Grr~!
2Jin (Sungjin-Jongjin) Story
.
Warning
Jongjin's Side
.
Song - Expectation (Girl's Day)
oOo
Kau terlalu menyebalkan, muncul seenaknya tapi selalu bersikap seolah aku hanya orang biasa bila kita bertemu di tengah keramaian. Di bawah cahaya remang-remang kamar kau mencumbu, mengatakan cinta dan janji-janji manis. Tapi saat keramaian bahkan mengalahkan teriknya cahaya mentari, kau berkata sopan dengan senyum menggoda khas seorang anak yang lebih muda dariku.
Aku selalu berusaha menghilangkanmu dari memori, menghapus nomor teleponmu dari kontak ponselku. Tapi entah mengapa semua itu selalu terngiang di otak.
Aku membencimu, melebihi kebencian pada dunia yang melihat hubungan ini dengan pandangan jijik. Tapi apa yang salah denganku? Hati ini terus mencari keberadaanmu.
"Sungjin-ah~"
Kau menoleh, tersenyum dengan dimple yang muncul di kedua pipimu. Mengulurkan sebelah tangan menyambutku yang berjalan ke arahmu.
"Tak masuk kedalam?" riang aku berlari, menggenggam dan menyilangkan jemari kami.
"Mianhe," ucapmu dengan sorot mata meminta maaf, "Aku hanya mampir sebentar seperti biasa" cepat ia mencuri kecupan singkat di bibirku.
Huh, selalu seperti ini, bertemu di balik bayang-bayang dinding gelap agar tak terlihat. Kenapa dia hanya berani di saat seperti ini? Berbeda saat ia berusaha mencuri hatiku dari mantan Yeojachingu-ku.
"Mampirlah sebentar~ euhm~ Pesan apapun, kuberikan gratis. Kau tak pernah masuk ke cafe baru-ku bukan~" kali ini harus berhasil, ia selalu lemah bila aku menatapnya dengan pandangan mata memohon yang selalu ia katakan manis. Aku lelaki, ya. Bahkan orang bodohpun tahu betapa tampannya diriku, tapi entah mengapa saat bersamanya, kemanjaan yang selama ini hanya kuperlihatkan kepada keluarga muncul menguar begitu saja dihadapannya.
Ia menggeleng dengan bibir dikulum tersenyum lemah. "Aku tak bisa bila dalam keadaan banyak pengunjung. Kau tahu sendiri bukan resikonya."
Selalu alasan seperti itu, memuakkan.
Kulepas kaitan jemari kami, berbalik dengan muka masam.
"Jongjin-ah.."
"Panggil namaku dengan benar, aku lebih tua disini."
"Kalau aku tak mau?"
Kutatap tajam matanya, ia hanya mengangkat bahunya tak perduli.
"Menyebalkan," dengusku berbisik.
"Tapi kau menyukaiku kan"
Sialan, "Tidak!"
"Oh..", kehangatan tubuhnya tiba-tiba melingkupi tubuhku dari belakang, membungkus memberikan kenyamanan saat ia memeluk. "Benarkah? tapi aku menyukaimu, loh".
Aku meliriknya yang meletakkan dagu di bahuku, "Kalau begitu katakan di depan banyak orang", tantangku yang bisa diduga hanya ia tanggapi dalam diam.
"Sudahlah," kulepas paksa pelukannya.
"Maaf sayang," ia merengkuh pinggangku, mengecup pipi dalam kecupan singkat. "Seperti yang sudah kuberitahu semalam, aku tak bisa mengantar jemput selama seminggu ini, ada urusan kampus di daerah pegunungan."
Aku mendehem mengerti, menutup mata ketika ia memberikan ciuman kecil berkali-kali di bibir.
"Jangan lupa selalu menghubungiku,"
Sungjin mengangguk.
"Jangan lupa, oleh-oleh untuk ku"
Ia mengangguk kembali dengan tatapan mata menyipit.
"Dan awas sampai lirik kanan kiri, apalagi dekat-dekat dengan perempuan."
Ia terdiam seribu bahasa.
Huh?
"Lee Sungjin!" gemas ku cubit perut dan memukul kesal lengannya. Ia mengaduh, tapi apa perduliku, ia selalu saja seperti itu, apa salahnya hanya melihatku, puas hanya dengan keberadaanku, cih dia mau membuatku bodoh karena bersikap seperti gadis perawan yang mengikat kekasih mereka apa. Padahal bukan aku yang pertama kali memulai hubungan ini, tapi kenapa seolah-olah aku yang terlihat selalu menunggunya. Sialan.
"Mau bagaimana lagi, ini acara kampus, pasti banyak Honbae dan Sunbae perempuan yang ikut", mencoba membela diri, eoh?.
Jengah, kulipat kedua lengan di dada, "Kalau mereka dekat-dekat langsung menjauh" ketusku, "Atau kalau mereka sampai berani menggodamu, langsung pukul".
Ckck, kenapa sekarang aku jadi bersikap seperti ini
"Mana mungkin aku memukul perempuan, Jongjin-ah"
Aku mencibir, "Huh, kau kira aku bodoh apa, kaukira aku tak tahu, hm?", Yeah, ini salah satu rahasia Sungjin yang berhasil kudapatkan setelah memaksanya meminum dua botol wine sendiri hingga mabuk, membuat ia menceritakan semua rahasianya dan apa saja yang ia sembunyikan dariku -khususnya bila dekat-dekat dengan makhluk bernama perempuan. Walau sebagai gantinya aku harus pasrah tubuh ini dikerjai semalaman olehnya -dan harus diakui aku menikmatinya juga, tentu saja ia tak boleh tahu, menyebalkan sekali melihat senyumannya bila tahu aku selalu menyukai setiap sentuhannya.
Ia menghela napas pendek, "Ne, aku mengerti" ujarnya lemah.
Aku menang lagi, Jangan panggil namaku Jongjin bila tak bisa membuatnya menuruti kata-kataku -kecuali masalah ranjang yang selalu didominasi olehnya.
Segera ku kecup pipinya, hihi dimple-nya selalu membuatku semakin suka.
"Kalau begitu aku pergi", segera ia memasang kembali topi yang sebelumnya ia lepas, menurunkan hingga wajah tampannya tak begitu terlihat.
"Jangan lupa kata-kataku," ingatku, ia mengangguk, melambaikan tangan dan berjalan keluar dari lorong-lorong sempit yang menghimpit dua gedung, satu blok jauhnya dari Mouse Rabbit -caffeku, berdiri.
Yah, semoga ia tak berani macam-macam. Jauh lebih menenangkan bila tahu lawanku Namja juga, well, tak ada yang bisa mengalahkan wajahku, dan bagian tubuh yang selalu ia suka. Tapi bila itu Yeoja.. menyebalkan bila melihatnya melirik perempuan yang bisa dikatakan 'tipe'nya. Apa dia berniat mempermainkanku dengan cara memuji perempuan-perempuan itu? ku pasung di dalam kamar baru tahu rasa -_-
