Summary:

Kenangan malam yang hilang. Sebuah kisah yang diawali permainan memori dan diakhiri oleh ciuman. Sihir tak terkendali karena kecelakaan. Kisah cinta yang penuh ujian. USUK Frozen Au. A colaboration from 2 writers. Omegaverse and Cardverse

Pairing:

USUK and hint dari beberapa fandom lain

Warning:

Omegaverse, possible OOC, kemungkinan typo

Disclaimer:

Hetalia bukan punya saya dan milik Himaruya Hidekazu, begitu juga dengan plot dan calon cover, yang merupakan milik teman saya, HarunaIchijou

Bahasa Indonesia

.

.

.

.

.

.

Prolog

Cercah cahaya rembulan menerangi gelapnya malam. Mengintip malu dari celah-celah dedaunan rimbun, memberi penerangan bagi mereka yang terbangun. Indah nan misterius. Sunyi dan tenang.

Namun kesunyian itu terbelah, oleh suara derap kaki. Jauh, lalu semakin dekat, hingga rembulan bisa melihat sebuah kereta meluncur mulus dari dalam hutan tergelap. Berjalan dengan cepat dan hati-hati, lurus dan pasti mengetahui tempat tujuan.

"Leon, sayang, apakah kita sudah sampai?" Tanya suara lembut dari dalam kereta yang bergerak.

"Masih belum Georgi-ku sayang. Sudah berapa kali kau bertanya. Aku ingat kau baru saja menanyakan hal yang sama, kurang dari 5 menit yang lalu." jawab sebuah suara dari arah depan kereta. Terdengar tawa dan lelah dibalik suara tenangnya.

"Oh biarkanlah aku bersenang-senang. Jangan salahkan diriku ini. Aku bosan, melihat pemandangan yang sama dari tadi." rajuk sang suara dalam kereta.

"Haah... aku tahu sayang. Bersabarlah. Sebentar lagi kita akan sampai. Bermainlah dengan Al. Aku pastikan kau tak akan bosan."

"Kau kira apa yang aku lakukan selama ini? Beserenade kepada hutan? Tentu tidak! Aku sudah memainkan seribu permainan-"

"Seribu? Kau yakin? ~"

"Hush. Diamlah. Intinya aku sudah bermain dengan Al dan aku masih bosan. Lagipula Al sudah tidur. Aku sudah tidak punya ide apalagi untuk menghiburku! Dan aku tidak mengantuk, jika kau ingin menyarankan." tambahnya diakhir rajukannya setelah mendengar pasangannya menarik napas di depan. Seolah dapat membaca pikiran.

Sang pasangan hanya mendengus tertawa dan melihat ke arah sang istri, yang terduduk di kereta belakang, sambil memeluk sebuah keranjang anyam besar. "Apakah kini kau seorang telepath sekarang? Lakukanlah hal lain. Bagaimana dengan melanjutkan rajutanmu itu? Seingatku kau masih belum menyelesaikannya."

Sang istri ikut tersenyum. Mata birunya beralih ke dalam keranjang, dan senyumnya semakin mengembang, namun tak kehilangan kelembutannya, justru semakin kuat setelah melihat apa yang ada di dalam.

Seorang bayi laki-laki tertidur di dalamnya. Diselimuti dan dilindungi oleh lautan selimut biru dengan bordir spades hitam kecil menghiasi pinggirannya. Hanya wajah putih bulat mungilnya, yang dihiasi oleh rambut pirang jerami di atas kepalanya, dengan sejuntai rambut yang seolah menang melawan gravitasi menari halus di dekat poninya.

"Aku juga sudah selesai kok. Hanya perlu menyelipkan suratku dan voila! Aku selesai." tawanya halus sambi menyelipkan suratnya.

"Surat? Buat apa? Jangan bilang kalau kau mau meninggalkannya begitu saja di depan gerbang istana. Aku tak tahu kau seburuk itu Georgia." senggah sang suami, Leon.

"Tenang, aku tak akan melakukannya. Terpikir pun tidak. Aku hanya... merasakan perasaan yang kurang enak. Ya untuk berjaga jaga juga sih. Aku takut kehilangan surat berharga ini. Jadi kupikir, kalau aku sembunyikan di keranjang Alfred maka surat ini akan lebih aman." senyumnya canggung.

"Perasaan buruk apa?" Tanya suaminya khawatir. "Apakah ada hubungannya dengan apa yang dikatakan peramal tua itu? Sudah kubilang tak usah hiraukan. Omongannya tak pernah benar. Ingat apa yang pernah dia katakan tentang keluarga Valley? Tak ada yang sakit aneh seperti yang dia katakan pada pertemuan desa. Lalu si gadis Kudo, dia tak menikahi seorang gadis Alpha, tapi dengan si penyihir terkenal itu. Aku terakhir kali dengar mereka akan menyambut anak pertama mereka bulan depan. Dan aku yakinkan kau aku tahu banyak hal yang akan membuktikan kepalsuan ramalannya. Hanya sang Ratu dan para penyihir kota, termasuk suami Kudo, Kuroba, yang merupakan penyihir hebat, dan dia bukan salah satunya. Jadi tenanglah." Ceramahnya, berusaha menenangkan sang Istri. Jujur, dia tak pernah percaya dengan Madame Devi, sering kali dia menipu penduduk desa dan menyebar ramalan palsu. Dia tahu karena saudaranya sendiri lah yang membuktikan, dengan ramalannya sendiri yang selalu terbukti benar. Namun entah mengapa dia ikut merasa tak enak. Seolah kejadian buruk akan menimpa keluarganya.

"Jangan salahkan aku Lee. Aku tahu maksudmu. Aku sendiri tak pernah percaya omong kosongnya. Tapi dari ekspresinya kemarin, entah kenapa aku merasa kalau dia mengatakan yang sesungguhnya. Aku juga sempat ditemui Kai yang mengatakan bahwa dia ingin mengantar kita. Tapi aku menolak. Dia punya istri dan calon anaknya di rumah. Apalagi waktu kelahirannya semakin dekat. Bukan hanya mereka, tapi juga sebagian besar penduduk desa menyatakan kekhawatiran mereka. Sayang sekali, kakakmu sedang keluar kota dan tak ada kontak untuk kita hubungi. Hanya kata 'benar' darinya sudah cukup untuk membenarkan fakta."

"..." Leon hanya diam dan terus melajukan kereta kudanya. Memikirkan kata sang istri. Mencoba mengira dimana keberadaan sang kakak sekarang. Hanya untuk menanyakan kebenaran kata-kata Madame Devi.

Perjalanan mereka dilanjutkan dalam sunyi. Tak ada percakapan yang tercipta selama beberapa saat. Cahaya lembut rembulan kian semakin jelas terlihat, menembus ruang yang semakin luas dan membebaskan sinar lembutnya menari. Memperlihatkan sebuah jurang lebar nan dalam dengan sebuah jembatan kayu panjang dan rapuh menyatukan kedua ujungnya.

Leon melambatkan laju keretanya dan melihat jembatan kayu itu. Menimang nimang persentase keselamatan mereka dalam melewati jembatan tua itu. Ditolehkan kepalanya dan melihat sang istri, Georgia, lalu memanggilnya pelan.

"Sayang, apa kau yakin ini satu-satunya jalan? Apakah Kai sempat memberitahu jalur lain yang lebih aman saat dia menghampirimu tadi pagi?" Tanyanya kepada Georgia, rasa takut terdengar jelas di dalam suaranya.

"Egh... aku yakin dia bilang bahwa ada jalan lain yang bisa kita lalui, tapi jalur itu sedang dalam masa perbaikan setelah longsor 2 bulan lalu. Mereka harusnya selesai sebulan lalu, tapi karena tanahnya masih renggang dan musim hujan yang parah tahun ini membuat longsor kembali terjadi. Kai bilang Raja Aiden sudah memerintahkan bantuan tambahan untuk evakuasi, namun karena jalur yang susah, mereka harus memutar sangat jauh. Dan dia bilang ini satu-satunya jalur tercepat yang ada. Karena itu dia menawarkan diri. Dengan sihir teleportasinya dia bisa membawa kita ke seberang. Sekarang aku menyesal tak menerima tawarannya." jawabnya sedih dan khawatir melihat kondisi jembatan tersebut. Kata-kata Madame Devi kembali terngiang di kepalanya.

Leon menarik napas dalam dan mengintip melalui sudut matanya ke arah jembatan tersebut. Jembatan itu sangat tua, rapuh dengan beberapa papannya hilang, dan satu - dua talinya terlihat putus. Tua, namun masih mampu menopang kereta kecilnya selama mereka berhati-hati.

"Georgi sayang, bisakah kau pindah kesampingku? Aku akan merasa lebih tenang jika kau berada di dekatku." Bisiknya pelan namun jelas kepada istrinya sambil meneguk ludah kaku.

Georgia menatap Leon dan kemudian ke arah jembatan tua. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada keranjang Alfred dan mengangguk perlahan lalu meraih tangan Leon dan berpindah ke depan kereta. Menyamankan posisinya dan memperbaiki selimut Al yang kusut. Berusaha untuk tidak menghiraukan decitan jembatan yang tertiup angin malam.

"Bersama" genggam Leon.

"Selalu" erat Georgia.

Leon kembali menggerakkan keretanya. Si kuda mulai bergerak perlahan, membawa kereta mereka semakin mendekati jembatan itu. Suara papan tua yang siap patah terdengar di telinga mereka. Rasa takut mereka semakin memanjat naik. Mencekik mereka sangat kuat, terasa seperti susah bernafas. Perlahan namun pasti kereta mereka mendekati ujung jembatan. Semakin dekat, ketegangan mereka mulai berkurang.

'Sedikit lagi'

Hanya tinggal beberapa langkah, namun tepat setelah kedua kaki pertama kuda mereka melewati mulut jembatan itu, suara tali putus mencapai telinga mereka, diikuti dengan suara papan kayu patah yang memekakkan telinga. Seperti bom raksasa yang meledak di dekat mereka. Leon berusaha memaksa kudanya untuk mempercepat langkahnya namun terlambat. Gravitasi mulai menarik belakang kereta mereka, menarik sisanya, mengikuti panggilannya ke jurang dalam.

Namun sebelum gravitasi menang, dan menarik mereka ke kematian, Georgia dengan sepenuh tenaga, melempar keranjang Alfred ke semak berry yang menghiasi bibir jurang. Selamat dan aman. Georgia tersenyum lembut, dengan air mata yang membanjiri kedua pipi pucatnya. Senang, bisa menyelamatkan buah hatinya. Berdoa untuk kebahagiaan sang putra, dan memohon maaf kepada warga desa, karena terlalu keras kepala dan juga kepada Alfred karena tak bisa mengantarnya ke penobatannya.

'Maafkan Ibu dan Ayah sayang. Tolong jadilah Raja yang baik ya. Alfred F. Jones'

Pikirnya terakhir sebelum dirinya, suami, dan kereta mereka dimakan kegelapan dan meninggalkan Alfred sendirian. Tertidur di balik selimutnya, menunggu kedatangan seorang Ratu yang akan mengantarnya ke tangan malaikatnya dan ke petualangan penuh sihir dan kesalah pahaman.

Author's note: Hanya ingin memberitahu, bahwa plot dan calon cover nanti adalah bukan punya saya, tapi milik HarunaIchijou. Saya hanya menuliskan cerita ini dan kemudian mempostnya.

Saya sudah agak lama tidak membaca fanfic Hetalia, tapi bukan berarti saya lupa ya. Terakhir saya menulis cerita dan mempostnya di sini sekitar 2 tahun lalu. Jadi wajar kalau mungkin ada perbedaan gaya penulisan.

Mungkin banyak yang sadar kalau tulisannya terlihat tidak ada paragrafnya atau semacamnya mohon maklumi. Karena ketika saya mengetiknya ada kok, cuma waktu saya lihat preview-nya tidak ada. Jadi maaf ya.

Lalu untuk typo, kalau ada mohon beritahu. Begitu juga kesalahan lainnya. Kalau nggak senang jangan baca. Ini saya tujukan kepada kalian yang nggak senang pairnya. Kalau emang nggak senang ya nggak usah baca. Tapi kalau kalian tertarik dan ingin melanjutkan, silahkan. Cuma jangan ngeflame saya jika hanya untuk masalah sepele. Mau review buruk silahkan saja. Asalkan ada alasan pasti.

Sekian dan terima kasih karena sudah membaca. Chapter selanjutnya akan terbit dalam minggu ini atau depan. Tergantung dari kebebasan waktu dan ide yang aku punya.

Sampai jumpa di chapter 1: Calon Raja?