian tidak ikut, saat aku kembali mansion sudah tidak akan berbentuk bangunan.
Guardian Tsuna mengeryit heran, kecuali Hayato tentu saja. Tetapi tidak ada yang mengambil resiko dengan membantahnya.
"Apa aku juga harus ikut?" Lambo menunjuk dirinya, Tsuna mengeryit tidak senang. Tentu saja kau juga harus ikut.
"Tenang saja, aku akan membuat izin untuk kepala sekolahmu nanti."
"...baiklah." Senyum Tsuna semakin lebar diiringi kegugupan Guardian dan Enma yang semakin besar.
"Kita akan berangkat malam ini! Segera lah bersiap siap!"
Reborn saat ini sedang berada di Kanada untuk melakukan sebuah misi yang penting.
Disaat ia sedang beristirahat di sebuah café bersama dengan asistennya, tiba tiba telpon miliknya berdering.
Perhatian Reborn dan asistennya beralih kearah telpon yang menderingkan ringtone yang ia hapal betul diluar kepala.
Meletakkan secangkir espresso yang baru saja ia sesap, ia lalu mengambil telponnya dan membuka pesan dari murid yang diam-diam ia banggakan (sampai mati pun ia tidak akan mengakuinya secara terang terangan).
[Reborn, kami mendapatkan undangan reuni dari Namimorichuu! Dan kami akan berangkat malam ini! ε=ε=(ノ)ノ]
Aah, Dame-Tsuna pasti sedang masa periode.
Reborn mengerti betul kebiasaan baru Tsuna saat sedang masa sadisnya. Seluruh massage Tsuna akan penuh dengan emoticon menyebalkan.
Reborn mengeryit lalu jarinya bergerak untuk mengetikkan sesuatu. (N/A : Reborn disini sudah dewasa karena kutukan Arcobaleno sudah dilepas di The Curse of the Rainbow Arc)
[Siapa saja yang kau bawa?]
[Guardian dan Enma-kun! (づ ̄³)づGuardian Enma-kun sedang menjalankan misi, jadi hanya Enma-kun yang bisa datang ( T﹏T ) ]
Pasti karena Dame-Tsuna yang menyeretnya.
[Baiklah. Dan pastikan mereka diberikan sedikit kejutan.]
[Tentu saja! Hehehe...aku pasti akan memberikan mereka kejutan yang menyenangkan! (๑' ㅂ•́)و. kalau begitu aku akan bersiap siap. Bye bye Reborn *Lovelove*]
Reborn menatap aneh layar ponselnya sejenak lalu menyeringai, sang asisten yang menyadari tatapan terhibur Reborn pun bertanya.
"Ada apa sir Reborn?"
"Sepertinya sesuatu yang menarik akan terjadi." Balasnya sambil menurunkan fedora kesayangannya hingga menutupi mata.
Ia kembali mengambil espresso miliknya dan menyesapnya dengan santai.
Memberikan hari libur untuk muridnya juga tidak akan memberinya bencana.
"Haha, rasanya sudah lama kita tidak ke Jepang!" Takeshi menyahut semangat setelah keluar dari jet pribadi milik Vongola, mereka sampai di Jepang di pagi buta.
Semua orang dibandara melihat dengan kagum kelompok Tsuna yang berisi orang orang keren tentu saja. Para wanita terlihat iri dengan kecantikan Tsuna dan Chrome, sedangkan para pria terlihat iri dengan Guardian dan Enma karena ketampanan mereka.
"Tsuna-chan! Onii-san!"
Suara familiar mengalihkan perhatian mereka, mereka menoleh dan menemukan gadis cantik berambut orange panjang yang berlari kearah mereka.
"Kyoko-chan!" Tsuna dan Chrome berlari dan memeluk Kyoko. Tsuna merekrut Kyoko di cabang Jepang karena permintaan Kyoko sendiri. Maupun Tsuna dan Rhohei sempat menolaknya dengan alasan tidak ada yang melindunginya.
Tetapi entah mengapa ujungnya Kyoko diperbolehkan bekerja di cabang Jepang Vongola, tepatnya di Namimori.
Setelah beberapa percakapan, mereka pun berpencar untuk sedikit bernostalgia dengan rumah mereka masing masing.
Mukuro dan Chrome pergi mengunjungi Ken dan Chikusa, Ryohei dan Kyoko pergi pulang ke rumah mereka, Takeshi pergi mengunjungi makam ayahnya, dan Kyoya tentu saja pergi mengunjungi Namimorichuu.
Sedangkan Tsuna, Enma, Lambo, dan Hayato pergi ke kediaman Sawada.
Di perjalanan mereka menerima banyak sekali tatapan iri dan kagum dari setiap orang yang mereka lewati. Bahkan beberapa orang mengira jika mereka adalah artis yang sedang melakukan syuting!
Tsuna dan Enma tertawa pelan mendengarnya.
Mereka sampai di rumah sederhana tetapi memancarkan kehangatan yang membuat mereka tenang. Tsuna melihat kearah lampu yang masih menyala, Tsuna yakin ibunya berada di dalam.
Tsuna tersenyum lebar lalu memencet bell rumah yang suaranya membuat Tsuna bernostalgia dengan senangnya.
Terdengar suara langkah dari dalam rumah, senyuman Tsuna semakin lebar.
Pintu terbuka menampilkan seorang brunette berambut pendek.
"Hai Ka-"
Pelukan erat menyambut Tsuna sebelum ia dapat menyelesaikan sapaannya, Tsuna tertawa senang lalu memeluk balik Sawada Nana yang menangis terharu karena sudah bertahun tahun berlalu sejak terakhir kali ia melihat putri kesayangannya tersebut.
"Okaeri Tsu-chan!"
"Tadaima, Kaa-san. Maaf karena jarang berkunjung, lain kali aku akan lebih sering mengunjungimu." Nana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum senang.
"Kau sudah menjadi sangat cantik! Kaa-san sangat bangga!"
Ia memperhatikan penampilan Tsuna dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan terharu.
Rambut golden brown sepinggang yang halus dengan mata caramel besar yang menghiasi wajah manisnya. Serta kulit putih seperti boneka, dan jangan lupakan badan kecil tetapi ramping yang membuat Tsuna semakin manis dan cantik. Tsuna seperti boneka porselen termahal didunia.
Di depan mata Nana sekarang adalah gadis paling cantik yang pernah ia lihat.
Nana sekarang benar benar bangga kepada putri kesayangannya.
"Terima kasih, Kaa-san."
Tsuna menatap mata Nana dengan lembut sambil mengelus pelan tangan ibunya. Nana mengangguk senang lalu perhatiannya teralihkan pada Hayato, Enma dan Lambo.
"Kalian masuklah, aku akan membuatkan sarapan untuk kalian semua!"
Mereka semua mengangguk lalu masuk mengikuti Nana, Nana langsung melesat ke dapur untuk membuat makanan kesukaan putrinya.
Tsuna tersenyum lembut saat melihat ibunya bersemangat lalu pergi kekamar lamanya untuk meletakkan bawaannya. Sedangkan yang lain menunggu di ruang tamu.
Setelah meletakkan barang, Tsuna langsung menuju ke dapur untuk membantu Nana memasak.
Bersyukur karena Reborn yang selalu menyuruhnya belajar memasak karena itu bagian dari hal yang harus dikuasai Donna Vongola.
Nana bersenandung merdu dan sesekali Tsuna ikut menyahut dengan suara merdu miliknya.
"Tsu-chan, bagaimana kehidupanmu di Italy sana? Apa ada kesusahan?" Nana bertanya khawatir, Tsuna menggelengkan kepalanya pelan untuk menenangkan Nana.
"Tidak, teman temanku selalu ada untuk membantuku. Aku sangat menyayangi mereka." Nana tertawa pelan sambil memotong wortel.
"Aku bersyukur kau mendapatkan teman yang baik."
Tsuna tersenyum lembut. "Aku juga."
Tsuna berjalan menyusuri jalan menuju Namimorichuu, memperhatikan sekeliling yang mulai ramai dengan pejalan kaki.
Aah...betapa senangnya Tsuna dengan suasana ini.
"Tsuna!"
Langkah Tsuna terhenti, ia lalu menoleh kearah Enma yang sudah berdiri disampingnya.
"Ada apa?" Tsuna mengangkat alisnya heran. Enma menghela nafas lelah.
"Kau pergi sendirian lagi...apa kau tidak sadar betapa gilanya Hayato jika kau pergi sendirian?"
Tsuna tertawa pelan saat mengingat Hayato yang bahkan rela mengebom seluruh mansion Cavallone hanya untuk menemukannya.
Maupun Tsuna yang salah karena sudah bersembunyi di mansion Dino untuk mengindari paperwork.
Untuk berikutnya Tsuna sudah berhenti bersembunyi di mansion orang lain.
Tsuna mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Hayato jika ia sedang bersama Enma.
"Enma-kun, bagaimana jika kita pergi mengunjungi café kesukaan kita dulu?"
"sepertinya ide yang bagus."
Tsuna menggandeng tangan Enma lalu pergi kearah café yang sering mereka kunjungi saat masih sekolah dulu.
...
Tsuna memakan strawberry shortcake pesanannya dengan pelan, menikmati setiap rasa nostalgia yang hinggap dimulutnya. Enma tersenyum lembut melihat Tsuna lalu kembali memakan chocolate croissant pesanannya.
Seluruh orang di café tersebut menatap kagum mereka berdua, banyak suara yang memuji kecantika Tsuna dan ketampanan Enma.
Tsuna menatap Enma baik baik. Ia sudah tumbuh menjadi sangat berbeda jika dibandingkan dengan saat ia masih menjadi Loser-Enma.
Enma yang sekarang, Tsuna akui sangat tampan. Tanpa sadar Tsuna tersenyum.
"Ada apa?"
"Tidak, cuman jika dilihat lagi. Dibandingkan dengan yang dulu, kau sekarang sudah semakin tampan." Tsuna tertawa pelan, Enma mengeryitkan alisnya. Kenapa tiba tiba?
"Jadi aku yang dulu tidak tampan?"
"Tentu saja bukan begitu. Kau yang dulu lebih bisa dibilang imut daripada tampan fufufu." Tsuna tertawa pelan mengingat mini Enma yang selalu malu saat bicara dengannya.
"Wha-"
"A-anoo..." Perhatian Tsuna dan Enma beralih kearah sekelompok gadis yang berdiri disamping meja mereka.
"Ada perlu apa?" Tsuna bertanya dengan halus, salah satu gadis menjerit senang. Tsuna langsung kaget dengan reaksi mereka.
"A-apakah kalian adalah a-artis yang se-sedang syuting!?"
"Huh?" Tsuna dan Enma saling menatap, lalu Enma menghela nafas lelah sedangkan Tsuna hanya terkekeh kecil.
"Maaf sekali, tetapi kami bukan artis maupun model. Dan maaf, sepertinya kami harus pergi. Permisi." Enma menarik Tsuna keluar, terdengar jeritan dari para gadis yang samar samar mengatakan.
"Mereka cute sekalii!"
"Pasangan yang sempurna! Aku iri sekali dengan gadis tadi!"
Tsuna dan Enma tertawa lepas sambil berlari kembali kerumah.
"Yo Hayato! Dimana Tsuna?" Takeshi menyapa Hayato yang sudah rapi dengan setelan jas-nya. Semua Guardian saat ini sudah berkumpul didepan Namimorichuu dan memakai pakaian formal mereka masing masing.
Dua limo sudah berjejer, menunggu Guardian Vongola untuk masuk lalu mengantar mereka ke gedung tempat reuni.
"Jyuuhime katanya akan menyusul, mama sedang sangat bersemangat meriasnya." Semua mengangguk paham, Tsuna sedang berjuang keras dirumahnya.
Semua orang disana sangat tau jika Tsuna sangat tidak menyukai make up.
"Kalau begitu kita harus segera pergi."
...TO BE CONTINUED...
