Bandara Narita,Japan

Seorang Pria berambut pirang,kira-kira berumur 25 tahun,baru saja turun dari pesawat . Ia memandang keadaan bandara tersebut, mata birunya menyiratkan kerinduan dan kebahagiaan 'sudah banyak yang berubah' pikirnya.

"Papa-Chan…Papa-Chan" seorang anak perempuan berumur 4 tahun, yang sedang berada dalam pelukannya menarik-narik kemeja hitam lelaki tersebut, "kita cudah campe di Jepang?" tanyanya.

"iya,Shi-Chan. Sekarang kita sudah berada di Jepang"

MY LOVELY PAPA

Hana Yuki Namikaze

Disclaimer:

Naruto selamanya akan terdaftar sebagai milik masashi kishimoto

GENRE:

ROMANCE; DRAMA

PAIRING:

SASUNARU; NARUSHION

RATING:

T

WARNING!...

(dengan melihat pairnya dapat dipastikan, INI SHOUNEN AI! So, don't like? DON'T READ.)

Penggunaan kata yang kacau dan abal,

Chapter 1:

Pertemuan kembali

~~~~~~~~212121212121~~~~~~~

Sambil memandang tumpukan dokumen yang berserakkan diatas mejanya, Uchiha Sasuke, seorang Dirut dari Uchiha Corp. tersebut hanya menghela napas.

'masih banyak yang belum terselesaikan' pikirnya.

Sambil menghisap rokok ia mencoba merilekskan dirinya. Kepalanya begitu terasa berat, ia terlalu memaksakan dirinya untuk kerja lembur semalam.

Trrrrrrrtttrrrttrrr….

Merasakan getaran dari kantong celanya,ia kemudian mengambil sumber getaran tersebut,HP.

One messeage…

From :

Mom

Kenapa kamu tidak datang semalam ke rumah, Sasuke? Kamu ingin membatalakan perjodohan lagi? Ini sudah yang kesekian kali, anakku.

Sasuke tidak membalas SMS itu. Toh,ibunya sudah tahu alasannya, mengapa ia tidak datang. Dan yang utama ia juga tahu alasan mengapa Sasuke selalu menolak perjodohan itu. Perjodohan yang sebenarnya harus ia lakukan, mengingat di umur yang ke 25 ini ia belum memiliki pasangan. Sasuke tidak peduli! Ia tidak peduli mau berapa umurnya sekarang, tidak peduli akan pendapat orang lain tentang dirinya, toh menikah bisa kapan saja. Karena ia memiliki alasan yang kuat tentang apa yang menjadi keputusannya ini.

Alasan bahwa ia tidak bisa memberikan hatinya kepada orang lain, hati yang telah bukan menjadi miliknya lagi, tapi milik seseorang. Seseorang yang sulit untuk ia miliki, seseorang yang telah menghilang dari hidupnya. Seseorang yang entah dimana keberadaannya.


"Shi-Chan tak apa-apa Papa tinggal sendiri di apartemen?" Tanya Pria pirang, Uzumaki Naruto, pada putrinya yang berada dalam pangkuannya.

"tidak apa-apa Papa-Chan, Chi-chan bica jaga dili kok. Ini kan macih ciang, tak aka ada uka-uka datang."Bocah cilik, bernama Uzumaki Shion tersebut menjawab.

"Benar tidak apa-apa?" Naruto mencoba memastikan lagi.

Shion menganggukkan kepalanya.

Naruto mencium kening putrinya, kemudian mengacak-ngacak rambut pirang panjang anaknya.

"Papa Cuma sebentar saja, Cuma mau membeli makanan buat nanti malam. Kalau ada orang datang jangan bukakan pintunya,yah?"

"Baik! Papa-Chan!" ucap Shion bersemangat.

Kemudian Naruto pergi sesudah ia mengunci pintu tersebut dari luar, meninggal Shion sendiri.

"Chi-Chan halus cepat,cebelum papa-Chan pulang" Shion langsung berlari kelantai dua.

Supermarket…

'Apa Chi-chan baik-baik saja?' Naruto mulai memasukkan satu-persatu makanan kedalam keranjang belanja sambil terus memikirkan keadaan Shion. Sebenarnya Ia ingin mengajak Shion ikut juga, tapi Shion tidak mau, katanya mau melihat-lihat apartemen mereka.

'Mudah-mudahan anak itu tidak apa-apa' doanya dalam hati.

Naruto berusaha secepat mungkinmengambil makanan yang ia butuhkan.

Bruuuk!

"Huwaaaaaaa! Sorry… sorry…."Naruto langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam tidak berani menatap orang yang tertabrak olehnya. 'Badannya pasti lebih besar dariku' Pikir Naruto, melihat kaki jenjang milik orang tersebut.

"…" orang yang ditabrak tidak merespon apa-apa. Namun, naruto merasakan orang tersebut masih didepannya dan sedang memandangnya. Memandangnya dengan aura… aura yang begitu ia ken-

"Naruto?"

'Su,su,suara itu!' Naruto langsung menengadahkan kepalanya, memandang orang yang ditabraknya tadi.

"Sasuke!" Jeritnya.

Sasuke langsung menutup kedua telinganya.

"heeeeemp!" Naruto langsung menutup mulutnya. "Aku hanya tak menyangka bisa bertemu denganmu" katanya dengan nada kecil.

Sasuke hanya tersenyum kecil. Jujur sebenarnya jauh dalam hati batin Sasuke tengah bersorak ria, akhirnya ia dapat bertemu dengan seseorang yang telah merebut hatinya setelah sekian lama, Namun ia tidak mungkinkan tersenyum lebar dan langsung memeluk pria didepannya.

"Sedang apa kau disini, Naruto?" Diantara berjuta pertanyaan yang ada dalam benak Sasuke, akhirnya pertanyaan ini yang terpilih oleh otak jenius Sasuke untuk diucapkan.

"Sedang belanja" jawab Naruto sambil mengambil beberapa makanan.

Sasuke mengeram kecil, "Bukan itu maksudku! sedang ap-"

"Aku pulang" Naruto memotong ucapan sasuke cepat. " Aku kembali Ke Jepang" sambungnya sambil tersenyum lebar .

~~~~~HANA YUKI NAMIKAZE~~~~~

"Jadi, sekarang kamu tinggal diapartemen?" Tanya Sasuke.

Sekarang mereka berdua tengah berjalan ke apartemen Naruto, yang letaknya tak begitu jauh dari swalayan. Sasuke sengaja meninggalkan mobilnya dan menyuruh sopirnya untuk datang mengambil mobil tersebut, supaya ia dapat menemani Naruto pulang, sekalian untuk menemui seseorang yang ingin dipertemukan Naruto.

"Iya. Aku ingin tinggal berdua saja dengan Shi-Chan. Kami sudah terbiasa seperti itu." Ucap Naruto senang.

Dari perjalan di supermarket, Sasuke telah mendapat semua info tentang Naruto, dari Naruto sendiri. Tentang pernikahannya dengan seorang wanita paris berdarah jepang, telah meninggalnya istri Naruto empat tahun yang lalu, dan mengenai anaknya dari wanita itu. Ya, anak.

"Tapi aku tetap saja tak menyangka kamu menikah tanpa pemberitahuan padaku" Sasuke memasukkan kedua tangannya kedalam kantong jaketnya.

"hehehe… pernikahan itu dadakan, Sas. Kamu juga, kenapa belum nikah? Huuufff" Naruto menggosok-gosokkan kedua tangannya satu sama lain sambil meniup-niupnya mencoba menghilangkan rasa dingin sore hari itu.

"Jangan langsung mengalihkan pembicaraan Dobe, Sekarang kita membahas tentangmu" Cela Sasuke

"Kan' aku sudah bilang, pernikahan itu dadakan. aku langsung dijodohkan dengan Shion-Chan"

"haaah... walaupun dadakan seperti katamu, tapi kamu mencintainyakan?" Rasanya Sasuke ingin menertawai dirinya sendiri atas pertanyaan ini.

"ng? Maksudmu?" Tanya Naruto tidak mengerti.

"Kamu bilang tadi dadakan'kan DOBE!" Sasuke sengaja memberi penekanan pada kata terakhir tadi "Walaupun dadakan kamu pasti sangat mencintainya, sampai-sampai kamu memberi nama yang sama pada putri kalian"

Naruto terdiam, kemudian senyum tulus terukir dibibir manisnya "Iya,aku sangat menyukainya, dia wanita yang sangat pengertian. Dan kuharap Shion-Chan pun dapat mengikuti sifat ibunya" ucapnya lembut.

Sasuke terdiam,rasanya ada seribu pedang yang menembus jantungnya 'Bukankah kau yang menanyakan pertanyaan itu? Uchiha Sasuke!'

"Oke! aku sudah menjelaskan semuanya, sekarang aku juga mau bertanya. Kenapa Tuan muda Uchiha Sasuke, yang Tampan,Kaya dan jenius ini belum juga memiliki Istri?"

Sasuke terdiam kembaliu mencoba mencari kata yang tepat untuk pertanyaan itu,... "Aku belum bisa memberikan hatiku pada siapa pun lagi,mungkin"


Kleeek….

Pintu putih bergaya eropa itu terbuka, menampilkan sebuah ruangan yang luas. Warna putih mendominasi ruangan tersebut, tembok,interior dll.

Naruto menaruh belanjaannya dimeja kaca yang terletah ditengah-tengah ruangan tersebut, sedangkan Sasuke langsung mengistirahatkan dirinya,di sofa putih susu disitu.

"Shi-Chan! Papa pulang!" Teriak Naruto memanggil putrinya.

Cukup beberapa detik setelah panggilan tersebut suara langkah kecil terdengar tengah menuruni tangga.

"Papa-Chan~~~"seorang bocah perempuan berlari kecil mendekat kepada sang Papa.

Naruto langsung mendekap anaknya.

Sasuke memperhatikan bocah kecil tersebut. Rambut pirang yang mirip dengan Naruto,namun lebih pucat. Kulitnya putih dan memiliki mata biru. 'Manis' pikirnya.

"Papa-Chan kok lama cih? Chi-Chan cape nungguin papa-Chan" Shion bergelanyut manja.

"Maaf yah sayang, papa tadi bertemu teman lama, jadi keenakkan ngobrol" Ucap Naruto mencium kening Shion.

"Teman lama?"

Naruto menganggukkan kepalanya. "itu dia teman papa" Naruto menunjuk Sasuke yang terus mengamati mereka.

Dengan perlahan Shion mengalihkan pandangannya kepada si tamu, mata biru kecil bertemu onyx, bertemu dalam diam.

"Namanya paman Sasuke" terang Naruto lagi.

"Ca-Cu-Ke" ulang Shion masih dengan memandang Sasuke. Tapi kini aura pandangannya berubah, menunjukkan ketidaksukaan.

"Hm, hai" Sapa Sasuke, mencoba untuk memberikan kesan yang baik. Tidak salahkan mencoba ramah kepada anak sahabatnya sendiri,alias anak orang yang dicintainya.

Shion menghiraukan sapaan Sasuke dengan langsung mengalihkan pandangannya kepada sang papa.

"Papa-Chan Chi-Chan lapal" eluhnya, mencoba menghilangkan keberadaan Sasuke.

Naruto yang mendapati perubahan sikap Shion merasa bingung, kemudian tersenyum kaku kepada Sasuke yang sepertinya merasa kesal dengan tindakan Shion. Sebenarnya bukan sepertinya lagi, tapi Sasuke benar-benar kesal!.

'Cabut kata pertamaku, dia tak manis sama sekali"geram Sasuke.

"Dobe! Ajarkan anakmu sopan santun"

"te-"

"Papa-KU bukan Dobe!" belum sempat Naruto berkata, Shion telah menyela. Shion menatap Sasuke tajam. Sasuke yang dipandangi pun membalas tatapan tersebut bukan dengan death glare andalannya,anak kecil tak pantas menerima tatapan itu, tapi dengan tatapan dingin tingkat medium bagi standar Uchiha bungsu tersebut. Hilang sudah sikap mencoba bersahabat dengan anak dari sahabatnya-orang yang dicintainya-.

"Su…sudahlah. Shi-Chan mau makan kan?" Naruto mencoba mencairkan suasana tegang tersebut.

Masih dengan perang tatapan dingin, Shion mengangguk.

"Sas, apa kamu mau makan bersama kami?" ajak naruto, mungkin saja dengan makan dalam satu meja, Sasuke dapat akrab dengan anaknya.

"Tidak boleh! Chi-Chan mau makan belcama Papa-Chan caja!" Shion dengan cepat menolak gagasan papanya.

"Shi-Chan!" gertak Naruto.

" Tidak apa-apa Naruto, aku juga masih ada kerjaan. Jadi tidak bisa berlama-lama disini" Ucap Sasuke.

Naruto menurunkan Shion, kemudian mengantar Sasuke sampai didepan pintu, sedangkan Shion tetap berdiri disana.

"Maaf yah Sasuke, tidak tahu mengapa Shi-Chan bersikap seperti itu"

"tidak apa-apa, mungkin kata orang itu benar, bahwa felling anak kecil itu kuat."

"Felling?"

Sasuke tersenyum kecil, kemudian mengacak-ngacak rambut pria yang lebih pendek darinya itu. "tidak ada apa-apa. Aku pergi dulu"

"I..iya" Jawab Naruto sedikit gugup. 'Sasuke tidak berubah, tangannya tetap besar(?) dan selalu hangat bagiku'

Sasuke melangkahkan kakinya menjauh dari apartemen nomor 212 itu. 'Sepertinya rival terberatku, iblis kecil itu'.

Setelah mengantar kerpergian Sasuke, Naruto langsung menuju ruang tamu, menatap anaknya yang masih berdiri disana dalam diam.

Naruto berjongkok mencoba menyaman tingginya dengan putrinya "Shi-Chan, Sikap seperti tadi tidak baik loh"

Shion menundukkan kepalanya, "Chi-Chan tau, tapi Chi-Chan tak cuka cama paman cacuke"

"Kenapa tidak suka?" Tanya Naruto bingung.

"Chi-Chan tidak tau" hening sebentar " tapi ketika melihatnya, wajah paman cacuke itu ceperti…"

"Seperti?" ulang Naruto penasaran.

"Hm…" Shion berpikir sejenak, mencoba mencari kata dari perbandaharan kata-kata yang ia tahu "iya…" ia menemukan kata yang tepat.

"Apa?" Naruto semakin penasaran tentang apa yang ada dalam benak anaknya tentang Sasuke.

"Ia cepelti… OLANG MECUM!" Jawab Shion bersemangat.

"Mesum?" Naruto sungguh tak percaya akan kata yang terucap dari bibir kecil Malaikat kecilnya ini.

"he-em… Mecum… Ia sepelti olang mecum… apa mulai cekalang Chi-Chan manggilnya olang mecum caja yah?"

'Putriku, dari mana kamu dapat berpikir Sasuke yang seperti itu mesum?'

'Olang mecum! Tak akan Chi-Chan bialkan kamu dekat-dekat cama Papa-Chan' Tekad Shion dalam hati.

Pertarungan seorang pria dengan seorang anak kecil telah dimulai!

*********^O^********

To Be continue…..

Ti..tidak percaya ini Multi-Chapter pertama ku!

Haaaaah…. *ngelirik fic diatas* masih banyak kesalahan'kan? Aneh! GaJe! pokoknya..pokoknya hancur! -_-

Hana masih perlu banyak belajar. Jadi mohon bimbingannya lewat ripiuuu….

Saran dan Kritik sangat diperlukan dalam perbaikkan fic beriktunya.

ARIGATOO…. *menundukkan Badan*

(REVIEW)