Kita Kapan?
Winkdeep
Jihoon mengangkat kotak-kotak persegi berwarna-warni dengan susah payah, mengingat kotak-kotak itu bahkan lebih besar dari badannya sendiri.
"Baiklah, ini hadiah yang terakhir," kata Jihoon sambil menyeka keringat di dahinya. Kemudian ia tersenyum, "Apakah pacar tanpanmu si Guanlin itu sudah datang?" tanya Jihoon kepada seorang gadis imut yang ada didepannya ̶ Seonho.
"Oh, Guanlin Oppa," kata Seonho sambil mengerjap polos. "Dia bilang sebentar lagi dia akan datang, katanya dia mau ngurus urusan di kantor terlebih dahulu," jelas Seonho.
"Pantas saja kau terus menempel denganku, Guanlin Oppa mu kiranya belum datang," cibir Jihoon. Seonho hanya mengerjap polos dan mukanya mengekspresikan kalau dia sedang bingung, dia tak mengerti maksud Jihoon apa.
Jihoon pun mendengus.
"Kau, ketika Guanlin mu ada di dekat dirimu kau selalu saja menempel dengannya, bahkan ketika aku memanggilmu kau tak menoleh kepadaku sama sekali, matamu hanya tertuju kepada Guanlin," rengut Jihoon. "Dan disaat Guanlin Oppa mu sedang tidak ada, kau pasti akan menempel kepada kami. Yah bisa jadi kau menggunakan kami waktu ada butuhnya saja," lanjut Jihoon, ia pun tertawa ringan. Awalnya Seonho terdiam untuk mencerna maksud perkataan Jihoon, namun pada akhirnya ia tertawa juga.
"Daripada aku menempel kepada lelaki lain lebih baik aku menempel kepada kalian," kekeh Seonho pelan.
"Seonho, Jihoon acaranya belum selesai, ayo cepat kembali!" teriak Daehwi.
"Baiklah, nanti kami menyusul," jawab Jihoon.
"Selamat atas pernikahanmu, Minhyun Eonnie," kata Seonho manis sambil memeluk sang pengantin wanita ̶ Minhyun.
"Terima kasih Seonho-ya," kata Minhyun tulus. Kemudian ia tersenyum jahil "Kau kapan menyusul?" tanyanya sambil tertawa jahil.
Seonho merengut. Ia mencoba membuka suara untuk melawan, namun tiba-tiba saja lengan kekar seseorang telah merengkuh bahunya mesra.
"Tunggu sampai Seonho menyelesaikan kuliahnya, Nuna," jawab 'seseorang' yang tengah merengkuhnya itu enteng. Tiba-tiba saja muka Seonho memerah hebat, tanpa menoleh ke sumber suara pun ia sudah tau siapa yang telah membuat mukanya merah padam ̶ one and only Lai Guanlin.
Minhyun pun tersenyum kepada Guanlin, "Yang penting kalian bahagia. Tapi tetap saja aku ingin kalian cepat-cepat menikah," senyum Minhyun lagi. "Baiklah aku duluan ya, tamu yang lain masih ingin bertemu denganku, bye!" Minhyun pun meninggalkan dua pasang sejoli tersebut. Dalam beberapa detik keduanya masih terdiam dalam posisi yang sama ̶ Guanlin yang masih merengkuh Seonho dan Seonho yang masih menatap lantai karena ingin menyembunyikan wajah bersemunya.
'ekhem' Guanlin berdehem pelan, sudah cukup untuk membuat Seonho mendongak keatas menatap wajah Guanlin dengan segenap keberaniannya.
Kemudian Guanlin terkekeh pelan, "Kamu kok diem?" tanyanya menatap kebawah, mengesejajarkan pandangan matanya kearah wajah imut Seonho. "Kamu terkejut ya aku datang tiba-tiba?" kekeh Guanlin. "Sebenarnya aku ada rapat sama salah satu temen aku, tapi sangking ngga sempatnya aku bawa juga dia kesini setelah melalui berbagai perdebatan, makanya agak terlambat, maaf ya," kata Guanlin sambil menunjukkan senyum menawannya.
Seonho pun tersenyum simpul, namun seperdetik kemudian ia mengerutkan keningnya. "Nah, teman kamu mana? Di mobil" tanya Seonho.
"Ngga kok, dia sedang mau kesini, palingan bentar lagi udah ada di belakang aku," jawab Guanlin sambil menunjuk kearah belakang.
Seonho tampak sangat bingung, "Dimana? Gak ada kok" tanya Seonho celingak-celinguk mencari keberadaan temannya Guanlin.
Karena merasa ada sesuatu yang aneh, Guanlin pun membalikkan badannya dan mendapati di belakangnya hanyalah kerumunan tamu-tamu pesta ̶ tanpa temannya. "Lah, Jinyoung mana?" tanyanya celingak-celinguk juga mencari temannya ̶ Jinyoung.
"Jinyoung?" kerut Seonho.
"Iya, Bae Jinyoung. Bukannya kamu udah kenal dia?,"
Kemudian Seonho menggigit bibir bawahnya dengan muka cemas
'Oh tidak Jihoon'
"Wah, Guanlin berengsek, dia meninggalkanku dengan kotak besar sialan ini dan pergi pacaran," umpat Jinyoung. Ia berjalan sempoyongan sambil kedua tangannya memegang kotak besar berwarna biru ̶ hadiah pernikahan.
Namun tiba-tiba saja kakinya menginjak tali sepatunya yang lepas
'oh shit!' erangnya. Hari ini ia sangat sial! Dimulai dari Jinyoung yang seharusnya punya jadwal rapat 4 mata bersama Guanlin, namun rapat itu tak berjalan sesuai rencana ̶ seharusnya mereka rapat di ruangan Jinyoung ataupun Guanlin, namun yang terjadi mereka malah rapat di mobil dengan alasan Guanlin ada acara penting ̶ yang tentu saja ada pacarnya̶ yang harus ia datangi dan jika ia absen tentu saja pacarnya akan kecewa dan ia tak mau berurusan lagi dengan kakak-kakak 'genk' nya Seonho yang nggg… sangat menakutkan. Awalnya Jinyoung menolak, seberapa kuat pun Guanlin meminta Jinyoung tetap tak acuh, dan tiba-tiba saja sebuah fakta terlintas di benaknya dan membuat ia yakin 1000000% kalau Jinyoung tak akan menolaknya
"Kudengar dari Seonho Jihoon akan datang ke pesta ini,"
Dan yep! Muka Jinyoung tiba-tiba berubah, menunjukkan ekspresi sedikit terkejut. Sepersekian detik kemudian ia merubah ekspresi wajahnya menjadi datar ̶ sama seperti ketika ia menolak Guanlin tadi.
"Baiklah aku ikut. Sebentar saja okeh,," katanya datar.
Guanlin tersenyum menang 'kena kau Jinyoung'
Mereka 'rapat' di mobil dengan sangat tidak nyaman, bisa dibilang ini seperti bukan rapat. Heol! Bagaimana cara mereka bisa rapat jikalau Guanlin masih fokus meyetir, Jinyoung masih sayang nyawa.
Dan ketika mereka sudah sampai di gedung resepsi, Guanlin dengan tergesa-gesanya meninggalkan Jinyoung ̶ yang bahkan belum selesai melepaskan seat beltnya ̶ sambil berkata "Tolong bawakan sekali hadiahnya ya, kumohon…. Seonho sudah menungguku dari tadi, aku tak ingin terlambat, hadiahnya ada di bagasi, bawakan sekali, okeh," kata Guanlin dan kemudian meninggalkan Jinyoung.
Jinyoung mendengus. 'tak apa, setidaknya hadiahnya bukan kulkas'
Dan disinilah Jinyoung. Membawa hadiah yang bahkan beratnya hampir sama dengan kulkas. Dan sialnya lagi kini dia terjatuh karena hadiah tersebut ̶ sebenarnya masalahnya ada pada tali sepatunya, namun jika barang bawaaannya tak seberat itu ia mungkin tidak akan jatuh terjungkang seperti sekarang. Ia sangat malu sekarang, pejantan macam mana yang terjatuh dengan anggunnya hanya karena sekotak hadiah, ia ingin sekali mengutuk Guanlin, kakinya, dan kotak hadiah tersebut.
Namun sebelum ia mengutuk lebih jauh suara halus seseorang telah menyapa gendang telinganya.
"Apakah kau tak apa?" tanya 'seseorang' tersebut.
Jinyoung terdiam. Ia kenal suara itu, suara manis yang sangat familiar di telinganya, setidaknya 3 bulan yang lalu suara itu sangat familir di telinganya. Ia menatap kebawah. Malu sangat malu sekali. Ia tak ingin bertemu orang itu dengan keadaan seperti ini ̶ terjatuh karena kotak hadiah.
"Hey, kau tak apa? Apa kau terluka?" tanya orang itu lagi. Suaranya semakin tampak cemas karena melihat keadaan Jinyoung yang sama sekali tak menjawab pertanyaannya.
Jinyoung menjadi gila. Sebagai tambahan, sekarang ia juga ingin mengutuk jantungnya yang kini sedang berdebar gila.
Jinyoung berdehem, dan mulai menjawab pertanyaan orang tersebut dengan ragu-ragu. "A.. aku tak apa," jawabnya dengan suara beratnya yang khas. Oh shit! Ia takut orang itu akan mengenali suaranya yang cukup khas. Jantungnya berdebar semakin gila.
"Oh begitu,"
Jinyoung mendesah lega. Orang itu tak mengenali suaranya! Sebenarnya ia sedikit sedih, apakah sudah selupa itu orang itu kepadanya sehingga melupakan suaranya. Namun kelegaannya berubah menjadi kecemasan yang terlebih sangat, saat si orang itu menarik tangannya.
"Baiklah sini ku bantu berdiri," kata orang itu sambil menarik tangan Jinyoung lembut. Dan tiba-tiba saja ekspresi orang itu berubah. Ia tersenyum getir. "Bae Jinyoung?" tanyanya terkejut.
"Hai, Jihoon," sapanya dengan senyum canggung. Ia sangat berharap sekarang Jihoon akan menertawainya atau mengejekknya supaya suasan tak menjadi sangat canggung.
Namun Jihoon tak kunjung tertawa. Jihoon membuka mulutnya ingin bilang sesuatu. Jinyoung berharap-harap pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Oh kau benar-benar Bae Jinyoung," senyum Jihoon manis. "Aku tak percaya kita akan bertemu lagi seperti ini. Sudah 3 bulan kah? Hahahaha, waktu berjalan dengan cepat," kata Jihoon sambil tertawa lepas, Jinyoung tersenyum getir, sudah lama ia tak melihat senyum dan tawa itu. Ia sangat merindukannya.
"Yah, waktu berjalan dengan sangat cepat," kata Jinyoung canggung. "Ngg, sebenarnya jujur saja aku tak ingin bertemu denganmu dengan keadaan yang sangat tidak Bae Jinyoung sekali seperti ini, tapi yah tuhan berkata lain," canda Jinyoung garing. Tapi tetap saja Jihoon tetap tertawa terbahak-bahak mendengar candaan garing Jinyoung ̶ ia masih tak berubah.
"Baiklah, aku akan membantumu membawa kotak kado ini," kata Jihoon sambil mencoba untuk mengangkat kotak kado tersebut, namun sebelum ia mengangkat kotak kado tersebut Jinyoung duluan mencegatnya.
"Jangan! Itu berat!" tolak Jinyoung.
Jihoon pun tertawa. "Kau tak lupa kan, aku bahkan lebih kuat darimu. Sudah diam saja, anggap saja ini service untuk tamu," kata Jihoon sambil mengangkat kado tersebut enteng.
Jinyoung terkesiap. Kemudian bergumam.
"Maaf, aku sudah lupa,"
"Terima kasih" gumam Jinyoung pelan.
"Kau bilang apa?" tanya Jihoon setelah menaruh kotak hadiah tersebut ketempatnya..
"Terima kasih," jawab Jinyoung.
"Eung~ sama-sama," Jihoon pun tersenyum manis.
"Ngomong-ngomong kau kesini dengan siapa?" Jihoon membuka pembicaraan.
"Guanlin,"
"Oh Guanlin sudah sampai ya," gumam Jihoon. Ia tiba-tiba saja berkeringat dingin mencoba mencari topik pembicaraan. Namun sebelum ia mencoba mencari topik baru tiba-tiba saja Daehwi temannya menghampirinya.
"Hey Jihoon, kau sedang dengan siapa?" tanya Daehwi yang datang dari belakang badan Jinyoung.
Jihoon menggigit bibir bawahnya. Kemudian tersenyum pasti yang sebenarnya penuh ketidakpastian. "Jinyoung, ini Daehwi, kau masih mengingatnya kan?" kata Jihoon sambil membalikkan badan Jinyoung. Dan tentu saja membalikkan badan Jinyoung harus melalui adegan skinship, dan tangan Jihoon yang memegang lengan Jinyong saja sudah cukup untuk membuat jantung Jinyoung olahraga. Dan jangan lupakan juga fakta bahwa muka Jihoon yang lebih merah daripada tomat.
"Oh Daehwi, halo," sapa Jinyoung canggung.
Daehwi terkejut. Ia ingin bertanya 'kenapa Jinyoung ada disini?' namun pertanyaan itu lenyap setelah Jihoon menyela.
"Ia kesini menemani Guanlin," timpal Jihoon.
"Oh Jinyoung. Sudah lama tak bertemu. Apakah sekarang kau sudah menjadi CEO?" tanya Daehwi dengan senyuman yang jelas saja palsu.
Jinyoung tersenyum getir.
Jihoon melotot kepada Daehwi. "Oh Daehwi jebal," geram Jihoon rendah. Daehwi masih saja mengangkat hal yang lalu.
"Mmm… aku belum menjadi CEO, namun aku sedang menyiapkan diriku untuk menjadi CEO," balas Jinyoung dengan senyum ala ala pengusaha.
"Oh begitu. Wah selamat calon CEO Bae," senyum Daehwi sinis.
Jihoon mendengus malas. Ia harus akhiri ini sekarang atau Jinyoung akan dimakan oleh Daehwi.
"Baiklah, aku akan mengantar Jinyoung menuju ke tempat Guanlin," kata Jihoon sambil menarik Jinyoung menjauhi Daehwi.
Mereka pun berhenti ketika Jihoon merasa ini sudah cukup jauh dari jarak pandang Daehwi.
"Kau bilang ingin membawaku ke tempat Guanlin," kata Jinyoung sambil menatap Jihoon.
Jihoon mendengus, "Maafkan Daehwi ya," katanya tulus.
Jinyoung tersenyum. "Tak apa, aku mengerti kok perasaan Daehwi,"
"Yah sudah, sekarang istirahatlah sebentar, kau tadi barusan jatuh. Kau ingin makan apa?" tanya Jihoon.
Namun Jinyoung tak kunjung menjawab. Ia malah asik memperhatikan Minhyun dan Hyunbin yang kini tengah berinteraksi dengan tamu.
"Jihoon-ah," panggil Jinyoung.
Jihoon terkejut. Sudah lama ia tak mendengar suara itu memanggil namanya dengan panggilan itu ̶ bisa saja dibilang sebagai panggilan sayang(?)
"Iya?" sahut Jihoon.
"Kita kapan?" tanya Jinyoung sambil tetap menatap Hyunbin dan Minhyun.
"Hah?"
"Kita kapan jadi kayak mereka?" tanya Jinyoung yang kini beralih menatap Jihoon.
"Kayak mereka apanya?" tanya Jihoon bingung.
"Menikah kayak mereka," jawab Jinyoung tentram.
Jihoon tersenyum pahit. Kenangan lama yang indah terngiang dibenaknya.
ia hanya bisa mendengus menyesali semuanya.
ia berpaling menatap Jinyoung dalam-dalam dan masih mendapati lelaki itu tersenyum tentram kearahnya
'kau jahat Jinyoung-ah'
hai hai hai, makasih udah mau baca ff debut ku ini wkwkwkwk
sebenarnya ini cerita terinspirasi sama pengalaman aku sendiri sih. yah aku dahulu kala punya nggg.. doi(?) tapi udah gaada hubungan apa-apa lagi sampai sekarang, nah waktu bulan april gitu saudara aku ada yg nikah nah tempat resepsinya itu jauh banget dari kota aku dan u know what disitu ada si doi not as guest tapi disitu dia jadi fotografer. yaAllah aku shock banget apalagi dia harus fotoin aku sama keluarga aku dan aku juga waktu itu pake make-up ala salon-salon gitu, yah bisa dibilang awkward parah
oh ya, baru beberapa jam pd habis huhuhuhu. chukahae my 11 boys. daniel center omg internally excited banget.
actually cant move on anjir, will miss my 101 boys, my byeongaris huhuhuhu. aku seneng sih guanlin, jinyoung, jihoon debut, tapi fyi aja sih my ult tuh seonho hahahaha aku diluar mah sok kalem terima apa adanya tapi dalam hati tuh sakit banget. but its okay, will support my baby chick no matter what.
btw juga liat bagian pas kakak sama bapaknya guanlin lagi reuni. SENYUMNYA BAPAK GUANLIN YAALLAH MIRIP BANGET SAMA GUANLIN. trus kakaknya guanlin syantik syekalih. ku iri.
trus juga ketemu foto keluarga Yoo. adiknya seonho masih ucul banget. katanya dia lahir tahun 2010. trus tbh, adiknya seonho nggg... ngga terlalu mirip seonho atau angle gambarnya aja yg salah, idk sih. tapi mamanya seonho tampak muda banget. his dad too. walaupun ekhem saia tuh ekhem lahirnya ekhem samaan kek seonho tapi muka mamanya saia agak ngg... tuaan daripada mamanya seonho hahahahaha (maafkan anak mu ini yang durhaka,mih) tapi some people said mamanya seonho tuh lahirnya samaan kek mama saia jadi yah pasti terkejut itu seriusan udah 40-an... heh idk ae lah
mmm... wanna one itu sebenarnya suggestion dari siapa sih? aku ngakak sohard waktu pertama kali ngeliat namanya (nobash)
Oh ya btw, WINKDEEP JAYA SELALU HAHAHAHAHAHAHAHA
maafkan recehan unfaedah dakuh.
silahkan
