My heart that is stained with a belated self-hatred

Gets emptied even by that wind brushing by

-Outro Tear, Bangtan Seonyeondan

An AgonUnsui fanfiction

Tear

By Lala-chan ssu

Disclaimer: Eyeshield 21 milik Riichiro Inagaki dan Yuusuke Murata. Fake Love and Tear belongs to BTS and BigHit

Warning: Many OCs, Incest, omegaverse AU, mpreg, angst, trigger warning, timeline after Enma, dll

Read at your own risk

~~oo00oo~~

Chapter 1: Fake Love

~~oo00oo~~

Aku muak dengan cinta palsu ini

Unsui mulai merasa bahwa dunia ini membencinya.

Tidak, dia sudah menerima kenyataan bahwa adik kembarnya adalah seorang jenius. Toh sekarang mereka sudah berjalan di jalan sendiri-sendiri. Mereka sudah menjadi diri mereka sendiri-sendiri. Dia juga sudah belajar caranya untuk menerima kenyataan hidup yang menimpanya, tak peduli sebanyak apapun masalah yang adiknya itu perbuat-yang syukurlah sudah berkurang semenjak mereka lulus universitas. Ia juga sudah menerima kenyataan bahwa adiknya akan jauh lebih dipandang karena ia seorang alpha dan ia seorang omega. Iya, dia sadar itu.

Tidak, tidak. Adiknya tak punya andil apapun dalam hal ini. Tapi Unsui masih mempertanyakan bahwa apakah dunia ini benar-benar membencinya.

Ia memijit pelipisnya. Tak peduli melihat berapa kalipun tak ada yang berubah. Jangan salah, Unsui adalah orang yang logis. Dia tahu kemungkinan hal ini terjadi padanya sangat banyak. Namun sisi emosionalnya yang belum mampu menerima kenyataan tersebut membuat kepalanya pening. Ia menghela napas. Merasa percuma mengurung diri di kamar mandi, ia melemparkan benda yang sedari tadi dipegangnya dan memutuskan untuk ganti pakaian dan berangkat kerja seperti biasa.

~~oo00oo~~

"Unsui-san baik-baik saja? Kelihatannya pucat sekali."

Unsui mengalihkan pandangannya dari kumpulan kertas nilai yang sedari tadi ia baca. Ia tatap Ikkyu, mantan rekan satu timnya saat di Shinryuuji dahulu sembari tersenyum tipis.

"Aku baik. Hanya sedikit pusing." Jawab Unsui sekenanya. Ya ia pusing secara fisik namun beban mentalnya juga memperparah kondisinya.

"Sudah beberapa hari ini kau tidak terlihat sehat. Apa tidak sebaiknya istirahat?" alpha bertubuh kecil itu juga ikut memeriksa absensi. Kini mereka duduk bersebelahan di ruang guru SMA Shinryuuji. Ikkyu menjadi guru olahraga sedangkan Unsui guru sosiologi. Mendengar itu, Unsui hanya tersenyum dan kembali menilai kertas-kertas ulangan di hadapannya.

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir." Ujar Unsui. Ya, dia baik-baik saja

Setidaknya dia pikir dia baik-baik saja.

"Benar nih?"

"Iya. Ngomong-ngomong bagaimana keadaan Monta?" Unsui cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.

"Dia baik. Kazuo juga-Unsui-san mengalihkan pembicaraan, nih!"

Unsui tertawa sementara Ikkyu mendengus kesal. "Sudahlah, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir begitu."

"Bener nih baik-baik saja?"

"Iya."

"Yasudah, aku harus menemui orang tua muridku. Sampai nanti, Unsui-san."

"Ya, sampai nanti."

Unsui kembali memperhatikan kertas-kertas di hadapannya, berharap bisa mengalihkan pikirannya barang sedikit.

~~oo00oo~~

Aku kemari hanya untuk memastikan

Ya, memastikan tak ada salahnya kan

Entah sudah berapa kali Unsui merapalkan hal itu di kepalanya. Di sanalah ia, berdiri di depan sebuah gedung rumah sakit. Unsui menarik napas dan menghembuskannya. Dilangkahkan kakinya memasuki pintu rumah sakit.

Nuansa putih dan bau antiseptik menyapanya. Setelah menyambangi meja resepsionis, ia duduk di ruang tunggu. Memperhatikan sekelilingnya. Matanya menangkap sosok kakek tua dengan seorang anak muda di sampingnya. Ada juga seorang anak kecil yang berjalan-jalan dengan sosok pria muda di belakangnya memegang infus. Beberapa suster lalu lalang dengan kesibukannya sendiri.

Suasana tidak terlalu ramai. Unsui menghela napas dan mengusap tengkuknya. Entah ini hanya perasaannya saja atau udara menjadi sangat dingin.

Pikirannya berkelana jauh. Setelah ia memastikan apa yang akan ia lakukan? Apapun pilihannya, rasanya semakin membebani Unsui dalam berbagai hal. Apa pengaruh pilihannya pada hidupnya nanti, pada hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya, hubungannya dengan orang itu.

Hal ini bahkan tak pernah terbersit dalam pikirannya. Tak peduli sudah berapa banyak teman-temannya yang melewati masa ini, tak pernah sedetik pun hal ini hinggap di kepalanya. Lalu sekarang apa? Semakin dipikirkan malah membuatnya semakin frustrasi. Terkutuklah keputusannya untuk menyambangi rumah sakit ini. Alisnya mengerut seiring dengan pikirannya yang makin kalut. Keringat dingin mulai menetes hingga ke dagunya. Perlahan rasa pusing kembali menghampiri diikuti dengan sensasi mual. Mungkin memang seharusnya ia tak melakukan ini. Ingin rasanya ia lari dan tak pernah kembali lagi.

"...an… -san… Kongo-san!"

Suara lembut menyadarkannya dari pikiran kalutnya. Ia mendongak dan bertemu pandang dengan seorang suster berambut cokelat sebahu. Suster itu menatapnya dengan pandangan khawatir.

"Apa anda baik-baik saja?" tanyanya. Unsui mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Ah, silahkan masuk." Suster itu memandunya menuju ruangan. Ia disapa dengan sebuah ruangan serba putih bertirai putih pula. Ada sebuah meja dokter di satu sisi ruangan dan sebuah ranjang. Di sana, seorang dokter paruh baya tersenyum menyapanya.

"Selamat sore, Kongo-san. Saya Umemura." Ujar dokter itu sambil mengulurkan tangannya.

"Ah…iya. Sore." balas Unsui sambil menyambut uluran tangannya. Dokter itu tersenyum dan mulai membuka-buka file laporannya.

"Jadi… apa keluhannya?" dokter itu menyiapkan pulpen di genggamannya.

"Ng…belakangan ini saya sering muntah. Juga lebih cepat lelah dan pusing."

"Hmm…selain itu?"

"Selain itu badanku juga sering pegal. Tapi kupikir itu karena kelamaan duduk saja."

Dokter itu mengangguk dan mencatat seiring Unsui bicara.

"Emm…maaf bila pertanyaan ini lancang, tapi kapan terakhir kali anda heat?"

Memang tidak kentara, tetapi mata Unsui sedikit melebar. Melihatnya, dokter itu tersenyum.

"Tidak apa. Seorang omega bisa tau omega lain hanya dengan sekali lihat kan?"

Kalau diperhatikan baik-baik, dokter di hadapannya ini memang memiliki bekas gigitan di lehernya. Tubuh Unsui kembali rileks. Ia menghela napas dan mengelus lengannya.

"Terakhir kali bulan lalu."

"Apa kau bersama seseorang waktu itu?"

Unsui menelan ludah. Ia sudah tau pertanyaan itu akan dilontarkan. Tak peduli seberapa ingin ia menguburnya jauh dalam hati. Mau tak mau dipertanyakan lagi meski ia coba lupakan. Tanpa sadar tangannya meremat lengan baju yang ia kenakan. Melihat Unsui sedikit tidak nyaman, Umemura berdehem.

"Maaf membuatmu tak nyaman, tapi saya membutuhkan informasi ini untuk pemeriksaan lebih lanjut."

Unsui menggigit bibir bawahnya. Ia menarik napas dan menghembuskannya.

"Ya."

Umemura mengangguk. Ia kembali mencatat dan menatap Unsui.

"Aku tak akan menanyakan apapun lebih lanjut mengenai hal itu. Sekarang, kami akan menjalankan beberapa tes. Mungkin akan memakan waktu, jadi anda bisa menunggu sebentar."

~~oo00oo~~

Ia tidak siap

Entah apa yang membuatnya begitu mantap melangkahkan kaki kemari sebelumnya namun sekarang ia malah dihantui kekhawatiran. Tak peduli berapa kali ia mencoba menenangkan pikirannya, kekhawatiran itu selalu kembali.

Ia menampung air dengan tangannya dan mencuci wajahnya. Sesekali ia tepuk wajahnya, berharap dengan itu kekhawatirannya hilang. Ia atur nafasnya sebelum beranjak dari toilet.

Tak disadari, ia sudah kembali ke ruangan sebelumnya. Di hadapannya, dokter Umemura sudah membawa sebuah amplop cokelat bersamanya.

"Jadi, aku sudah membawa hasil tesmu." Umemura memecah keheningan. Unsui hanya mengangguk. Seolah seluruh suaranya ditarik darinya.

"Jadi, berdasarkan hasil tes ini… dinyatakan anda hamil tiga minggu."

Hening.

Umemura berdeham. "Anda baik-baik saja?"

"Eh? Ah…soal itu aku sudah tahu. Aku emngeceknya lewat test pack pagi ini dan hanya ingin memastikannya."

"Ah, begitu…" Umemura tersenyum tipis.

"Sekarang, saya akan melakukan pemeriksaan USG. Silahkan berbaring disini."

Unsui sudah tidak peduli lagi. Badannya seolah bergerak sendiri tanpa diperintah. Pikirannya melayang jauh entah kemana. Kekhawatiran yang sudah susah payah ia usir kini kembali lagi seenaknya.

"Ah," suara dokter Umemura mengembalikannya ke kenyataan. Unsui menatap Umemura dengan tatapan penuh tanya.

"Ah, tidak ada. Mereka kelihatan sehat."

Unsui mengangkat alis. "'Mereka'?"

"Ya, mereka." Dokter Umemura menunjuk ke arah layar. "Satu, dua, dan tiga. Bayi anda kembar tiga."

Rasanya nyawanya dicabut entah kemana. Pikirannya kosong. Sementara dokter Umemura membereskan peralatannya, Unsui duduk diam di atas ranjang, mencoba memproses informasi yang masuk padanya.

"Sekarang, apa yang ingin anda lakukan?"

Yang ingin ia lakukan? Justru itu yang membuatnya kalang kabut sejak tadi. Apa yang ingin ia lakukan. Ia belum menyiapkan kemungkinan bila orang itu tak mau berada di sisinya lagi. Ia tak bisa membesarkan tiga anak sendirian. Tapi menggugurkannya juga terdengar jahat baginya.

"Anda masih bisa memikirkannya, tapi waktu anda tidak banyak. Pikirkan dulu sebaik mungkin dan ajak diskusi pasangan anda." Dokter Umemura memberikan amplop cokelat kepadanya. Ia mengintip sedikit isinya. Ada berbagai lembaran hasil test dan tiga lembar hasil foto USG.

Sekarang ia harus apa

Langkah kakinya terasa berat. Baik tubuh maupun pikirannya sudah letih. Ia hanya ingin segera sampai di apartemennya dan tidur hingga pagi.

Ia terus melihat ke bawah sampai ia menabrak orang lain. Berkas yang dibawanya berjatuhan di dekat kakinya. Unsui meringis sambil sesekali meminta maaf pada orang yang ditabraknya.

"Kalau jalan lihat-lihat, sampah!"

Gerakan Unsui terhenti. Ia amat mengenal suara ini. Suara yang sudah menemaninya bahkan sejak ingatan pertamanya. Ia susah payah menelan ludah dan mendongak ke atas. Iris abunya bertemu lagi dengan iris yang identik.

"Agon…"

Sial, kenapa ia malah bertemu dengan orang yang paling tidak ingin ia temui?! Cobaan apa lagi ini?!

"Kau itu kenapa, sih hah?! Bosan hidup?!" tantang Agon.

"Kecilkan suaramu! Dan ini tak ada urusannya denganmu!" desis Unsui. Agon mendecak kesal.

"Wajahmu seperti tak tidur tiga hari."

Tubuh Unsui menegang. Kedua tangannya meremas amplop cokelat yang diberikan dokter padanya. Ia mendengus, terdengar agak kesal.

"Sejak kapan kau khawatir padaku?"

"Hah? Memang aku bilang aku khawatir? Naif sekali, Unko-chan~"

"Berhenti memanggilku begitu. Minggir."

"Begitu sikapmu pada orang yang sudah kau tabrak, hah?!"

"Aku sudah minta maaf, dan kecilkan suaramu!" balas Unsui tak kalah kesal. Ia melengos meninggalkan Agon, tak sadar ada sesuatu jatuh dari genggamannya.

"Ooyy, Unko-chan barangmu jatuh nih." Panggil Agon namun tak dihiraukan. Ia mendecak kesal dan mengangkat selebaran seperti kertas, tidak, lebih mirip foto tersebut. Matanya meminai foto tersebut sebelum alisnya bertaut.

"Apa-apaan…"

Sementara Unsui terus berjalan menembus keramaian. Bahkan tak sadar air mata mulai mengalir dari iris abunya.

~~oo00oo~~

Kenapa kau sedih? Entahlah, aku tidak tahu

~~oo00oo~~

Keesokannya, hari berjalan seperti biasa. Unsui bahkan belum memutuskan untuk memberitahu siapapun. Ia bahkan tak bertemu Ikkyu seharian.

Ia memutuskan untuk tinggal sebentar di sekolah karena ingin membuat soal untuk tes dadakan. Lama ia mendekam di mejanya, tak sadar waktu sudah menunjukan pukul enam. Sekolah sudah sangat sepi. Hanya ada suara klub olahraga yang sedang berlatih.

Unsui membereskan barangnya dan segera berjalan pulang. Matanya nampak fokus ke jalan namun pikirannya mengawang entah kemana. Harusnya Unsui belajar dari pengalamannya kemarin. Tak memperhatikan langkahnya, lagi-lagi ia menabrak seseorang.

"Ah, maaf." Ujar Unsui. Orang yang ditabraknya malah tertawa.

"Lain kali perhatikan langkahmu, Unsui."

Lagi-lagi suara yang ia kenal. Unsui membuka matanya dan menatap orang di hadapannya. Sosok tinggi jangkung dengan rambut pirang-hampir oranye dan bermata biru laut. Sosok itu tersenyum padanya.

"Aishi. Lama tak bertemu."

Itou Aishi merupakan mantan kapten tim sepak bola Universitas Enma. Ia satu angkatan dengan Unsui dan Kurita, namun mereka baru dekat di tahun-tahun terakhir karena mengambil kelas yang sama. Mereka juga beberapa kali bertemu saat pertemuan kapten klub universitas. Entah kenapa ia mulai mendekati dan berteman akrab dengan Unsui. Saat ditanya dia hanya bilang 'Habis kau menarik' dan tidak mengatakan apapun lebih jauh. Sikapnya yang hangat dan santai juga membuat Unsui tak keberatan berada di dekatnya.

"Kau guru di Shinryuuji? Kenapa tidak pernah menghubungiku, padahal kantorku dekat sini." Keluh Aishi. Unsui hanya terkekeh pelan. Sebenarnya ia juga tak ingin bertemu Aishi disini, terutama dengan beban pikirannya sekarang.

"Maaf, aku tidak tahu kau kerja di dekat sini."

"Heehh… dinginnya. Aku sempat khawatir kau tidak menghubungiku sejak lulus."

Unsui terus menatap ke bawah. Pikirannya semakin mengabur. Ditambah orang di hadapannya ini…

"Kita masih pacaran kan?"

~~oo00oo~~

Agon menggedor pintu di hadapannya dengan kasar. Seolah ingin menghancurkan pintu sialan yang menghalangi jalannya. Tak lama, ia mendengar suara cempreng dari dalam. Akhirnya pintu terbuka menampakkan sosok pendek dengan plester di hidung, lengkap dengan seorang bocah berusia tak lebih dari satu tahun bergelayutan di kakinya. Melihat Agon, sosok di depannya langsung merinding seketika.

"A-A-Agon-san, ada apa? Tumben sekali…" sosok di hadapannya terbata. Agon mendecih. Sampah yang bernama Raimon-Hosokawa- Taro di hadapannya benar-benar membuatnya tambah kesal.

"Mana Ikkyu?"

"Ikkyu? Ada di dalam baru saja pu-"

Tidak menunggu Monta menyelesaikan kalimatnya, Agon langsung mengeloyor masuk. Monta buru-buru menutup pintunya dan menggendong bocah yang sedari tadi menempeli kakinya. Dibawanya ia ke dapur.

Ikkyu yang baru saja mengambil segelas air dikagetkan oleh Agon yang menggebrak meja makannya. Ia menjerit sesaat sebelum menatap Agon keheranan. Ia lebih heran lagi melihat apa yang disembunyikan di bawah tangan Agon.

"A-Agon-san, itu apa?"

Monta ikut Ikkyu duduk di sisinya. Tak peduli berapa banyak pertanyaan di kepala mereka, mereka memutuskan untuk diam karena Agon nampak sangat kesal. Agon menghela napas kasar dan memindahkan tangannya, membiarkan Monta dan Ikkyu melihat benda apa yang dibawanya.

Hening satu detik

Dua detik

Tiga detik

"HUWAAAAAAAAHHHH!" teriakan terkejut dari duo reciever itu menggema. Urat Agon rasanya ingin putus saat itu juga.

"A-A-A-Agon-senpai, siapa yang sudah senpai hamili?!" TWITCH. Pertanyaan Monta memunculkan satu kedutan di dahi.

"L-l-lagipula bukannya ini dibicarakan dulu dengan Unsui-san? Kenapa-"

"DENGARKAN AKU DULU, SAMPAH!" Agon berteriak kesal.

Monta dan Ikkyu auto mingkem. Agon berdecih kesal dan mengambil kembali hasil USG yang dibawanya.

"Ini milik Unko-chan."

"HAAAAAHHH?!"

~~oo00oo~~

"Unsui, nomormu masih yang lama?"

"Iya, masih."

"Lain kali pergi minum bareng yuk! Aku traktir deh!"

Unsui tersenyum getir. Mereka duduk di taman tak jauh dari apartemennya. Angin malam membuat tubuhnya menggigil, ditambah suasana yang sangat sepi. Entah Tuhan merencanakan apa untuknya.

Apa ini cara agar ia bicara?

Bagaimana ia harus bicara?

"...akhirnya aku dapat kerjaan. Eh, Unsui dengar nggak?"

Unsui mengerjap. Ia gelagapan dan buru-buru mengembalikan kesadarannya.

"Kau gak apa-apa? Sepertinya kurang sehat…" ujar Aishi. Unsui susah payah menelan ludahnya.

Unsui selalu bertindak logis dan jujur. Karena itu ia tidak bisa lari selamanya.

"Aishi… boleh aku memberitahumu sesuatu?" tanya Unsui.

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja."

Unsui mengepalkan tangannya. Meski lidahnya kelu, ia coba melawannya. Ia tak bisa sembunyi terus. Lagipula jika ia ingin semuanya berlanjut, cepat atau lambat Aishi juga pasti tahu. Dan ia tak ingin Aishi maupun teman-temannya tahu dengan cara terburuk.

"Aku…hamil."

Sudah dikatakan.

Unsui bahkan tak berani memandang Aishi. Tak peduli meski setan entah darimana membisikinya untuk menatap langsung mata seseorang yang duduk di sebelahnya. Sama sekali tak ada respon, membuat Unsui makin khawatir. Tapi ia takut akan kehilangan kewarasannya bila ia memandang langsung pada Aishi.

"...apa maksudmu?" akhirnya Aishi membuka suara. Unsui mendongak karena merasakan suara Aishi yang tak biasa.

"Apa apanya?"

"Kau main-main di belakangku?" alis Aishi mengerut. Mata birunya menatap Unsui dengan tajam.

"Hah? Tidak, aku-"

"Kalau tidak lalu apa?! kau baru bertemu denganku dan ini yang kau katakan?! Kau berbuat itu dengan siapa, huh?"

"Aishi, kau ini bicara apa?! kau yang menemaniku saat heat!"

Mendengar itu, Aishi langsung bangkit dan menjauh dari Unsui. Tatapan matanya seolah penuh kebencian, rasa kalut, dan jijik.

"M-mana mungkin aku melakukan itu! Kau salah orang!"

"Aishi, aku heat. Bukannya mabuk. Aku sadar sepenuhnya." sanggah Unsui dengan nada dingin. Aishi mengeratkan pegangannya pada tas selempangnya.

"Hah, mana mungkin aku terperangkap alasan begitu." Aishi makin mundur menjauhinya. Unsui masih menatapnya dengan dingin.

"Aku tak peduli kau bilang itu alasan atau apa. Aku hanya mengatakannya padamu, mengingatkanmu atas apa yang sudah kau perbuat."

Nada bicara Unsui yang dingin dan tajam membuat Aishi berjengit. Kepalan tangannya langsung menyapa wajah Unsui. Tubuh Unsui agak oleng, namun refleks ia tahan tubuhnya ke bangku taman. Aishi meludah kesal.

"Orang gila…" desisnya sambil melengos.

Aishi berbalik dan berlari menjauh, meninggalkan Unsui di taman. Tubuh Unsui lemas dan kepalan tangannya mengendur. Tangannya terangkat menyentuh pipinya. Ia menghela napasnya yang terasa dingin.

Sekarang apa?

Cinta, apa itu cinta?

Semua ini cinta palsu

~~~TO BE CONTINUED~~~

Apakah Lala benar-benar menggunakan judul album BTS untuk judul fanficnya? Iya

Apakah Lala benar-benar memakai judul lagu dan penggalan lirik lagu tersebut dalam satu chap? Iya

Apakah Lala akan terus menggunakan lagu tiap chapter? Mungkin saja

Apakah Lala menyesal? Tidak

HAHAHAHA HALO SEMUAAA LALA BALIK LAGI NIH MUMPUNG LAGI LIBUR (SBMPTN lu gimana La?)

Ehehe gimana? Udah nge-feels belom? (nggak. Ini abal banget)

Latar belakang terciptanya FF ini adalah saya merasa FESI bener-bener sepi dan saya mendadak kepikiran FF bertema omegaverse belum banyak marak di FESI jadi saya memutuskan untuk membuatnya dengan OTP kesayangan~~ ehehe. Meski alasan sebenarnya adalah saya bosen dan pengen nyiksa chara… #ditabok

Ettoo…feelsnya kurang ya? Uhuhu maaf banget… dan mungkin di chapter-chapter kedepan bakal banyak OOC

Oh iya saya bikin Ikkyu sama Monta disini karena sebuah post di tumblr yang gak sengaja kutemukan. Lucu juga sih wkwkwk~ dan lebih tepatnya karena aku males bikinin OC buat mereka. Capek tau ngurusnya (HEH)

Jadi, bersediakah anda me-review?