Pingsan
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
.
.
Teriknya matahari pada saat upacara bendera tentu saja membuat Akashi merasa kepanasan. Beginilah selalu di hari Senin yang menyebalkan. Sebenarnya Akashi tahu jika ini adalah kewajiban, tapi beratnya tanggung jawab, dia rasa hal ini sungguh merepotkan.
Brukk!
Sesosok tubuh di belakangnya mendadak roboh, membuat beberapa anak terkejut.
Dengan segera, Akashi membalikkan badannya.
Tetsuya!
Akashi bergegas menarik tubuh lelaki kurus berambut biru tersebut, dibantu dengan beberapa anak anggota Unit Kesehatan yang bertugas menjaga selama berlangsungnya upacara, berjaga-jaga jika ada kejadian seperti ini.
"Langsung bawa ke UKS saja," perintah anak di samping Akashi.
Akashi hanya mengangguk, lalu ikut menggotong. Sebenarnya dia bisa menggotong sendiri (berat badan Tetsuya lumayan ringan), tetapi Akashi tentu saja malu dengan anak yang lain.
Tetsuya yang masih belum membuka matanya, ditidurkan di atas kasur. Tak lama kemudian, pintu ruang UKS yang semula ditutup terbuka.
"Kak, ada yang pingsan lagi."
Dua anak yang bertugas saling memandang dan mengangguk. "Maaf, Kak. Apakah ini teman Kakak?" tanyanya kepada Akashi.
"Iya, benar."
"Tolong beri dia minyak angin dan longgarkan sabuknya agar dia cepat sadar. Kami harus mengurus yang lain dulu. Maaf ya, Kak."
Akashi mengangguk paham. "Iya, tidak apa-apa. Dia memang biasa pingsan, sebentar lagi dia juga akan sadar."
"Oke." Kedua anak tersebut lalu keluar.
Meski tahu jika nantinya Kuroko sadar, Akashi tetap saja merasa cemas saat Kuroko seperti ini. Tubuhnya bisa dikatakan rawan terkena gangguan. Jika ada teman sekelasnya yang terkena flu, Kuroko pasti akan segera ketularan. Oleh karena itu, Akashi sangat memperhatikannya. Hanya saja…
Ada satu pemikiran yang mengganjal, meminta untuk diluruskan.
Sudahlah, sekarang Akashi harus menyadarkan Kuroko dulu. Dia ingat pada pesan anak tadi untuk memberinya minyak angin, Akashi juga tahu tentang hal itu. Dia mulai mencari-cari botol minyak angin di tempat kotak penyimpanan obat P3K, tetapi sepertinya tidak ada.
"Sebentar ya, Tetsuya," ucap Akashi sebelum menjejakkan kakinya untuk keluar dari ruangan.
"Akashi-kun."
Panggilan yang baru saja didengarnya membuat kaki Akashi terhenti.
Lho?
Akashi kaget. "Tetsuya?"
"Ssst, jangan keras-keras, Akashi-kun," ujar Kuroko. Dia duduk tegak sekarang.
"Tetsuya, kamu sudah sad—"
"Akashi-kun," Kuroko memotong, "Aku hanya ingin berbicara sebentar denganmu. Tentang ajakanmu waktu itu untuk balikan lagi… aku menerimanya, Akashi-kun."
Akashi, yang berdiri mematung, mulai meresapi kata-kata Kuroko. "Kau mau menjadi kekasihku lagi, Kuroko?"
"Iya, Akashi-kun. Selama ini, aku sudah membuatmu menunggu. Maaf," tambahnya.
"Sungguh?"
Kuroko mengangguk mantap.
Ada jeda sebentar. "Jadi… tadi kau tidak pingsan sungguhan, kan? Kau hanya berbohong, kan?"
Kuroko hanya meringis.
Pintu tiba-tiba menjeblak terbuka. Ada seorang anak masuk, anggota dari UKS tadi.
"Wah, Kakak sudah sadar ternyata. Syukurlah," ucapnya sambil tersenyum.
Akashi dan Kuroko berpandangan. Lama mereka menahan diri untuk tidak tertawa sampai anak tadi pergi.
.
GAME OVER
