Kim Jongsoo a.k.a KJ-27 is back!
Hai! Now I'm here with my new story that took too much days to make it perfect for me.
This whole story was inspired by Sniper Game on my phone.
As always, I will put some song lyrics inside my story.
Take your time to read this one! Hope you like my new story with Kaisoo (as always) inside the story.
Welcome to my fanfict world and enjoy! Don't forget to leave your review after read this!
- KJ-
Pesta dansa harusnya jadi momentum paling menyenangkan bagi mereka yang merasa dirinya masih muda dan juga jadi ajang paling sempurna untuk menarik perhatian lawan jenis. Para gadis berlomba-lomba berdandan paling cantik agar bisa menaklukkan pandangan pertama dari beberapa pemuda tampan yang belum menikah yang jadi tamu di pesta dansa yang diadakan oleh Zhang Inc.
Tapi kadang pesta dansa bisa jadi momen paling menyebalkan dimana kau hanya akan berkumpul bersama lelaki-lelaki tua pemilik saham dan berbincang tentang saham yang sangat kau pahami dengan baik sedangkan mereka di matamu seperti pemula paling bodoh.
"Apa kalian sudah mengenal kakakku? Dia adalah partner kerjaku yang membuat perusahaan ayah tetap berjalan dengan baik dan bisa sesukses ini." Tanya seorang pemuda dengan garis mata yang selalu hilang ketika ia tersenyum. "Hyung! Kemarilah,"
Seruan dari pemuda tadi ditujukan untuk seorang pemuda lain dengan sorot mata tajam menakjubkan, garis rahang yang tegas dan senyum yang sangat ramah.
"Selamat malam, semuanya. Saya Kim Jongin,"
"Hyung, ini adalah beberapa klien ayah. Mereka memberi selamat atas tercapainya keuntungan maksimal kita tahun ini." Jelas sang pemuda dengan eye smilenya.
"Sangat terhormat bisa bertemu dengan salah satu pengusaha muda terhebat seantero Asia sepertimu, Jongin. Aku merasa seperti menjadi pemula ketika melihat kemampuanmu menaikkan keuntungan Kimo Corp menjadi se-melejit itu." Komentar Presiden Direktur Chang Ent., Chang Min.
Kim Jongin, pemuda yang memiliki warna kulit lebih gelap dibanding orang Korea kebanyakan itu memang jadi faktor utama melejitnya keuntungan perusahaan yang hampir bangkrut sejak pemilik pertamanya, Oh Donghae meninggal tujuh tahun yang lalu. Pemuda pemilik senyum ramah itu sangat paham bagaimana menjalankan perusahaan, karena sejak kecil ia sudah dijejali berbagai macam hal tentang bisnis perusahaan dari ayahnya.
"Aku tidak sehebat itu, Tuan Chang. Ini hanya sedikit keberuntungan anak muda." Jawab Jongin kalem.
"Ya, keberuntungan anak muda yang tampan dan sempurna dalam segala hal." Sahut lelaki tua yang lain, Do Yesung. "Apa kau sudah memiliki kekasih, Nak?"
Jongin tersenyum kecil menanggapi pertanyaan retoris dari kliennya. "Sampai saat ini belum ada gadis yang menarik perhatianku, Tuan. Mungkin jodohku sedang disembunyikan Tuhan."
Yesung tertawa kecil lalu kembali menjawab. "Jika putriku belum memiliki tunangan, maka aku tidak akan ragu untuk langsung menikahkannya denganmu, Nak." Sahut Yesung. "Ah, kebetulan, itu putri kesayanganku,"
Jongin menyesap minumannya sambil mengangguk lalu melirik Sehun yang terlihat akan membisikinya sesuatu.
"Hyung, dia..."
"Nah, Jongin, ini putri sulungku, namanya Do Kyungsoo."
Jongin memalingkan mukanya dari Sehun dan mendapati sosok bidadari kecil berwujud manusia di depannya. Gadis itu terlihat begitu menggemaskan dengan dress selutut warna peach dan dengan rambut sebahu yang tergerai alami. Make upnya tidak berlebihan dan terkesan simple, senyumnya begitu menenangkan dan suaranya—
"Do Kyungsoo,"
—baru saja membuat Jongin jatuh cinta.
"Kim Jongin." Balasnya cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo yang sedang tersenyum malu. "Kau cantik sekali malam ini, Nona Do. Tidak salah ayahmu menjadikanmu putri kesayangannya."
Rona merah muncul di kedua pipi gembul Kyungsoo, membuat Jongin sempat menahan nafasnya beberapa detik karena dia hampir saja kelepasan mencium pipi menggemaskan itu jika ia tidak ingat bahwa Kyungsoo baru saja ia kenal dan mereka sedang dalam pesta dansa formal.
"Terima kasih," balas Kyungsoo singkat.
Jongin tak habis pikir kenapa gadis secantik Kyungsoo sudah punya tunangan? Jika belum, dia pasti mati-matian mengusahakan Kyungsoo untuk jadi miliknya. Bahkan tanpa ia usahakan pun, Yesung akan memberikan putrinya langsung padanya, kan?
"Ah, maaf aku harus kembali." Sahut Kyungsoo tiba-tiba membuyarkan lamunan Jongin yang melang-lang buana sampai surga.
"Pasti Kris menunggumu, ya?" tanya Yesung yang diangguki oleh Kyungsoo dan dilanjutkan dengan ucapan permisinya yang sangat sopan.
Jongin merasa sangat ingin tahu bagaimana Kyungsoo sebenarnya, siapa dia, teman-temannya bahkan mungkin... siapa tunangannya.
"Nampaknya aku dan hyung juga harus pamit, Paman. Rasanya kami harus mengembalikan pikiran kami bersama teman-teman sebaya kami," canda Sehun yang diangguki oleh lima lelaki paruh baya pemilik perusahaan-perusahaan penting di Korea yang sebagian besar sudah menguasai Asia itu.
"Terima kasih menjauhkanku dari sekumpulan lelaki tua yang membosankan, Hun."
Sehun tertawa lepas dan menepuk punggung Jongin. "Aku juga sudah bosan berdiri satu jam membicarakan bagaimana kerjasama mereka dengan kita dan bagaimana kau dan aku bisa mengutak-atik perusahaan ayah dan menyelamatkannya dari bangkrut." Papar Sehun. "Aku membutuhkan Luhan,"
Jongin tertawa. "Kapan kau tidak membutuhkan Luhan?"
"Saat belum mengenalku?"
Satu suara merdu menyapa telinga Jongin dan membuatnya menoleh cepat ke arah sumber suara. "Hei, aku tak tahu kau datang. Sehun memaksamu datang, ya?"
"Siapa lagi yang akan memaksaku datang ke pesta orang tua yang tidak aku mengerti ini, oppa." Keluh Luhan. "Adikmu itu memang terlampau menyebalkan,"
"Tapi kau mencintaiku dengan sangat,"
"Ya, sialnya aku mencintainya dengan sangat dan itu membuatku susah menolak permintaannya." Tambah Luhan yang diiringi tawa dari ketiganya.
Sesaat setelahnya, mata elang Jongin terkunci pada satu sosok yang tadi ia temui; tepatnya dipertemukan.
Do Kyungsoo.
Gadis mungil menggemaskan yang saat ini sedang duduk manis mengumbar tawa menyenangkannya disamping sosok bertubuh tegap dan tinggi yang Jongin duga adalah Kris, tunangan Kyungsoo.
Jongin awalnya tidak ingin peduli bagaimana tunangan Kyungsoo, namun ketika sosok pemuda bertubuh tinggi itu membalikkan badannya dan menampakkan wajahnya, Jongin menahan nafasnya sambil menatap Kris dengan tatapan geram.
"Wu Yifan."
.
.
.
Siang ini langit Seoul terlihat mendung dan cuaca ini sangat mendukung untuk tetap ada di dalam kamar dan berguling-guling di atas kasur lalu kemudian tertidur dan bangun setelah jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Tapi tidak bagi Jongin dan Sehun. Awan mendung yang sebentar lagi akan menurunkan titik-titik hujannya itu, tak membuat mereka bergeming dari tempat ini. Tanah lapang di belakang kediaman mereka yang mereka ubah menjadi tempat latihan.
Latihan menembak.
"Jangan gemetar saat memegangnya, santai saja."
Sehun menghela nafasnya kasar. "Ini tak akan berhasil, hyung. Melihatnya saja aku sudah ngeri,"
Jongin tertawa kecil. "Aku tahu, itu juga yang dulu aku katakan pada appa. Tapi ia memaksaku untuk bersahabat dengan senapan, pistol, pisau dan grenade."
"Dan aku senang ayah mengenalkan barang-barang menakutkan ini padamu. Aku ingin tahu, apa saat peluru itu menembus dadanya, dia masih bisa bicara banyak."
"Aku tidak mengincar dadanya, Hun. Itu terlalu biasa dan bisa membuatnya merasa sakit."
Sehun tersenyum kecil. "Lalu dimana targetmu?"
Jongin mengusak surai Sehun lembut. "Aku akan membuatnya mati tanpa merasakan sakit. Seperti apa yang ia lakukan pada ayah kita."
Jongin mengambil senapan kesayangannya, lalu berbaring dan mengarahkan moncong senapannya pada satu titik target yang berada sekitar 1000 meter darinya.
"Aku tidak akan membiarkan pembunuh ayahku hidup dengan tenang."
Dan satu detik kemudian, titik target itu tertembus peluru tepat di sasaran.
Kepala.
.
.
.
"Kyungsoo!"
Teriakan ala gadis remaja menguar di salah satu lorong kampus fakultas bahasa, University of Seoul. "Aku tak tahu kau sudah masuk lagi! Kenapa tak memberitahuku kau sudah kembali?"
Kyungsoo tersenyum manis lalu menjawab pertanyaan gadis cantik di sampingnya itu dengan tenang. "Aku baru sampai di Seoul dua hari lalu, Baekki. Rencananya, aku ingin memberimu kejutan!"
"Kau memang mengejutkanku, Kyungie." Sahut gadis itu. "Lalu apa Kris menjemputmu?"
"Tentu saja, Baekhyun. Memangnya siapa lagi yang akan menjemputku di bandara jika bukan Kris? Appa mana mau meluangkan waktunya hanya untuk menjemputku?" gerutu Kyungsoo. "Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dengan Si Tukang Tertawa itu?"
Baekhyun; nama gadis cantik itu, tersenyum malu-malu lalu menunduk pelan. "Kita sudah jadian, Kyungie."
Kyungsoo memasang wajah terkejutnya walau sebenarnya ia sudah menduga bahwa sahabatnya itu pasti akan pacaran dengan Si Tukang Tertawa, Park Chanyeol.
"Dan kau tidak memberitahuku?"
Baekhyun menampilkan cengirannya. "Aku ingin memberimu kejutan,"
Dua sahabat itu tertawa bersamaan, melepas rindu setelah hampir satu tahun tidak bertemu karena Kyungsoo mengikuti student exchange ke London. Dan sebagai anak baru fakultas bahasa, Kyungsoo cukup heran dengan beberapa perubahan di kampusnya.
"Aku tidak ingat ada gazebo kecil disitu," celotehnya.
Baekhyun tersenyum kecil. "Itu buatan salah satu mahasiswa teknik sipil, orang tuanya adalah Dekan baru kita, jadi dia merancang gazebo itu karena melihat kampus kita ini kurang fasilitas di taman."
Kyungsoo mengangguk paham. "Aku jadi penasaran siapa Dekan baru kita."
"Baekhyun-ssi,"
Baekhyun dan Kyungsoo menoleh cepat ketika suara bass menyapa mereka. Dan Kyungsoo menemukan dirinya sedang dalam keadaan mengingat kembali kapan ia pernah melihat sosok di depannya ini.
"Dekan memintamu menghadap tentang masalah beasiswa," sahut pemuda itu ramah. Suara lembutnya benar-benar mengingatkannya pada seseorang.
"Annyeong, Kyungsoo-ssi. Kau tentu belum melupakanku, kan?" tanyanya seolah tahu isi pikiran Kyungsoo. "Aku Oh Sehun, adik Jongin hyung."
Dan wajah Kyungsoo sedikit terkejut. Kim Jongin? Pemuda yang tadi malam ia dapati sering menatapnya diam-diam? Pemuda yang pesonanya hampir saja membuat jantungnya berhenti berdetak saat mata mereka saling memandang? Pemuda yang—
"Ah, pantas aku merasa familiar. Kau kuliah disini?" tanya Kyungsoo berusaha mengalihkan fantasinya.
"Nampaknya aku harus memanggilmu noona jika aku tidak mau dianggap kurang sopan." Balasnya. "Aku Oh Sehun, mahasiswa sastra Jepang semester tiga."
Baekhyun mengangguk dan ikut menikmati percakapan Sehun dan Kyungsoo. "Kau ke kelas saja dulu, Kyung. Aku akan menemui Dekan,"
Kyungsoo mengangguk dan mempersilahkan Baekhyun meninggalkannya.
"Apa kau mencari hyungku?" tebak Sehun. "Dia tidak kuliah disini, dia mahasiswa fakultas teknik, satu angkatan denganmu. Semester lima, benar?"
Kyungsoo terkesiap. Rasanya ia belum pernah bicara panjang lebar dengan Sehun, kenapa anak ini bisa tahu siapa dia?
"Jangan takut, aku tahu semua itu dari kekasihku, Xi Luhan. Merasa familiar?" tanya Sehun lagi.
Kali ini Kyungsoo membuka mulutnya dan menggumamkan 'ah', seolah paham maksud Sehun. "Dia anak kepala pelayanku. Tentu saja aku mengenalnya dengan baik." Jawab Kyungsoo cepat. "Tak kusangka Lulu sudah memiliki kekasih. Dia tak pernah memberitahuku!" tambahnya.
Sehun terkekeh pelan. Ia memang meminta Luhan merahasiakan hubungan mereka dari siapapun. Bahkan ayah Luhan pun tidak tahu. Sehun berencana memberitahukan hubungan mereka ke khalayak ketika sudah tiba waktunya mereka menikah.
"Hubungan kami memang rahasia, noona. Tidak seperti hubunganmu dan tunanganmu," sahut Sehun sambil membenarkan letak tasnya. "Kau ada kelas sampai jam berapa, noona?"
Kyungsoo sedikit terkejut akan jawaban Sehun. Awalnya ia ingin bertanya darimana ia tahu tentang pertunangannya, tapi kemudian ia ingat bahwa tadi malam, ia sendiri yang bilang bahwa ia tidak sendirian ke pesta itu.
"Sampai jam satu siang. Ada apa?" tanya Kyungsoo langsung.
Sehun menampilkan senyum kecilnya di sudut bibirnya. "Tidak apa. Apa kau keberatan jika aku mengundangmu makan siang di kantin bersama Luhan dan... hyungku?"
Dan tubuh Kyungsoo tiba-tiba menegang kaget.
Jongin? Ia akan makan siang satu meja dengan pemuda yang tadi malam hampir saja meruntuhkan egonya untuk menahan diri agar tidak menghambur ke pelukan Jongin hanya karena bau parfumnya benar-benar membuat otaknya gila? Membuat Kyungsoo bertingkah seperti anak gadis yang baru saja bertemu cinta pertamanya yang tentu saja itu bukan Jongin?
Semu merah muncul tanpa permisi di kedua pipi Kyungsoo. Sehun melihatnya dengan senyum tipis di wajahnya. "Tentu, aku tidak akan keberatan. Tapi, aku ajak Baekhyun, ya?"
Sehun mengangguk dan mengucap salam perpisahan karena ia harus ke kelasnya di lantai dua sedang Kyungsoo akan ke Laboratorium Bahasa dimana ia akan ada kelas Listening pagi ini.
Sepeninggal Kyungsoo, Sehun tak berhenti mengulum senyum kecilnya dan menggumam.
"Aku mendapatkannya untukmu, hyung. Kita lihat apa dia masih bisa mencintai bajingan itu ketika ia ada di sampingmu,"
I am a good boy I am a good good I am a good boy
Eodil gana jureul seo yeojadeureun nal bomyeon nune bureul kyeo
Najeneun lil hamster but, bame sarangeul nanul ttaen gangster
Dajeong dagamhan nunbit (jayeonseureoun skin ship) neon umjjil heumchit halgeol
Nega mwol wonhaneunji mal an haedo dwae gudi nunchiro da ara
Eh eh eh bogiwaneun dareuge
I don't play play play neol gajgo jangnan an hae
Saramdeureun malhae na gateun namjareul josimharago
Neomu mitji mara bonamana ppeonhadago
What you know about me nega nal anyago
Kyungsoo melangkahkan kakinya dengan was-was ketika Baekhyun mengajaknya masuk ke sebuah Night Club tempat Chanyeol—kekasih (baru) Baekhyun bekerja sebagai bartender. Ia merutuki keputusannya sendiri untuk bersikukuh menemani Baekhyun menemui Chanyeol yang masih bekerja dengan alasan menjaga Baekhyun dari hal-hal yang tidak diharapkan Kyungsoo terjadi. Tapi nyatanya sekarang, dia sendiri justru merasakan cemas yang luar biasa melihat tatapan-tatapan lapar dari para pengunjung yang mereka lewati.
Kyungsoo tidak bodoh untuk datang ke Night Club menggunakan baju yang terbuka di beberapa bagian sehingga menjadikannya seolah santapan lezat bagi para pengunjung. Tapi Kyungsoo juga tidak kuno masalah fashion, jadi pilihannya saat ini menurutnya sudah tepat walau ia mengaku sangat bodoh memilih memakai rok alih-alih celana.
"Itu Channie!"
Baekhyun berseru gembira setelah mata cantiknya akhirnya menemukan keberadaan kekasihnya. Dan Kyungsoo hanya mengekori Baekhyun dengan mempererat pegangannya pada jemari Baekhyun.
"Channie!" panggil Baekhyun.
Dan pemuda tinggi dengan nametag 'Chanyeol' itu pun menoleh. "Baekki?!" serunya kaget. "Kau sedang apa disini?" tanyanya.
"Mengunjungi Channie. Tidak boleh ya?" tanya Baekhyun dengan nada sedih yang dibuat-buat. Oh sungguh Kyungsoo ingin menggetok kepala sahabatnya itu dengan heelsnya agar anak itu bisa kembali waras.
"Tidak, Baekki. Aku hanya tidak ingin kau jadi incaran pengunjung disini." Jawab Chanyeol cepat. "Kau itu milikku, Baekki. Hanya aku," tegas Chanyeol dengan suara bassnya yang meyakinkan dan membuat semu merah tumbuh sempurna di kedua pipi Baekhyun.
"B-baekki cuma mau ketemu Channie. Habisnya tadi Baekki telpon, Channie tidak angkat." Gerutunya.
Chanyeol tersenyum kecil dan mengusak sayang surai sebahu milik kekasihnya itu. "Ponselku ada di tas. Aku tidak pernah membawa ponsel saat bekerja, Sayang."
Kyungsoo yang sudah gemas dengan kelakuan sepasang kekasih ini akhirnya bersuara. "Chan, bisa aku minta soda? Tanpa alkohol, ya!" pinta Kyungsoo dengan penegasan diakhir permintaannya. Ia benar-benar tidak tahan dengan minuman berakohol, sedikit saja ia meneguknya maka ia akan mabuk. Dan mabuk saat pertama kali ke Night Club seperti ini? Itu tentu bukan ide yang bagus.
Bartender tampan itu mengangguk paham dan mengambilkan dua kaleng soda untuk dua gadis cantik di depannya ini. "Kalian sebaiknya disini saja, jangan kemana-mana. Ini pertama kalinya kalian ke club kan?" tebak Chanyeol. Ya, tebakan yang sangat tepat sasaran karena memang dua gadis cantik ini belum sekalipun menginjakkan kaki jenjang mereka ke club. Setidaknya sampai hari ini.
Kyungsoo dan Baekhyun mengangguk patuh. Mereka memilih menuruti Chanyeol untuk tetap duduk di dekat tempat Chanyeol bekerja daripada harus berjalan memutari club dengan taruhan nyawa mereka.
Baekhyun mengedarkan pandangannya ke beberapa sudut club seolah ingin tahu apa saja yang sedang dilakukan para pengunjung disini. Dan kedua maniknya berhenti berkedip sejenak ketika ia seolah mengenal sosok yang ia tatap saat ini.
"Sehun?" gumamnya.
Kyungsoo yang saat itu sedang berbalik, berniat mengikuti kegiatan Baekhyun—melihat sekitar club, mengernyitkan dahinya. "Kau bilang apa Baek?"
Baekhyun menunjuk satu arah sekitar 5 meter dari tempat mereka saat ini. Disana ada dua pemuda dengan kemeja putih dan celana hitam yang sedang duduk bersama seorang yeoja cantik yang duduk diantara mereka. Salah satu pemuda itu kini sedang melepas kemejanya dan membiarkan badannya hanya terbungkus kaos hitam yang nampak mencetak jelas lekuk tubuh atletisnya.
"Itu disana. Itu Sehun, kan?"
Kyungsoo mengerjapkan matanya dan mulai menajamkan penglihatannya, berusaha keras mengenali sosok itu. Dan setelah ia yakin siapa sosok itu, bibirnya malah berucap nama yang berbeda dari Baekhyun. "Jongin?"
Pikiran Kyungsoo mulai berantakan. Dalam benaknya, Jongin adalah pemuda baik-baik yang tidak mengenal tempat seperti ini karena dilihat dari pakaiannya yang sangat rapi dan sopan tempo hari saat pesta dansa, Jongin tidak mencerminkan seseorang yang suka ke club. Tapi apa yang ia lihat hari ini, menggoyahkan pandangannya tentang Jongin yang sempurna, baik, ramah dan hal menyenangkan lainnya.
"Itu Oh Sehun dan Kim Jongin." Seru Chanyeol tiba-tiba dari samping Kyungsoo.
"Loh, kau tidak bekerja, Chan?"
Chanyeol mengial ke arah bar. "Sudah ganti shift." Jawabnya cepat. "Kalian penasaran dengan dua orang itu?" tanya Chanyeol.
Baekhyun yang paling cepat dan antusias mengangguk. "Tak kusangka anak sepertinya hobi juga ke club."
Chanyeol tertawa dan mengusak surai Baekhyun. "Mereka adalah pelanggan paling setia disini. Mereka kesini..." Chanyeol menggantung kata-katanya sambil menerawang. "Hampir setiap hari,"
Dan Kyungsoo menoleh cepat bersamaan dengan itu. "Setiap hari?"
Chanyeol mengangguk. "Ya, mereka kesini setiap hari. Jongin, Sehun dan gadis yang berbeda tiap malam. Kali ini mereka membawa salah satu gadis yang sering manggung di cafe sebelah, Krystal." Jelas Chanyeol.
"Gadis berbeda? Memangnya mereka punya hubungan dengan gadis-gadis itu?" tanya Kyungsoo pada Chanyeol seolah penasaran dengan sosok pemuda berkaos hitam itu.
"Entahlah, Kyung. Aku hanya pegawai baru, jadi yang aku tahu hanya sebatas yang aku lihat dan aku dengar dari mulut para pengunjung yang sering bergosip." Jawabnya. "Yang jelas, Jongin dan Sehun adalah pengunjung VIP disini."
Kyungsoo mengangguk paham dan begitu juga Baekhyun.
"Ayo pulang, ini sudah tengah malam dan jam kerjaku sudah selesai." Sseru Chanyeol. "Aku bawa mobil, jadi kalian tidak perlu bingung."
Baekhyun dengan cepat mencubit sebelah pipi Chanyeol dengan sayang lalu menggandeng Kyungsoo, mengikuti langkah Chanyeol menuju pintu keluar meninggalkan beberapa pengunjung yang kembali menatap mereka. Tak terkecuali seorang pemuda dengan mata elangnya yang baru saja merasa seolah dapat serangan jantung.
"Kyungsoo?"
.
.
.
Tak ada lagi figur baik dari seorang Kim Jongin bagi Kyungsoo. Cukup mendengar tentang kunjungan Jongin ke club setiap hari dengan gadis berbeda, Kyungsoo sudah paham bagaimana watak Jongin.
"Playboy," Kyungsoo menggumam pelan.
"Apa?" sebuah suara berat menginterupsi Kyungsoo. "Kau tadi mengatakan apa, baby?"
Kyungsoo mengerjapkan matanya dan menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak, Kris. Aku tidak bilang apa-apa,"
"Oh, kukira kau mengatakan sesuatu. Aku tak begitu jelas mendengarnya karena tadi aku sedang menerima telepon." Balas Kris.
"Tidak, kok." Sahut Kyungsoo. "Eh, memangnya kau mau ajak aku kemana?"
Kris tersenyum kecil. "Privat party milik sahabat karibku sejak kecil, Sim Jonghyun. Perusahaan yang dia pimpin sedang merayakan ulang tahun, jadi ia mengundang beberapa klien penting dan itulah kenapa aku datang bersamamu."
"Karena kau klien penting Jonghyun-ssi?"
Kris tersenyum lagi. "Dan jangan lupakan bahwa kau adalah tunanganku, Kyungsoo. Jadi apapun kegiatanku, aku akan membawamu."
Kali ini giliran Kyungsoo yang mengulum senyum tipisnya. "Harus ya teman-temanmu mengenalku?"
Kris tak mengalihkan pandangannya dari jalanan walau ia ingin sekali menatap dua mata doe milik Kyungsoo lalu mengecupnya lembut agar gadis itu paham seberapa pentingnya dia untuk Kris.
"Setidaknya mereka harus tahu, siapa gadis yang mampu meluluhkan seorang Kris." Jawab Kris santai. "Sudah sampai. Jangan terlalu grogi, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian disana."
Kyungsoo mengangguk kecil dan segera bersiap membuka pintu mobil Kris. Tapi pemuda bertubuh tinggi itu mendahuluinya. "Aku ingin romantis. Tidak masalah, kan?" tanya Kris sambil membukakan pintu untuk Kyungsoo dan memperlakukannya layaknya seorang putri raja yang baru turun dari kereta kuda.
"Memangnya harus minta ijin, ya?"
Kris mengulum senyumnya lagi. "Ayo, aku tak sabar mengenalkanmu pada mereka."
Kris berjalan dengan santai dan tenang dengan lengan kuatnya yang digandeng Kyungsoo. Dari jauh mereka benar-benar pasangan beda tinggi yang sempurna. Kris dengan wajahnya yang benar-benar tampan dan garis rahang tegas, senyum kecilnya yang bisa saja membuat beberapa gadis atau wanita di pesta ini jadi gila tiba-tiba, dan kedua mata tajamnya yang selalu bisa jadi awas ketika dibutuhkan kapanpun. Lalu Kyungsoo, gadis mungil dengan predikat pemilik senyum paling ramah dan menggemaskan di kampusnya lalu disusul oleh sahabatnya, Byun Baekhyun. Gadis yang sangat polos dan tak pernah merasakan sedih karena keluarganya begitu siap siaga untuk memberinya segala kebahagiaan yang dibutuhkannya.
"Kau datang, Bung."
Kris melepas sejenak tautan tangan Kyungsoo di lengannya lalu ia pun mendekati pemuda bersurai coklat di depannya. "Tentu saja aku akan datang. Kau kira aku ini sahabat macam apa yang tidak datang ketika sahabatnya baru pulang dari liburan?"
Pemuda itu tertawa kecil lalu memeluk Kris dengan erat. "Aku benar-benar bersyukur memilikimu sebagai sahabat."
"Yeah, tapi aku tak sepenuhnya pantas menyandang predikat itu, Jonghyun." Balas Kris lirih. "Maafkan aku,"
Jonghyun—pemuda itu, melepas pelukannya dan menepuk pipi kiri Kris beberapa kali. "Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Jadi jangan pernah berkata bahwa kau tidak pantas untuk ada dalam lingkup orang terdekatku,"
Mata Jonghyun kemudian beralih dari Kris menuju sosok mungil yang ada di belakang pemuda tinggi itu. "Ini pasti tunanganmu itu, ya? Yang selalu kau banggakan setiap saat padaku?" tanya Jonghyun tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok itu.
Kris terlihat mengusap matanya cepat. "Ya, dia Kyungsoo. Calon istriku,"
Jonghyun tersenyum kecil. "Halo, Kyungsoo. Aku Jonghyun. Apa Kris pernah menyinggungku selama ini?"
Kyungsoo mengerjap lalu menyambut uluran tangan Jonghyun. "Kyungsoo imnida, Oppa." Jawabnya. "Ba-baru tadi Kris bercerita tentang Oppa."
Kris hanya nyengir tanpa rasa salah ketika Jonghyun men-deathglare-nya.
"Kau tak pernah bercerita tentangku padanya tapi kau selalu bercerita tentangnya padaku sampai kupingku panas? Kau anak pintar, Kris."
"Kau itu hanya penting bagi cerita hidupku saja, Hyung. Jadi Kyungsoo tak perlu tahu banyak tentangmu." Elaknya. "Cukup saja ia tahu bahwa kau sahabatku dan namamu Jonghyun,"
Jonghyun baru saja hampir menjitak kepala Kris dengan keras jika suara lembut menenangkan tidak menginterupsi mereka.
"K-kris ge,"
Kris membalik badannya cepat dan merasakan tubuhnya mematung saat itu juga. Ia merasakan jantungnya seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik, nafasnya juga tersendat, otaknya seperti beku, dan paling jelas adalah kedua mata tajamnya yang tiba-tiba membulat dan menghadirkan sinar kerinduan yang mendalam disana.
"P-peach,"
Jonghyun menyadari kecanggungan suasana saat ini, karenanya ia menginterupsi. "Ya, kenapa yang disapa hanya Naga ini saja? Kau lupa punya aku juga, Zie?"
Kris menundukkan kepalanya, berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin, menetralkan kembali detak jantung dan denyut nadinya, serta memberi waktu pada otaknya untuk kembali bisa dipergunakan dengan baik. Dari belakang Kris, Kyungsoo maju perlahan dan menarik ujung kemeja pemuda yang selangkah lagi jadi suaminya itu.
"Kris,"
Dan lamunan Kris hancur ketika suara merdu itu memasuki telinganya. Segala film pendek tentangnya dan sosok yang membuatnya terpaku tadi hilang bersamaan dengan panggilan Kyungsoo untuknya.
"Ya, baby?"
Kris merendahkan suaranya. Berharap agar panggilan sayangnya tidak terdengar oleh Jonghyun dan terutama sosok itu. Ia tak ingin sosok itu terluka lebih dalam karena ini. Tapi harapan Kris hanya harapan kosong karena kedua obsidian sosok itu kini membulat sempurna lalu perlahan tergenang air.
"A-aku ke toilet," ucap sosok itu gemetar.
Jantung Kris benar-benar terasa nyeri saat suara yang selalu menenangkannya itu kini harus jadi suara yang paling ia hindari, apalagi dalam suasana begini.
"Siapa gadis itu, Kris?" tanya Kyungsoo tanpa alih-alih apa pun. Nalurinya sebagai perempuan mengatakan bahwa gadis bersurai hitam panjang itu punya koneksi yang tak ia pahami dengan Kris, tunangannya. Dan hal itu, membuatnya sedikit terganggu.
Kris berusaha mengulum senyumnya dan bersikap biasa di depan Kyungsoo. Ia tak ingin calon masa depannya ini tahu tentang masa lalunya yang sudah ia niatkan untuk ia kubur dalam-dalam. Termasuk gadis itu.
"Dia hanya teman lama." Jawab Kris cepat. "Oh ya, Hyung, kau tak mempersilahkan kami menikmati pestamu? Tuan rumah macam apa kau?" Kris menatap Jonghyun, berusaha menyampaikan pesan tersirat 'Tolong jangan bahas tentangnya saat ini. Aku tak ingin Kyungsoo tahu apa pun.'
Jonghyun tertawa kecil. "Aku hampir lupa. Kyungsoo mengalihkan fokusku tadi. Kau cantik sekali, Kyungsoo. Aku heran kenapa Kris yang memilikimu, bukan aku saja."
Kyungsoo tertawa kecil mendengar gurauan Jonghyun.
Kyungsoo, gadis remaja yang sudah paham dengan beberapa permasalahan hidup walau tidak pelik karena hidupnya sudah diset penuh dengan bahagia, jadi ia tak pernah tahu rasanya sedih, sakit, dan sebagainya. Karenanya, ia tumbuh menjadi gadis yang polos dan tak mudah mengerti akan pengalihan dari sekitarnya.
Kyungsoo memang aware akan koneksi antara Kris dan gadis bersurai hitam itu. Tapi ia tak ambil pusing ketika Kris dengan santai mengatakan bahwa mereka adalah teman lama. Oh ya, tentu saja mereka teman lama. Itulah koneksi antara mereka, pikir Kyungsoo.
Tapi gadis mungil itu tidak tahu bahwa ada koneksi lain dibalik jawaban Kris. Bahwa teman lama yang Kris maksud bukan benar-benar teman biasa.
Tapi teman hidup.
.
.
.
tbc
halo! sambil menunggu review Amnesia memenuhi persyaratan yang Jongsoo beri, kali ini Jongsoo muncul dengan cerita baru. tetap tentang Kaisoo, tenang saja.
senang sekali tahu Amnesia dibaca banyak orang, tapi ayolah para hantu yang gemar membaca. apa kalian tidak bisa memberi nilai lelah menulis bagi Jongsoo? setidaknya review sekalimat itu cukup membantu.
terima kasih sudah membaca dan ditunggu review kalian! seperti biasa, Jongsoo menunggu review diatas 20 untuk update chapter depan dalam satu minggu kedepan. kalo kurang ya updatenya nunggu sampai requirement terpenuhi atau bisa saja sebulan dua bulan ke depan baru diupload :D.
jika tak mau menunggu terlalu lama, review, ya. terima kasih banyak.
Cherio!
