Disclaimer: I don't own any of them. TIdak ada keuntungan material yang diambil dari ini.

Enjoy!


.

.

.

Donghyuck, menurut Jeno, adalah perwujudan manusia dari matahari. Memang klise, tapi Jeno menyandang predikat pria romantis nan melankolisnya dengan bangga. Lagipula, tidak ada setitik pun kebohongan di kalimat tersebut.

"Jenooo!"

Suara Donghyuck memecah keributan. Dia sedang mengikuti lomba sprint aka salah satu keahlian kunci Donghyuck Lee, jadi Jeno tidak heran jika jarak antara Donghyuck dan lawannya begitu besar sampai-sampai dia sempat tebar pesona sambil menyapa teman-temannya di samping lapangan. Jeno tersenyum bangga, ada rasa hangat yang menyebar di dadanya, dan balas melambai ke Donghyuck.

Donghyuck balas melambai. Baru saja Jeno mau memanggilnya, tapi Jaemin sudah melambaikan handuk merah hello kitty (baca: supporting kit untuk Donghyuck) dan berteriak, "DONGHYUCK, LAWANMU TADI MENYALIP!"

Donghyuck terkesiap. Di depannya ada Sangwoo, anak kelas 2B, yang menyeringai geli. Dengan langkah besar, Donghyuck berlari lebih cepat. Satu, dua, tiga, Donghyuck kembali merebut posisi terdepan, dan tiga, empat, lima, garis finish robek.

Donghyuck, dengan langkah meluncur yang hampir seperti terbang, meraih garis finish. Rambut coklatnya menempel dengan berantakan di kening, sekujur tubuhnya dipenuhi peluh sebesar biji jagung, tapi wajahnya dihiasi senyuman girang. Satu lapangan bersorak ramai.

Donghyuck bermandikan sinar matahari, tapi bahkan terik matahari siang tidak lebih cerah dari senyuman lebar di wajahnya.

Jeno berpikir dia terlihat seperti lukisan dewa-dewi Yunani kuno.

"Jeno! Jaemin! Aku menaaaang!"

Pada hari Sabtu, jam satu siang, di tengah-tengah lapangan lari sekolahnya, Jeno menemukan matahari.

.

.

.


we young era banyak bgt jenhyuck ya ampun.. cintah sangat.

a (very) short story as a break from the hectic studying. sekali lagi sangat self-indulgent, im sorryyyy.

.

thank you for reading!