Summary : Hiruk piruk kota New York yang dulu di padati oleh berbagai manusia dengan masing masing kesibukannya, kini bagaikan kota mati. Yang di sebabkan oleh Sebuah virus mematikan yang kini menyebar di kota New York. Virus yang akan mengubah manusia menjadi zombie ketika menghirupnya.
Disclaimer : Naruto udah pasti bukan punya saya. Naruto itu punya nya Om Kishi. Sama Sasuke juga boleh lah ya.
Genre : Horror, Mystery, Friendship. Romance (maybe).
Cast : SasuNaru. ItaKyuu, NejiGaa, ShikaKiba.
Rate : T
Warning : YAOI, OOC, Typos, Bahasa tidak sesuai EYD, Author newbie, dll.
======== INCIDENT WILD CITY ========
NEW YORK 2024
Well.. Siapa yang tidak tahu New York. New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat, dan pusat wilayah metropolitan. New York yang merupakan salah satu kota global terdepan. New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia. Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting. Kota ini sering disebut New York City atau City of New York.
Tidak kah itu cukup...
Tapi ternyata belum.
Manusia memang tidak pernah merasa puas atas apa yang di capainya saat ini. Manusia ingin lebih, lebih, dan lebih. Well, sifat alami manusia memang seperti itu.
New York memiliki pusat penelitian terbesar di Amerika Serikat. Terletak di jantung Kota New York. Mereka menyebutnya dengan The Laboratory Of New York.
Tidak sembarangan orang bisa bekerja di Laboratorium ini. Hanya orang yang terpilih dan genuis lah yang bisa. Laboratorium ini juga mempunyai peralatan yang canggih dan modern. Dari kabar yang beredar, The Laboratory of New York saat ini tengah menciptakan suatu Virus.
"Bagaimana profesor, apakah sudah selesai? " Seorang pria berpenampilan layaknya jendral tengah berdiri di samping seorang laki - laki yang memakai jas putih. Dia bernama Yakushi Kabuto.
"Hampir selesai Jendral." Laki - laki berjas putih_Kabuto_ tersenyum sopan terhadap lawan bicaranya.
Kenapa bisa ada seorang Jendral yang masuk ke dalam Laboratorium? Pihak Militer kota New York memang meminta khusus pada pemilik Laboratorium untuk di buatkan sebuah Virus yang bisa melumpuhkan pihak musuh dengan cepat ketika tiba saatnya perang nanti, bisa di bilang untuk berjaga - jaga.
"Apa kau sudah membuat penawar virusnya profesor ?" Jendral bertagname "Umino Iruka" mengalihkan pandangannya pada sang profesor yang kini tengah menampilkan senyum tipis. Tanpa banyak bicara Iruka sudah tahu jika Kabuto sudah membuat T-virus nya.
"Profesor Kabuto .. "The Real Large Virus" sudah siap." Seorang laki - laki berumur dua puluhan memberikan sebuah map berwarna coklat.
"Hmm baiklah. Mari kita uji coba." Setelah mengembalikan map tersebut. Kabuto mengajak Iruka ke ruang bawah tanah. Tempat dimana "The Real Large Virus" tengah di persiapkan untuk uji coba.
Setelah tiba di ruang bawah tanah, Iruka di suguhi oleh pemandangan puluhan orang menggunakan jas putih tengah sibuk di sana sini.
Di bagian tengah ruangan terdapat sebuah tabung berukuran sedang berisi cairan yang berwarna hitam sedikit keunguan dan di letakan di sebuah benda yang mirip seperti roket. Entahlah, Iruka tidak bisa menebak benda macam apa itu.
"Ini Jendral. Ini adalah The Real Large Virus atau Virus Ebola yang sudah kami ciptakan." Kabuto memberikan sebuah mini koper yang di dalamnya terdapat dua botol yang berwarna hitam sedikit ungu, dan warna hijau. "Tolong jaga baik baik jangan sampai jatuh ke tangan orang jahat. Atau jangan sampai pecah dan terhirup. Karena virus ini sangat berbahaya." Kabuto menjelaskan sambil menunjuk botol setinggi 15cm berwarna hitam ke unguan. "Dan apa benar ini adalah T-virusnya?" Iruka meneliti botol berisi cairan hijau. Dan Kabuto hanya mengangguk_membenarkan ucapan sang jendral.
"Lalu apakah itu virus yang sama?" Iruka menunjuk pada tabung yang berada di tengah - tengah benda berbentuk roket. "Kita akan menguji virusnya dengan apa profesor?" Iruka mengernyit bingung ketika melihat Kabuto menyeringai. "Tentu saja dengan orang - orang yang ada di sini Jendral. Atau mungkin di seluruh New York." Seringai Kabuto semakin lebar ketika melihat ekpresi shock Iruka.
"A-apa maksud anda Profesor?" Iruka mengeratkan tangan kirinya pada koper yang dia pegang. Sementara tangan kanannya sudah memegang pistol.
"Kau tau ini apa Jendral? " Kabuto menggoyang - goyangkan remot berwarna putih yang di pegangnya. "Ini adalah remot untuk mengaktifan roket yang membawa virus Ebola. Ketika saya menekan tombol berwarna hijau ini, maka mesin roket akan hidup dan akan meluncur keatas kemudian hancur menabrak dinding beton. Dan selanjutnya virus Ebola akan menyebar di seluruh ruangan ini? Keluar melalu fertilasi dan lubang - lubang kecil dan menyebar ke seluruh New York.
"Anda gila profesor ! Kenapa anda melakukan ini semua !" Iruka berteriak sambil mengarahkan pistolnya pada pelipis Kabuto. sementara Kabuto hanya terkekeh sambil menyingkirkan pistol dari pelipisnya.
"Itu karena saya sangat membenci orang - orang New York." Tatapan mata Kabuto kini menajam. Bak singa yang tengah bersiap - siap untuk menerkam mangsanya. "Rakyat New York harus merasakan penderitaan seperti yang saya rasakan."
Iruka sebetulnya tidak terlalu mengerti apa yang di bicarakan oleh Profesor di depannya. Tapi Iruka memilih diam mendengarkan. Mendengarkan alasan kenapa Kabuto melakukan hal seperti ini.
"Bertahun - tahun yang lalu. Saya hanyalah anak dari keluarga miskin yang tinggal di pinggiran kota New York. Saya hanya tinggal berdua dengan Ayah dan Ibu saya. Hidup dengan mengandalkan belas kasihan dari orang sekitar. Kemana janji pemerintah yang akan menunjang kehidupan orang pinggiran seperti keluarga saya dan keluarga miskin lainnya. Bukankah kota New York terkenal dengan 'milion city' ? Tapi kenapa tidak ada orang yang mau membatu para keluarga miskin." Kabuto menunduk, meremas ujung jas lab nya hingga buku - buku jarinya memutih. Iruka masih diam mendengarkan, tidak berniat untuk menurunkan pistolnya. "Hingga, suatu hari orang tua saya meninggal karena kelaparan. Saat itu hidup saya semakin sengsara. Dan sejak saat itu pula saya berjanji akan memusnahkan, ah tidak. Lebih tepatnya, saya akan menghancurkan kehidupan yang ada di New York."
DORRR
Semuanya terjadi begitu cepat. Tanpa sadar Iruka menarik pelatuk pistolnya dan mengenai pelipis Kabuto. Kabuto sendiri sudah ambruk dengan bersimpah darah. Tapi sebelum Kabuto memejamkan matanya, Iruka berani bersumpah melihat seringai paling menyeramkan seumur hidupnya. Dan saat itu juga Kabuto menekan remot di tangannya, menekan tombol berwarna hijau dan kuning. Ternyata tombol yang berwarna kuning berfungsi untuk mengunci semua lift yang ada di ruangan tersebut. Hanya lift yang berada di depan Kabuto dan Iruka yang belum tertutup.
Iruka mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara deru mesin roket. Seketika matanya membelalak. Semua pekerja menatap shock ke arah Iruka dan Kabuto. Ketika menyadari suara deru mesin roket, para pekerja berhamburan kemana mana. Roket telah hancur karena menabrak dinding beton, begitu juga dengan tabung yang berisi virus Ebola.
Ketika ingin berlari memasuki lift, Iruka jatuh tersungkur karena tersandung kaki Kabuto. Menyebabkan kopernya ikut terjatuh dan isinya pun berhamburan. Tabung yang berisi Virus Ebola menggelinding jauh dari Iruka. Sendangkan T-virusnya tepat berada di dekat kaki Kabuto. Dengan tergesa - gesa, Iruka mengambil tabung T-virusnya dan bergegas memasuki lift. Lift nya terbuat dari kaca, sehingga Iruka bisa melihat orang - orang yang masih berada di ruangan tersebut jatuh satu persatu. Ada pula yang saling menggigit satu sama lain.
Ketika sampai di gedung utama. Iruka melihat pemandangan yang tidak jauh beda dari ruangan bawah tanah. Semua orang telah berubah menjadi zombie. Mulut penuh darah, mata melotot, jalan terseok - seok, saling menggigit satu sama lain. Iruka berlari dengan cepat untuk keluar dari Laboratorium. Iruka berlari sambil menghubungi seseorang di seberang sana.
"Hallo..."
"Hallo Kakashi. Cepat evakuasi penduduk New York. Bawa mereka ke tempat yang aman." Iruka berbicara sambil menutup hidungnya dengan tangannya.
"Apa maksudmu ? Kenapa penduduk New York harus di evakuasi." Kata si lawan bicara_Kakashi. Iruka tahu jika Kakashi saat ini sedang kebingungan. Tapi tidak ada waktu untuk menjelaskan panjang lebar. Nyawa orang - orang New York sedang dalam bahaya.
"Dengarkan baik - baik Kakashi. Mungkin sekarang virusnya sudah menyebar ke seluruh New York. Kau tahu Virus Ebola? Ketika menghirup Virus ini maka orang - orang akan berubah menjadi zombie. Dan semua ini adalah perbuatan si brengsek Kabuto. Pihak pemerintah selama ini telah salah mempercayai dia. Sekarang cepat kau evakuasi penduduk yang masih belum terinveksi." Iruka berlari menyebrangi jalan. Sekarang kota New York sudah seperti kota tidak berpenghuni. Secepat ini kah Virus nya bekerja. Bahkan pohon - pohon dan hewan pun ikut mati.
.
.
.
.
BRAKK...
"Naru ! Naru ! Kau ada di mana ?! " Iruka berlari memasuki rumah dan mencari keponakannya.
"Pamam ? Kenapa tergesa - gesa seperti itu ? " seorang anak laki - laki berambut secerah matahari menggunakan tshirt putih polos dan celana jins pendek menuruni tangga.
"Naru, cepat bereskan pakaianmu, atau apapun yang kau perlukan ketika di tempat penampungan nanti." Iruka tengah sibuk berkemas.
"Apa? Penampungan? Apa maksudmu paman?" Naru mendengus melihat pamannya mondar - mandir kesana kemari.
"Kau jangan santai - santai seperti itu Naruti ! Cepat bereskan pakaianmu dan kita akan segera pergi dari sini "! Bocah berambut kuning yang bernama Naruto tersentak kaget ketika Iruka membentaknya. Pasalnya selama ini Iruka tidak pernah berbicara kasar padanya, apalagi sampai membentak. Pasti telah terjadi sesuatu yang buruk.
Orang tua Naruto meninggal karena insiden kecelakaan mobil dan truk. Pada saat itu Naruto baru berusia sepuluh tahun. Naruto kecil menangis sampai pingsan ketika mengetahui jika orang tuanya telah meninggal. Dan sejak saat itu Iruka lah yang mengurus Naruto. Iruka sangat menyayangi Naruto lebih dari apapun. Bahkan Iruka sudah menganggap Naruto seperti anaknya sendiri.
Naruto pun menaiki tangga dan berlari menuju kamarnya. Membongkar isi lemari, memasukan beberapa setelan baju, dompet, smartphone, dan tidak lupa benda kesayangan Naruto_PSP. Naruto maniak game jika kalian ingin tahu.
Setelah dirasa cukup. Naruto kembali bergegas menuruni tangga dan menghampiri Iruka yang tengah berdiri di depan pintu.
"Naru, Dengarkan paman. Kita akan pergi ke tempat penampungan. Virus Ebola telah menyebar di Kota ini. Dan jika kau menghirupnya, kau akan menjadi zombie. Pakailah ini." Iruka memberikan Naruto masker, dan Naruto pun dengan cepat memakainya. "Cepat beritahu teman - teman mu yang lain. Suruh mereka berkumpul di dekat jembatan Brooklyn, jangan lupa suruh mereka memakai masker. Nah, kau sudah siap? " Naruto mengangguk, dan kemudian di seret memasuki mobil.
Di dalam mobil Iruka mengeluarkan mini koper yang diyakini berisi T-virus. "Naru. Paman ingin kau menyimpan ini dengan baik - baik. Ini adalah T-virus. Antidote untuk virus Ebola." Iruka memberikan kopernya pada Naruto, sedangkan Naruto hanya mengernyit bingung. "Paman percaya kau bisa menyimpannya dengan baik." Iruka tersenyum ketika melihat ekpresi bingung Naruto, sedangkan Naruto hanya mengangguk dan memasukan kopernya kedalam tas punggung bergambar rubah berekor sembilan.
Iruka memacu mobilnya dengan kecepatan maksimum. Selama perjalanan Naruto melihat pemandangan yang baru pertama kali di lihatnya. Jalanan penuh dengan mayat tergeletak dengan darah berceceran di sana - sini, pohon - pohon mati, hewan - hewan pun tak nampak batang hidungnya. Bahkan burung sekalipun. Gemerlap kota New York telah sirna dalam sekejap. Yang tersisa sekarang hanyalah New York yang seperti kota mati, terbengkalai.
Naruto tidak tahu pamannya akan membawanya kemana. Mungkin menuju Jembatan Brooklyn. Karena tadi Iruka menyuruh teman - teman Naruto untuk menunggu di sana. Naruto tidak berani bersuara, karena sedari tadi Iruka sibuk dengan dunianya sendiri. Mungkin sedang berfikir bagaimana caranya menghentikan para zombie, atau mengembalikan kota New York seperti dulu. Kabuto hanya membuatkannya satu tabung kecil T-virus. Sedangkan penduduk kota New York mencapai 8.391.881 ribu jiwa.
Ternyata memang benar. Iruka pergi menuju jembatan Brooklyn. Di sana sudah ada teman - teman Naruto. Ada tiga orang lebih tepatnya. Iruka kemudian menyuruh teman - teman Naruto untuk bergegas memasuki mobilnya.
"Naru, apakah itu benar? Tentang New York yang sudah terinveksi oleh virus yang mematikan." Salah satu teman Naruto yang berambut merah mencolek Naruto. Naruto memang duduk di kursi depan, dan ke tiga temannya duduk di jok belakang.
"Entahlah Kyu-nii, Aku tidak tahu secara pasti. Tapi paman mengatakan demikian." Naruto mengalihkan pandangannya pada Iruka yang masih fokus menyetir.
"Setelah kita sampai di tempat penampungan. Paman akan menjelaskan detailnya." Dan semuanya hanya mengangguk.
.
.
.
.
"Kakashi-san.. pihak militer sudah mengumpulkan para penduduk yang masih sehat. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, mereka dinyatakan bersih. Dan sekarang mereka berada di markas besartiga PBB." Laki - laki bertagname 'Izumo' memberi laporan tentang kondisi terbaru. Laki - Laki yang di panggil 'Kakashi' menghela nafas dan kemudian berdiri dari duduknya. "Baiklah, terima kasih atas laporannya Izumo. Saya akan segera menghubungi Jendral Iruka. Sekarang kau bisa melanjutkan tugasmu." Izumo mengangguk, dan kemudian meninggalkan Kakashi.
"Kenapa semuanya bisa jadi begini, ck sial !" Kakashi mencengkeram ujung meja kerjanya. Tidak habis fikir, New York akan menjadi seperti sekarang ini. "Hmm.. sepertinya aku harus meminta bantuan 'mereka'. " Kakashi kemudian menghubungi seseorang melalui smartphone nya.
.
.
.
.
"Nah Ayo kita turun." Iruka membuka safety belt nya, kemudian turun dari mobil di ikuti oleh Naruto dan teman - temannya.
"Paman, sekarang kita berada dimana ?" Teman Naruto yang berambut coklat jabrik mengedarkan pandangan matanya. Sebut saja dia Kiba. Kiba memiliki tato merah segitiga terbalik di kedua pipinya.
"Kita sekarang berada di Markas Besar PBB. Ayo masuk." Iruka merogoh saku celananya ketika merasakan smartphone nya bergetar. Setelah membaca isinya, Iruka berdecak kesal.
Sementara itu...
"Khekhekhe... aku akan membalaskan dendam mu Kabuto. Aku akan membuat penduduk New York merasakan penderitaan yang setimpal. Dan aku juga akan membunuh 'orang itu' "
.
.
.
.
Naruto dan ke empat temannya saat ini tengah berada di pengungsian_penampungan. Tepatnya di ruangan bawah tanah Markas Besar PBB. Tidak banyak warga sipil di sini, hanya sekitar dua puluhan. Naruto melihat Iruka sedang mengobrol dengan Kakashi. Dan ada seorang perempuan lagi. Naruto tidak tahu siapa namanya.
"Hei, Naru. Paman mu sedang berbicara dengan siapa? Kelihahatannya serius sekali." Gaara, teman Naruto yang memiliki rambut berwarna merah menunjuk Kakashi. Kyuubi dan Gaara memiliki warna rambut yang sama. Bedanya, jika Kyuubi berwarna merah ke orange-orange an, sedangkan Gaara berwarna merah darah.
"Dia paman Kakashi. Salah satu teman terdekat paman Iruka. Kalau perempuan itu aku tidak tahu namanya." Naruto mengangkat bahunya, dan kemudian melanjutkan bermain game.
"Kenapa kau memanggilnya paman? Dia terlihat masih muda, dan cukup tampan. Lihatlah, dia memiliki tinggi badan yang ideal, dada bidang, punggung tegap, tatapan matanya yang tajam. Tipe idaman sekali." Kiba memperhatikan Kakashi dengan seksama.
"Apa sekarang kau beralih jadi menyukai om - om heh." Kyuubi menyeringai sambil memainkan tongkat bisbolnya, sementara Kiba hanya memutar bola matanya jengah. "Aku kan hanya menilai dari sudut seorang buttom brengsek"
"Ohhh... jadi sekarang kau sudah mengakui kalau kau adalah seorang buttom Kiba." Kyuubi tersenyum menyebalkan. Sedangkan Kiba hanya mendengus.
Setelah berbicara dengan Kakashi. Iruka menghampiri Naruto dan teman - temannya. Naruto yang sedang asik bermain game tidak menyadari jika pamannya kini berada di depannya.
"Naru. Paman akan pergi. Kalian tetaplah di sini. Dan jaga baik - baik T-virusnya." Iruka menatap satu - persatu teman - teman Naruto.
"Memangnya paman mau pergi kemana?" Naruto mem'pause gamenya dan menatap pamannya. "Paman akan pergi ke Laboratorium New York. Ada laporan jika seseorang telah menyusup kesana. Padahal tempat itu sudah dilarang untuk dimasuki oleh siapapun, kecuali pihak polisi, forensik, dan militer.
"Aku ikut paman." Itu bukan Naruto yang berbicara, melainkan Kyuubi. "Aku ingin mengetahui tempat di mulainya tragedi ini."
"Tidak bisa. Bukankah tadi sudah ku kata-"
"Kyuubi benar paman, aku pun ingin ikut." Dengan tidak tahu sopan santun, Naruto memotong ucapan orang yang telah mengurusnya selama ini. Iruka memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Berhadapan dengan anak - anak di depannya memang merepotkan.
Menghela nafas, Iruka pun akhirnya mengangguk. "Baiklah, ayo." Dibelakang Iruka, Naruto dan teman - temannya menyeringai senang. Dasar bocah.
Kakashi telah menunggu di luar gedung PBB, bersama wanita yang sama. Kakashi menyenderkan(?) Punggungnya pada mobil dibelakangnya. Dahinya mengernyit melihat Iruka berjalan dengan Naruto dan teman - temannya. Apakah Iruka berniat mengikut sertakan bocah - bocah seperti itu.
"Mereka memaksa ikut Kakashi. Dari pada menghabiskan waktu untuk berdebat maka aku pun mengajak mereka." Iruka memasuki mobil, dan duduk di jok depan. Sementara Kakashi berada di kursi kemudi. Naruto dan temannya duduk di jok belakang. Saling berdesak - desakkan. Sementara wanita yang bersama Kakashi menaiki motor ninja warna hitam.
"Paman Iruka. Wanita yang memakai motor ninja itu siapa?" Kiba menujuk ke arah wanita yang kini berada di depan mobil mereka. Melaju dengan kecepatan maksimum, meninggalkan mobil yang di kendarai oleh Kakashi dan kawan - kawan.
"Dia sekertaris ku. Haku namanya. Kenapa? Kau tertarik padanya bocah." Kakashi melirik Kiba sekilas, dan mulai fokus menyetir lagi.
"Well.. kalau masalah zombie ini sudah selesai mungkin aku akan mengajaknya untuk berkencan." Kiba terkekeh seperti orang gila.
"Dasar bocah."
.
.
.
.
Butuh waktu setengah jam dari markas PBB untuk sampai di Laboratorium. Laboratorium yang dulu menjadi kebanggaan kota New York, kini bagaikan bangunan yang tidak terurus. Bau anyir menguar dari mana - mana. Naruto hampir muntah, Kiba merasakan pusing tiba - tiba, Gaara dan Kyuubi hanya menatap bangunan di depannya dengan ekpresi datar. Tidak memperdulikan bau anyir yang menyergap hidung mereka.
Haku terlihat sedang berbicara dengan Izumo, dan perempuan berambut Pirang. Mereka bertiga menghampiri Kakashi, Iruka, dan yang lain. Ada beberapa dari pihak polisi dan forensik yang berlalu lalang di laboratorium.
"Orang itu sepertinya berada di laboratorium bawah tanah Kakashi-san, Iruka-san." Perempuan berambut pirang tersenyum sopan dan mempersilahakan Kakashi dan Iruka untuk berjalan terlebih dahulu.
"Siapkan senjata kalian. Kita akan menuju kesana. Naruto, kau dan teman - temanmu tetap berada di sini. Dan paman tidak menerima penolakan. Ayo." Iruka dan yang lainnya memasuki gedung laboratorium meninggalkan Naruto dan teman - temannya.
.
.
.
.
Menunggu itu adalah kegiatan yang paling tidak di sukai oleh sebagian orang di belahan bumi ini. Begitu juga dengan Naruto. Naruto paling tidak suka jika harus di suruh menunggu. Sudah hampir satu jam lebih dia dan teman - temannya menunggu seperti orang bodoh. Tapi Iruka dan Kakashi tidak kunjung kembali. Apa yang mereka lakukan di dalam sana.
Bukannya apa - apa. Saat ini Naruto sangat khawatir akan keadaan pamannya. Firasatnya tiba - tiba tidak enak. Seakan - akan ingin memberitahukan jika sesuatu telah terjadi pada pamannya.
"Naruto, kau mau kemana!? " Kyuubi berteriak ketika melihat Naruto berlari memasuki gedung.
"Ckk! Sial! Ayo kita ikuti dia." Gaara kemudian berlari menyusul Naruto dan di ikuti oleh Kyuubi dan Kiba.
Naruto berlari tak tentu arah. Kenapa gedungnya terlihat sangat sepi. Bukankah tadi masih banyak orang yang berlalu lalang. Naruto melihat lift yang terbuat dari kaca, di samping lift tersebut ada tulisan 'Laboratorium bawah tanah' Naruto kemudian masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka satu dengan tergesa - gesa. Perasaannya semakin tidak enak. Lift kemudian mulai berjalan menuju lantai satu, atau biasa di sebut ruang bawah tanah.
"Siall! Kemana perginya Naruto." Kyuubi memukul tembok di sampingnya.
"Naruto mungkin menuju ruang bawah tanah. Liat, ada lift di sana. Ayo cepat." Sama seperti Naruto. Kiba, Gaara, dan Kyuubi pun tergesa - gesa menekan tombol angka satu.
Naruto sampai di ruang bawah tanah. Naruto melihat Kakashi tengah terduduk di antara reruntuhan bangunan dengan memegangi dadanya. Keningnya mengeluarkan darah. Sepertinya efek terbentur sesuatu yang keras. Keadaan Haku, Izumo, perempuan berambut pirang pun hampir sama seperti Kakashi.
"Dimana pamanku ?" Naruto berjongkok di depan Kakahi. Raut muka Naruto bagaikan mayat hidup, pucat. Sepertinya efek terlalu banyak berlari. Kakashi terbatuk, mulutnya mengeluarkan darah. Telunjuknya menunjuk Iruka yang tengah di cekik oleh seseorang.
Mata Naruto terbelalak ketika melihat Iruka telah di gigit lehernya. Iruka tidak bisa melawan, tubuhnya bergetar hebat. Tubuhnya terasa mati rasa. Sementara si pelaku penggigitan hanya terkekeh bak Luficer yang sudah mengalahkan 1000 pasukan malaikat. Membuat bulu kuduk siapapun meremang. Sungguh menyeramkan.
Emosi Naruto elah mencapai batasnya.
"APA YANG TELAH KAU PERBUAT PADA PAMANKU !"
TBC
Hai hai...
Nama saya Juniel ^^
Yoroshiku onegai shimasu minna-san *bow
Ini ff SasuNaru pertama saya yang di post di ffn.
Ngomong - ngomong para SEME belum nongol di chap ini :D
Sepertinya chapter depan hehehe *^O^*
Gimana? Bagus tidak?
Ah pasti tidak bagus ya hehe, gomen ne. Juniel memang masih newbi dalam membuat fiction (cerita). Selama ini juniel cuman jadi readers & siders setia di ff wkwk :3
Yosh...
Saya tunggu Review, Kritik, dan Saran'a minna ^^
See you on next chap
Jja matta~~~
