EYYYYY AKHIRNYA KESAMPAIAN BIKIN FIC KARMANAMI /o/
Ini fic AssClass saya yang pertama jadi maaf kalo ada OOC :'))
Fic ini terinspirasi dari "Rumors" nya Chocolate and Caramel dari fandom sebelah
Assasination Classroom (c) Matsui Yuusei
"Hey, sudah dengar belum?"
Hari itu seorang Karma Akabane hanya duduk di tempatnya sambil memasang wajah bosan seperti biasa. Suasana kelas pun tetap seperti biasa dengan banyaknya murid yang terus mencoba membunuh gurita kuning ajaib –yang merangkap sebagai wali kelas mereka— dengan berbagai cara.
Bosan, begitulah pikir Karma sampai ada suara yang menarik perhatiannya— tidak, perhatian seluruh kelas.
"Korosensei, maukah kau meminum racun-racun yang kubuat ini?"
Sungguh tulus niat si gadis berkepang dua ini sampai harus bertanya dulu sebelum mencoba membunuhnya dengan racun. Karma berusaha setengah mati untuk menahan tawanya. Tapi sudah dapat diduga, racun-racun itu tidak bereaksi untuk makhluk ajaib seperti Koro-sensei. Larutan kimia itu hanya merubah wujudnya, perubahan wujud konyol itu makin membuat Karma makin tidak bisa menahan tawa nya.
Dia memperhatikan gadis itu, Okuda Manami, dengan tatapan kagum. Oh ayolah,seorang murid kelas 3 SMP membuat berbagai racun dan larutan-larutan kimia itu keren, oke? Bisa dibayangkan kejahilan apa saja yang akan dia lakukan, meminta Okuda-san untuk membuatkannya chloroform mungkin?
Dia tertawa kecil sambil terus memperhatikan gadis itu dinasihati Koro-sensei.
Besoknya Okuda membawa tabung reaksi berisi racun baru yang dia buat dengan bantuan Koro-sensei. Tetap dengan keterusterangan yang sama dia meminta gurita itu untuk meminumnya. Bisa diduga (LAGI) cairan itu tidak mempan untuk membunuhnya, dan malah membuat keadaan Koro-sensei lebih menguntungkan karena dia bisa nyelip dimana-mana dengan tubuhnya yang sekarang berbentuk cair itu.
Sadar telah ditipu, Okuda menampakkan ekspresi kecewa tapi Koro-sensei menghibur dan menyemangatinya hingga gadis itu tersenyum lagi dan dengan semangat –dan kepolosan yang sama— berkata akan terus berusaha membuat racun-racun lain yang bisa membunuhnya.
Karma tersenyum kecil memandangi Okuda.
Saat pulang sekolah Karma langsung mengajaknya bicara.
"Hey, Okuda-san! Apa kau mau membantuku dengan membuatkanku beberapa chloroform atau semacamnya? Aku akan menemanimu membuatnya sebagai balasannya."
Meminta bantuan dengan diselubungi niat untuk mendekatkan diri tidak salah kan?
"Karma-kun meminta bantuan Okuda-san untuk membuatkannya chloroform!"
"HUWAPAAAAA— !? INI KONDISI BAHAYA!"
.
.
.
.
"Hey, sudah dengar belum?"
Sejak itu hampir setiap hari Karma dan Okuda menghabiskan waktu berdua sepulang sekolah untuk membuat berbagai macam larutan kimia.
Karma memang meminta bantuan Okuda tapi Okuda melakukannya dengan senang hati karna Science dan Chemistry adalah keahlian dan kegemarannya, selain itu dia juga senang karena ada orang lain yang tertarik dengan kegemarannya ini.
Saat Okuda mengerjakannya, Karma akan mengajaknya mengobrol. Entah topik apa yang mau mereka bicarakan, random pun jadi karena Karma menganggap Okuda sebagai orang yang paling mudah di ajak ngobrol dan begitu juga dengan Okuda. Ternyata Karma tidak seperti apa yang dia dengar dari orang-orang.
"Hey, Okuda-san apa kau pikir kita lebih jarang mengobrol kalau di kelas?" Tanya Karma sambil memainkan pisau anti-sensei dengan lincah di tangannya.
Okuda berhenti sejenak dari kegiatannya menimbang-nimbang bahan kimia, "Ehh?" Dia berhenti untuk berpikir, "Nggg nggak tau sih, tapi iya juga kita lebih akrab mengobrol kalau berdua disini ya?" Jawab Okuda lengkap dengan senyum polosnya lalu kembali ke bahan-bahan kimia.
"Hmmm.."
Okuda masih penasaran dengan pertanyaan Karma tapi dia putuskan untuk tidak menghiraukannya.
Besoknya Karma masuk kelas terlambat seperti biasa, menggoda balik Koro-sensei yang memarahinya karna terlambat seperti biasa, dan berjalan santai ke tempat duduknya seperti biasa.
Namun ada yang tidak biasa hari ini. Bukannya duduk di tempatnya yang biasa di belakang Chiba, Karma malah duduk di belakang Okuda. Dengan santainya dia menyapa Okuda dan menguap ria.
Kelas hening sejenak.
Sampai semua murid kelas 3 E –Plus Koro-sensei Minus Karma— memasang ekspresi 'WHAT IN THE FAKING HELL OH FAIRY GOD MOTHER HOLD ME NOW WHAT AM I SEEING.'
Oke lebay memang, jadi abaikan saja bagian nama ekspresi itu.
"Ng, Karma-kun kenapa kamu pindah tempat duduk?" Tanya Koro-sensei sambil memainkan tentakel nya dengan gugup.
Melihat ekspresi heran dan terkejut teman-temannya, Karma hanya menyeringai. "Tidak ada apa-apa kok, kalian ini berlebihan sekali ahahaha. Aku hanya ingin mengobrol lebih dekat dengan Okuda-san. Tidak masalah kan, Okuda-san?"
Sontak gadis berkacamata itu terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya. Senyuman jahil Karma makin membuat wajah gadis berkacamata itu bertambah merah, rasanya dia ingin langsung memakai helm berlapis lapis untuk menutupi nya.
Murid-murid yang lain juga berusaha mengabaikannya dan kembali fokus ke pelajaran Koro-sensei (Yang dicurigai sering mencuri kesempatan untuk menulis di buku bertuliskan "CLASS 3 E's PAIRINGS")
Sementara si surai merah hanya tertawa kecil diam-diam di belakang. Siapa sangka keputusannya untuk pindah tempat duduk bisa jadi semenarik ini.
"Katanya Karma-kun sengaja pindah tempat duduk supaya lebih dekat dengan Okuda-san!"
"ANJAAY."
.
.
.
.
.
"Nagisa-kun, apa kau sudah dengar?"
Okuda tidak mau bergerak dari tempatnya. Bukan tidak mau sih, lebih tepatnya tidak bisa. Kejadian berantai tadi pagi benar-benar tidak menguntungkan baginya.
Pertama Korosensei menggebrak pintu masuk terlalu keras dan mengagetkan seisi kelas, Sugino yang tadinya sedang asik mengobrol dengan Nagisa terlompat kaget dan menyenggol Sugaya yang sedang berjalan ke tempat duduknya. Sugaya terdorong dan menubruk Okuda, kacamatanya jatuh ke lantai. Terakhir, Chiba tidak sengaja menginjak kacamata Okuda. Okuda menatap horror kacamatanya yang rusak.
Chiba meminta maaf dan berjanji untuk ganti rugi kacamatanya tapi Okuda menolak tawarannya. Dia merasa tidak enak, dan lagipula dia masih punya kacamata cadangan di rumah.
Jadi paling tidak dia harus bertahan tanpa kacamata sehari disini.
Okuda menghela napas di jam pelajaran terakhir. Akhirnya penderitaannya akan berakhir juga. Mengikuti pelajaran tanpa kacamatanya lebih sulit dari yang Ia duga. Dia sama sekali tidak bisa melihat apa yang ada di papan tulis.
Sementara itu diam-diam Karma memperhatikan gadis yang sekarang tanpa kacamata itu. Dia memang menganggap Okuda manis dari awal, tapi tanpa kacamata dia tampak lebih manis ditambah lagi ekspresi gugupnya.
Sayangnya bukan hanya Karma yang berpikiran seperti ini.
Matanya mengawasi beberapa murid cowok yang sesekali melirik ke arah gadis di depannya. Dia mulai merasa jengkel.
Saat pelajaran berakhir Karma langsung membantu Okuda merapikan buku-bukunya.
"Karma-kun kau tidak perlu repot-rep-"
"Okuda-san mau pulang bersamaku?"
"Eh?"
"Ya kau kelihatannya sangat kesulitan tanpa kacamatamu itu, bagaimana bisa kau turun gunung sendirian kan? Aku akan menemanimu."
Okuda terdiam kaget laludengan cepat memasukan buku-buku ke dalam tasnya, "Tidak perlu kok Karma-kun. Aku baik-baik saja dan lagi aku tidak mau merepotkanmu."
Karma menaikkan sebelah alis saat Okuda meraih tas nya dan berjalan mendahuluinya, "Kalau begitu aku duluan y-"
"Tunggu, Okuda-san awas disitu ada temb-"
"ADUH—"
Terlambat, kepala Okuda sudah membentur dinding di depannya dengan keras. Sambil menahan tawa Karma berjalan ke arah gadis yang sedang mengelus-elus kepalanya itu.
"Bodoh," Ledeknya seraya mengelus kepala Okuda lembut sedangkan wajah si gadis berkepang itu memerah,tawanya lepas. Okuda pikir dirinya memalukan sekali. Karma pikir Okuda sekarang sangat menggemaskan.
Tanpa keraguan sedikitpun Karma langsung meraih tangan Okuda dan menariknya keluar kelas. "E-e-ehhh, Karma-ku-"
"Shh," Potong Karma. "Aku akan mengantarmu pulang, oke? Tidak ada protes lagi."
"T-t-tapi-"
"Tidak ada tapi-tapi an juga."
Mendengar jawaban ngotot Karma, Okuda pun pasrah. Dia berjalan bersama Karma menuruni gunung. Okuda sadar bahwa sepanjang perjalanan Karma tidak juga melepaskan pegangannya dari tangan Okuda, wajah gadis itu kembali memerah saat dia menatap gugup ke arah tangannya.
Karma mengikuti arah pandangan Okuda, tapi bukannya melepaskan dia malah makin menggenggamnya erat sambil menyeringai.
"Supaya kau tidak mengalami kecelakaan seperti tadi lagi, Okuda-san."
Dan sedikit upaya modus sih, pikir si surai merah yang terus tersenyum sepanjang jalan.
"Katanya Karma-kun mengantar Okuda-san pulang sambil berpegangan tangan loh !"
"APA? APA? BERI TAU SENSEI LEBIH LANJUT LAGI KAYANO-SAN!"
"KOROSENSEI TOLONG JANGAN SUKA MENGUPING !"
.
.
.
.
.
"Hey, sudah dengar belum?"
Saat itu jam istirahat makan siang, Kayano, Nakamura, Fuwa dan Okuda sedang berbincang-bincang di kelas.
"Eh, eh, kalian tau bahasa bunga gak?"
Gadis berambut hijau yang dikuncir dua seperti kuping kucing itu memuai dengan antusias, sedangkan yang lain mendengarkan dengan antusias.
"Aku hanya tau sedikit sih tapi matahari artinya keceriaan, mawar merah kasih sayang, melati artinya pertemanan abadi—"
"Wah lambang ultimate friendzone tuh." Potong Nakamura yang dibuahi dengan tatapan tajam dari teman-temannya, "Oh iya maaf-maaf lanjutkan."
Kayano mendengus, "Lalu mawar ungu artinya kesetiaan, mawar hitam artinya perpisahan, aster cina melambangkan kecemburuan dan masih banyak lagi !"
"hee... Menarik juga ya bahasa bunga itu."
"Beritau aku, apa kalian pernah dikasih bunga dari cowok?"
Kelima anak perempuan itu saling bertatap-tatapan.
"Belum ada yang pernah y—"
"Oh iya, kemarin Karma-kun memberikanku bunga saat pulang sekolah." Okuda memotong ucapan Kayano, "Kupikir itu cuma ucapan terima kasih tapi dia menyuruhku untuk mencari arti dan perhatikan banyak tangkainya. Untung kamu ngingetin."
Ketiga anak perempuan lain melotot mendengarnya dan dengan rasa penasaran yang sudah MAX mereka langsung menanyakan bunga apa yang diberikan Karma.
"Ah iya aku tidak tau nama bunga ini selain yang tulip apa jadi aku memotretnya," gadis berkacamata itu mengeluarkan smartphone nya dan memperlihatkan sebuah foto.
6 tangkai bunga. 5 tulip dan 1 lily macan.
Kayano melotot makin lebar.
"EEEEEHHHHHHHHHHHHHH!?"
Pekikan gadis itu langsung mengagetkan yang lain, "HAH EMANG ARTINYA APA!?"
"SEBENTAR NAKAMURA AKU CUMA INGET SAMAR-SAMAR," Kayano pun mencari sesuatu melalui smartphone nya lalu memberitau hasilnya ke Okuda dan yang lain.
6 tangkai bunga artinya "Jadikan aku milikmu."
Wajah Okuda mulai memanas.
Tulip merah yang berarti pernyataan cinta.
Wajah Okuda makin memerah.
"APA!? ASTAGA ROMANTIS BANG— OKUDA KAMU KENAPA !?"
Jiwa Okuda sudah terpisah dari badannya.
"AYO CEPETAN BAWA DIA KE UKS !"
Sekelompok anak perempuan itu pun membopong Okuda keluar kelas menuju UKS. Mereka tidak tau bahwa selama mereka mengobrol seorang anak cowok bersurai merah mendengarkan percakapan mereka diam-diam.
Dia menyeringai puas.
Ah mereka juga belum tau arti 1 lily macan yang dia taruh diantara bunga-bunga tulip itu.
Artinya dia pede kalau gadis yang disukainya pasti akan menerima pernyataan cintanya.
Dasar Karma.
"Katanya Karma-kun ngasih bunga sebagai pernyataan cinta ke Okuda-san !"
"HAH KARMA LEBIH ROMANTIS DARI GUE !?"
"Maehara kamu sih cuma banyak gombal ke cewek."
.
.
.
.
.
.
TBC.
BERSAMBUNG AHAHAHAHAHA /DIGAMPAR
Kalo responnya bagus bakal dilanjut gimana jawaban Okuda /o/
reviews are loved
salam kapal armada.
