Hope you like the story :)
"Jadi intinya kau ingin mengakhiri hubungan kita?" Jongin bertanya. Nadanya santai sekali, seperti permintaan Sehun adalah permintaan yang wajar. Tangannya menggenggam cangkir kopi yang isinya sudah mendingin.
"Ya, aku merasa kita hanya akan menghancurkan satu sama lain jika bersama." Sementara Sehun berbicara dengan nada yang lirih. Dia bukannya ingin menangis. Hanya saja memutuskan orang yang sudah tiga tahun menjadi kekasihmu bukan hal yang mudah kan?
"Okay." Hanya itu balasan Jongin, menerima apa yang diputuskan Sehun.
"Aku akan ke apartmentmu nanti sore untuk mengambil barang-barangku." Sehun berkata. Entah bagaimana menjelaskan perasaannya saat ini. Lega, sedih, sampai hatinya bertanya, memangnya kau sanggup menghadapai hari esok tanpa Jongin?
"Kau tahu pintu apartmentku selalu terbuka untukmu." Jongin masih menjawab santai.
Ada sesuatu dalam setiap kalimat Jongin, yang selalu sukses membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Jadi dengan cepat pula Sehun mengalihkan perhatiannya pada jam digital yang melingkar ditangannya. "Aku pergi dulu. Ada beberapa hal yang harus ku urus."
"Mau ku antarkan?" Salah satu kebiasaan Jongin, mengantarkan Sehun kemana pun Sehun pergi.
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Sehun menjawab sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Jadi Sehun meminta berpisah denganmu lagi?" Chanyeol bertanya pada Jongin yang sedang sibuk memainkan game di handphonenya.
"Begitulah, dia mungkin sedang emosi sekarang, aku akan menghubunginya seminggu lagi dan memintanya kembali. Dia pasti akan kembali padaku." Jongin berkata santai.
"Kau membuang-buang waktu dude, hubungan kalian ini tidak sehat, kau tahu? Berpisah, kembali lagi, berpisah lagi, kembali lagi. Pernah kah kau berpikir mungkin saat kau berpisah dengan Sehun akan ada orang lain yang menarik hatinya? Jika itu terjadi ku jamin dia tidak akan kembali lagi padamu Jong." Chanyeol berkata panjang lebar meski pun Jongin sepertinya tidak mendengarkannya.
"Tidak mungkin, Sehun mana bisa bertahan lama tanpa ku." Jongin menunjukkan senyumnya yang menyebalkan dan mendarat lah bantal yang dilayangkan Chanyeol pada wajahnya.
Seperti perkataan Sehun tadi, sorenya dia datang ke apartment Jongin untuk mengambil barang-barangnya. Sehun tidak akan pernah lupa password apartment Jongin. Tanggal mereka berciuman untuk pertama kalinya. Duh mengingatnya saja Sehun jadi pusing sendiri.
Sehun mengetikkan angka-angka tersebut dan pintu pun terbuka. Dilihat dari rak sepatunya sepertinya Jongin sedang keluar, karena sepatu kesayangan Jongin tidak ada disana. Tapi demi kesopanan Sehun tetap memanggil Jongin untuk memberitahukan kedatangannya.
Karena tidak ada jawaban Sehun langsung memasuki kamar mereka dulu dan memasukkan baju-bajunya yang ada di lemari Jongin ke dalam koper yang dibawanya ketika pindah kesini. Sebenarnya ini bukan kejadian pertama dia meminta berpisah dari Jongin dan mengambil barang-barangnya dari apartment Jongin. Tapi kali ini dia sudah bertekad untuk tidak akan kembali lagi pada Jongin apa pun yang terjadi.
Baekhyun, sahabatnya, selalu mengingatkan kalau hubungannya dan Jongin bukan hubungan yang baik. Sehun dan Jongin punya kecenderungan untuk menyakiti diri mereka masing-masing saat sedang tertekan. Sehun tidak pernah mencegah Jongin menggores pergelangan tangannya dengan benda tajam apa pun yang ada di dekatnya ketika dia tertekan begitu pun sebaliknya. Mereka tidak pernah mencegah satu sama lain karena mereka tahu betapa menyenangkannya rasa sakit yang mereka rasakan. Rasa sakit nyata yang mereka ciptakan untuk menutupi rasa sakit yang tidak terlihat.
Sehun ingat saat keduanya sama-sama tertekan karena lingkungan yang menghakimi dan mengucilkan mereka akibat orientasi seksual mereka, mereka malah berbagi cutter bersama. Mengurung diri dalam apartment Jongin, menggores bukan hanya di pergelangan tangan, tidak makan apa pun selama dua hari sampai Chanyeol dan Baekhyun merusak pintu apartment Jongin untuk bisa masuk. Dan yang mereka lihat adalah Sehun dan Jongin yang sudah berlumuran darah dengan bibir membiru, mereka terjaga tapi tidak punya cukup tenaga untuk berdiri.
Itu yang terparah yang membuat Baekhyun dan Chanyeol tidak pernah melepaskan pengawasannya dari mereka. Jongin dan Sehun bukannya tidak mempunyai orang tua, hanya saja mereka tipikal orang tua yang meninggalkan anaknya demi pekerjaan, seperti drama memang. Tapi ini kenyataannya.
"Kau sudah merapihkan semua barangmu?" Suara Jongin membuat Sehun terkejut.
"Kurasa sudah, kau bisa membuang apa pun itu jika ada yang tertinggal." Sehun dengan cepat menutup kopernya dan bersiap pergi.
"Biar kuantar, kau tinggal dimana? Di rumah orang tuamu atau di apartmentmu." Sehun bahkan tidak melihat ke arah Jongin.
"Tidak perlu. Aku membawa mobil sendiri." Ujar Sehun. Tanpa melihat ke belakang Sehun meninggalkan apartment Jongin.
"Kali ini sungguhan Baek, aku berpisah dengan Jongin." Sehun menggeram kesal.
"Yang kemarin-kemarin kau juga menyebutnya sungguhan lalu kembali lagi padanya. Oh aku bosan." Kata Baekhyun sambil pura-pura menguap.
Dengan kesal Sehun pun meninggalkan Baekhyun memasuki kamarnya. Diam-diam Baekhyun tersenyum lega walaupun sedikit air mata yang menggenang di mata Sehun membuat Baekhyun khawatir. Baekhyun itu orang nomor satu yang menentang hubungan Sehun dan Jongin, bagaimana tidak? Sehun yang dikenalnya memang suka menyakiti diri sendiri saat tertekan menjadi bertambah parah saat mengenal Jongin. Menurut Baekhyun, Jongin itu hanya menghancurkan Sehun yang memang sudah rusak.
Sudah seminggu sejak Sehun meminta berpisah dari Jongin. Jongin sudah mencoba untuk menghubungi Sehun lagi, tapi sepertinya Sehun mengganti nomor handphonenya. Bertanya pada Baekhyun pun percuma, karena pria pendek itu malah memberinya nomor telepon rumah makan.
Ini mulai membuat Jongin uring-uringan. Dia takut apa yang dikatakan Chanyeol benar-benar terjadi. Bagaimana kalau dalam satu minggu ini Sehun menemukan orang yang lebih menarik darinya? Bagaimana kalau ternyata Sehun meninggalkannya karena memang sudah tidak mencintainya?
"Sehun susah dihubungi hm? Apa ku bilang, pasti dia sudah mendapatkan penggantimu Jong." Chanyeol tertawa keras setelah menyelesaikan kalimatnya. Sementara Jongin hanya mendengus mendengar perkataan Chanyeol.
Berbeda dengan Jongin yang uring-uringan, Sehun masih tetap mengurung dirinya di dalam apartmentnya. Baekhyun mendatanginya setiap hari untuk memastikan Sehun tidak menyakiti dirinya terlalu jauh, satu atau dua goresan tidak akan membuat Sehun kehilangan nyawanya kan?
"Ini sudah seminggu kau memutuskan untuk berpisah dengan Jongin, apa lagi yang kau tangisi sebenarnya? Bukankah kemarin kau yang bilang kalau yang kali ini sungguhan dan kau tak akan kembali lagi pada Jongin? Jangan bilang langkahku mengganti nomor handphonemu itu sia-sia?" Baekhyun lama-lama kesal juga melihat Sehun terpuruk seperti ini.
"Bukan Jongin yang membuatku seperti ini." Sehun berkata dengan suara yang parau dan pandangan kosong. Dia berkata tanpa menatap ke arah Baekhyun.
"Lalu apa? Kau yang mengakhiri hubungan kalian kan? Harusnya kau yang lebih siap melupakan Jongin, Sehuna." Baekhyun berkata lembut sambil mengusap lengan Sehun yang penuh goresan segar.
Sehun menghela nafas, "Aku bukannya tidak siap melupakan Jongin, hanya saja aku belum siap melupakan setiap kebiasaan yang kami lakukan bersama." Sehun menatap Baekhyun dengan air mata yang menggenang di matanya siap menetes kapan pun. "Yang selalu aku tanyakan pada diriku sendiri adalah, bisakah aku menghadapi hari tanpa Jongin? Sanggupkah aku melihat Jongin bersama orang lain? Orang yang akan membuatnya kebih baik, bukan sepertiku yang malah memperparah keadaannya."
"Bukan hanya dia yang semakin parah Sehuna, kau juga akan semakin parah kalau kalian memaksakan untuk terus bersama."
"Itulah alasanku berpisah dengannya, tapi…" Sehun menghela nafas, memejamkan matanya membuat air matanya menetes, "apakah benar ini yang ku butuhkan? Apa benar ini yang terbaik untuk aku dan Jongin? Apa benar berpisah tidak akan memperburuk keadaan kami?"
"Sehuna," Baekhyun masih mengelus tangan Sehun pelan, takut menyakiti Sehun, "pikirkan lah dirimu sendiri. Jongin tidak seterpuruk dirimu, dia masih berjalan dengan senyuman di wajahnya, sementara kau menyembunyikan indahnya dirimu dalam kotak ini. Jongin saja masih bisa keluar dengan senyuman diwajahnya, kenapa kau tidak?"
"Karena aku masih belum bisa berhenti mencintainya."
Baekhyun mendengus, Sehun ini mau diberi tahu berkali-kali pun tetap saja tidak akan mendengarkan. "Terserah kau saja lah. Aku masih harus menemui dosen pembimbingku siang ini. Pastikan kau makan dan tidak menyakiti dirimu lagi. Dan tolong ingat kata-kataku, coba pikirkan lah dirimu sendiri Sehuna."
Sehun masih terbangun setiap pagi dengan meraba tempat tidur disampingnya yang biasanya di tempati Jongin. Sehun masih membuat dua cangkir kopi untuk dirinya dan Jongin. Sehun masih mengira Jongin bagian dari hidupnya.
Jongin tidak kalah terpuruknya, dia selalu tidur dengan baju Sehun yang tidak sengaja tertinggal di lemarinya. Menganggap Sehun masih bersamanya. Menggores lengannya saat rasa sakit yang dirasakannya semakin tak tertahankan. Jongin sudah mencoba ke rumah Sehun tapi para pelayan disana bilang bahwa Sehun tidak pulang ke rumahnya. Jongin sudah ke apartment Sehun tapi malah diusir oleh keamanan disana karena terus meneriakan nama Sehun yang tidak mau membukakan pintu untuknya. Jongin tahu jelas Sehun ada di dalam, Sehun tidak pernah suka berada di tempat orang lain keculai dirinya. Jongin datang keesokan harinya dan sudah diusir keluar sebelum sempat mengetuk pintu Sehun.
Sehun menganggap dirinya sudah lebih siap sekarang. Setelah kurang lebih dua minggu mengurung diri di dalam apartmentnya dan berkutat dengan pikirannya sendiri akhirnya dia sadar. Semua ketidak mampuannya hanya ada di dalam kepalanya. Kalau dia meyakinkan dirinya bahwa dia bisa menghadapi hari esok tanpa Jongin pasti dia bisa menghadapinya. Dia juga pernah hidup sebelum bertemu Jongin kan?
Jadi Sehun memutuskan untuk masuk kuliah hari ini. Teman Sehun memang cuma Baekhyun, Chanyeol dan Jongin. Lingkungannya mengucilkan mereka ketika tahu Sehun dan Jongin adalah penyuka sesama jenis. Sedangkan Baekhyun dan Chanyeol memang lebih open minded terhadap mereka.
Sehun duduk di tempat favoritnya, pojok belakang sebelah kiri, dari situ dia bisa melihat ke luar jendela, memandang langit atau apa pun agar tidak bosan mendengarkan dosennya mengajar. Tempat disebelahnya biasanya ditempati Jongin. Tapi sampai lima menit sebelum masuk Jongin belum juga terlihat olehnya. Sedikit banyak itu membuatnya khawatir.
Dosen masuk dengan di ikuti Jongin dibelakangnya, jelas sekali Jongin habis berlari karena nafasnya yang tidak terartur. Terlihat sekilas wajah Jongin yang terkejut melihat Sehun tapi setelah itu Jongin bersikap biasa saja dan berjalan ke tempat duduknya yang biasa, di sebelah Sehun.
Sehun tak sadar menahan nafas saat Jongin duduk di sebelahnya, bagaimana pun juga dia tidak bisa menyangkal bahwa Jongin masih berefek padanya.
Jongin mengeluarkan catatan dan penanya. Kebiasaan Jongin adalah menggulung lengan kemejanya saat menulis dan saat Jongin melakukan itu terlihatlah bekas-bekas goresan baru di tangan Jongin. Sehun menatapnya miris, mengingat ternyata bukan hanya dia yang merasa tersakiti, ternyata Jongin merasakan hal yang sama dengannya.
Jam kuliah itu terasa sangat lama bagi Sehun, dengan sesekali mencatat dan memfokuskan diri dengan apa yang dosen bicarakan, berusaha keras agar tidak terlalu memperhatikan pergerakan di sebelahnya, berusaha keras melawan keinginannya untuk memperhatikan Jongin, berusaha keras menentang hatinya yang berkata bahwa dia merindukan Jongin dan ingin lebih lama memandang wajah Jongin dibanding mendengarkan apa yang dosen jelaskan di depan sana.
Dosen mengakhiri kuliah mereka dan dengan tergesa Sehun membereskan catatannya dan juga alat tulis yang digunakannya, sesegera mungkin agar dia bisa menghindari Jongin. Padahal tadi dia sudah berpikir bahwa dia sudah bisa menghadapi Jongin, tapi ternyata itu tidak semudah yang dipikirkannya.
"Sehun." Jongin memanggilnya. Sehun merasa jantungnya berhenti sesaat, yang ada di otaknya hanya suara Jongin yang memanggil namanya. Ada rasa lega saat Sehun mendengarnya.
"Ya?" Sehun takut dia salah dengar atau dia hanya berdelusi bahwa Jongin memanggil namanya tadi. Tapi Jongin menatapnya, mata Jongin adalah salah satu bagian dari Jongin yang bisa melemahkannya. Jadi yang bisa Sehun lakukan hanya menunggu Jongin melanjutkan kalimatnya apa pun yang ingin dikatakannya.
"Aku ingin kita bersama lagi. Aku tidak sanggup kalau harus berpisah denganmu Sehun." Sehun melihat kesungguhan di mata Jongin, dia pun sebenarnya tidak sanggup berpisah dengan Jongin. Tiba-tiba Jongin menggulung lengan kemejanya lebih tinggi lagi. "Lihatlah," Jongin menunjukkan lukanya, "bahkan luka yang ku ciptakan tidak bisa menutup sakitnya bila kau tidak bersamaku Sehun, ku mohon kembalilah padaku. Aku berjanji akan melakukan apa pun, terapi untuk menghilangkan kebiasaanku ini, menjagamu, apa pun yang sebelumnya tidak pernah kulakukan untukmu Sehuna, tapi ku mohon kembalilah padaku."
Melihat Jongin begini benar-benar membuat Sehun sakit, tapi dia sudah memutuskan bahwa berpisah dengan Jongin adalah jalan terbaik yang bisa dilaluinya agar mereka bisa lebih baik. Bersama, tidak akan membuat mereka berubah, karena sejujurnya mereka sama-sama sudah rusak, bahkan hancur.
Sehun tersenyum lemah, "Tidak bisa Jongin, aku merasa lebih baik begini. Temukanlah kebahagianmu yang lain." Sehun berdiri dan meninggalkan Jongin.
"Pembohong!" Sehun mendengar Jongin meneriakinya begitu. Sakit sekali rasanya diteriaki begitu, tapi Sehun memang pembohong kan? Dia juga sama saja lemahnya dengan Jongin, sama saja terpuruknya dengan Jongin, sama saja terlukanya dengan Jongin. Hanya saja dia menyembunyikannya dari Jongin. Jongin masih mengharapkannya, begitu pun sebaliknya. Sama besarnya dengan Jongin, dia juga ingin Jongin kembali padanya.
Jongin mengajak Sehun bertemu di café favorit mereka, tempat yang sama saat Sehun memutuskan untuk berpisah dengan Jongin dan Sehun menyetujuinya. Sehun ingin membuktikan bahwa dia bisa hidup tanpa Jongin. Dia tidak akan menghindari Jongin lagi meskipun Jongin tahu bahwa dirinya hanya pura-pura tegar saja.
"Jadi kau ingin membicarakan apa?" Sehun memulai pembicaraan mereka setelah pelayan meletakan pesanan mereka.
"Masih sama. Kembalilah padaku Sehun." Jongin berkata dengan tegas kali ini. Aura pendominasi menguar disekitarnya. Jujur saja Sehun merasa terintimidasi karenanya.
Sehun tertawa untuk menghilangkan kegugupannya. "Cari lah orang lain yang bisa menjadi sumber kebahagiaanmu Jongin. Kalau aku kembali padamu kita hanya akan menghancurkan satu sama lain. Kau pasti tidak ingin itu terjadi kan?"
Jongin menghela nafasnya, "Entahlah. Hancur bersamamu terdengar lebih menyenangkan daripada hidup tanpamu." Jongin berkata tenang walau pun nadanya serius.
Sehun hanya bisa tersenyum mendengarnya. Dari senyumnya saja Jongin bisa mengetahui bahwa Sehun menyimpan rasa sakit dibaliknya.
"Aku sakit melihatmu berpura-pura seperti ini." Jongin berkata pelan.
Senyum Sehun menghilang, "Aku pun." Balasnya tak kalah pelan.
That wasn't that good, I know. But try to read this while listening Adele's 25 album.
