Naruto belongs to Kishimoto-sama

Alangkah baiknya jika terlebih dahulu, saya mengingatkan…

AU, semi-OOC, memiliki tingkat ke-gaje-an yang cukup dapat diperhitungkan…XDD

Selamat membaca…

.

.

Tiga Hari Mengejar Cinta

Seorang pria sedang duduk di ruang keluarga. Ia merasa diintimidasi oleh tatapan seluruh anggota keluarganya yang seolah mengatakan—ini demi masa depanmu, Sasuke.

"Ayolah, otouto-ku! Kau belum lagi mencoba, masa sudah menolak?" Itachi—kakak dari pria itu—berkomentar.

"Betul, Nak. Kaa-san minta kau pikirkan lagi. Hanya tiga hari. Percaya pada Kaa-san. Dalam tiga hari itu, kau pasti sudah menerimanya."

"Payah kau, Sasuke. Sakura kan cantik!" sambar Itachi sambil meninju kecil lengan Sasuke.

"Hn?" Sasuke sedikit menaikkan alis kanannya.

"Nama calon istrimu itu, Sakura. Sakura Haruno," tambah Tou-san nya—Fugaku Uchiha.

Semua mata Uchiha—kecuali Sasuke tentunya—melirik ke arah onyx Sasuke. Seolah melalui tatapan itu mereka meminta jawaban 'Ya' terlontar dari mulut Sasuke. Sasuke benar-benar tak bisa meolak. Apalagi melihat tatapan Kaa-san nya—Mikoto Uchiha—yang begitu lembut. Dan Sasuke tahu, ia memang tak bisa menolak.

"Baiklah. Hanya tiga hari. Setelah itu, aku berhak menentukan untuk melanjutkan atau membatalkan pertunangan ini," ucap Sasuke. Ia tatap Itachi, Fugaku, dan Mikoto secara bergantian.

"Tentu saja, Nak. Kaa-san rasa tiga hari cukup untuk membuatmu jatuh cinta pada Sakura-chan."

Sasuke hanya mengernyitkan alisnya sambil mengangkat bahu,"Entahlah."

Dalam hati Sasuke cukup penasaran. Apa yang menyebabkan Kaa-san nya begitu yakin bahwa ia akan jatuh cinta pada gadis itu—Sakura—hanya dalam waktu tiga hari.

Sasuke Uchiha, pria tampan berusia 22 tahun. Pengacara muda terkenal di Konoha. Pria yang kini harus menerima keputusan keluarganya—ditunangkan secara sepihak—yang membuatnya geram. Apalagi jika harus tinggal bersama degan calon istrinya selama tiga hari dalam rangka pendekatan.

.

.

Sakura menatap tak percaya pada ayah dan ibunya. Ia—Sakura Haruno—akan dijodohkan dengan pria yang sama sekali tak dikenalnya. Dan ia akan menghabiskan waktu selama tiga hari kedepan bersama pria itu dalam satu rumah.

'Ini gila!'

"Ayah, Ibu, apa tidak salah? Masa aku harus menghabiskan tiga hari ke depan bersama Sasuce, Sasure."

"Sasuke, sayang, namanya," potong ibunya.

"Yah, apapun namanya. Maksudku, apa ini semua tidak salah?—" Sakura mengatur nafasnya sebelum melanjutkan, "—Aku seorang gadis, Yah, Bu. Masa aku harus tinggal serumah dengan pria yang tak ku kenal?" Sakura membelalakan matanya, berharap yang diucapkan ayah dan ibunya hanya gurauan.

"Saku sayang, Ibu yakin Sasuke itu pria baik, Nak. Lagipula hanya tiga hari ko," bujuk ibunya.

"Ayah yakin, kau pasti akan menyetujui pertunangan ini setelah menghabiskan waktu tiga hari dengannya," ayahnya ikut menambahkan.

"Hufh…! Baiklah, hanya tiga hari. Setelah itu, aku berhak menentukan pilihanku sendiri. Bagaimana?" Tanya Sakura sambil menatap secara bergantian ayah dan ibunya.

"Ya, hanya tiga hari," jawab mereka serempak.

'Semoga Sasuke itu bukan maniak.'

Sakura Haruno, gadis cantik berusia 20 tahun. Mahasiswi kedokteran di Konoha University ini harus gigit jari menghadapi keputusan keluarganya. Ia akan ditunangkan dengan seorang pengacara muda—Sasuke Uchiha—yang bahkan wajahmu pun belum pernah ia lihat. Ditambah lagi dengan ide konyol yang didaulat sebagai 'cara pendekatan terbaik' yang mengharuskan mereka tinggal serumah selama tiga hari di Hokaido—villa Sasuke.

.

.

Kedua gadis itu sedang mengamati berbagai busana yang dipajang di manekin butik itu. Sang gadis yang berambut merah muda sedikit cemberut, raut wajahnya tampak tak senang sesuai dengan isi hatinya saat ini.

"Kau kenapa sih, Sakura?" Tanya gadis satunya yang berambut pirang—Ino. Dikibas-kibaskan tangannya ke depan wajah Sakura.

"Eh?—" Sakura terlonjak kaget, "—apa-apaan sih, Ino?" seru Sakura sambil menepis tangan Ino di hadapan wajahnya.

"Habisnya, kau tampak tak semangat sekali. Ada apa, eh, Jidat!" Tanya Ino.

Sakura menghembuskan nafasnya sebelum menjawab, "Ini tentang pertunanganku."

"Hah? Kau!—" tunjuk Ino ke arah Sakura, "—tunangan?"

"Berisik, Pig!" seru Sakura sambil mengusap-ngusap telinganya. Ia delikkan mata jadenya ke arah Ino.

"Hahaha… Maaf. Habis, beritamu membuatku terkejut!"

Sakura hanya cemberut mendengar jawaban Ino. 'Jangankan kau, aku juga kaget setenga mati,' batinnya.

"Hey, memangnya siapa pria beruntung yang menjadi calon suami, Nona Sakura?" ledek Ino.

"Entahlah, aku lupa namanya. Sasute, Sasupe, ah… Aku lupa," jawab Sakura acuh tak acuh.

Ino hanya tersenyum menanggapinya.

"Oh ya, aku mau ke toko buku dulu, ya!" Sakura langsung pergi meninggalkan Ino yang masih memilih-milih baju di butik.

"Baiklah. Hei! Jangan lama-lama! Aku tungggu kau di café Akatsuki!" seru Ino.

"Yeah!" terdengar jawaban Sakura sayup-sayup.

.

.

Sakura melihat-lihat buku-buku tentang kedokteran terbaru. Ia begitu tertarik dengan ilmu kedokteran sejak kecil. Setelah puas membeli beberapa buku yang ia anggap bagus, ia pindah ke seksi "Keluarga". Mulai dari buku tentang mendidik anak, panduan membuat suami semakin mencintai, sampai panduan di atas ranjang—yang membuatnya bergidik membayangkan isinya—ia lewati. Dan matanya menangkap sebuah judul yang sangat menarik perhatiannya.

"Cara Jitu Menolak Perjodohan"

Dengan cepat ia ambil buku itu. Tapi sayangnya, tangannya berbarengan dengan tangan seorang pria yang tampaknya juga ingin mengambil buku itu. Tak terelakkan, kedua tangan mereka memegang buku itu—yang sialnya tinggal satu-satunya—secara berbarengan.

Sakura tak mau mengalah, karena buku itu adalah salah satu jalan dimana ia bisa menemukan cara untuk membatalkan pertunangan konyolnya dengan pria pilihan keluarganya. Dan tampaknya si pria yang memegang buku itu pun tak kalah ngototnya mempertahankan buku itu.

Sakura memelototi pria itu, berharap pria itu takut dan melepaskan buku yang dipegangnya. Tapi pria itu balik memelototinya, membuat ia geram bukan kepalang.

"Apa kau lihat-lihat?" sembur Sakura.

"Hn?" Pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya menjawab pertanyaan Sakura.

"Lepaskan buku itu!" pinta Sakura dengan nada suara yang sudah mencapai satu oktaf.

"Tidak akan," ucap pria itu masih mempertahankan pegangannya pada buku itu.

"Aku yang lebih dulu menemukan buku ini!"

"Tapi aku yang lebih dulu mengambilnya," pria itu dengan santai membalasanya.

"Tidak. Kau harus melepaskan buku ini. Aku ingin membelinya," Sakura tetap ngotot mempertahankan buku itu.

"Aku juga ingin membelinya," balas pria itu.

"Tidak! Pokoknya buku ini milikku!"

Emerald bertemu onyx, saling mengintimidasi lewat tatapan.

'Sial, cewek ini ngotot banget sih!' gerutu pria itu—Sasuke dalam hati.

'Hufht… Cowok rese! Masa nggak mau ngalah sih sama cewek!' batin Sakura.

Tarik-tarikan buku masih berlangsung dengan seru. Sakura mempertahankan pegangannya, begitu juga dengan Sasuke. Tak ada satu pun yang mau mengalah. Masalahnya buku ini adalah salah satu jalan dimana mereka bisa menemukan cara untuk membatalkan pertunangan mereka. Tak sadar, bahwa yang di hadapan mereka adalah calon tunangan masing-masing.

"Punyaku!"

"Hn?"

"Milikku!"

"Hn?"

"Punyaku! Milikku!"

"Hn? Hn?"

Bretttt….

Suara indah itu terdengar dari buku yang sedang mereka perebutkan. Indah mengalun membuyarkan mimpi kedua anak manusia yang berharap banyak pada buku itu.

Sasuke yang menyadari tak ada gunanya lagi memperebutkan buku yang sudah robek itu dengan segera melepaskan buku itu.

"Nih, buatmu saja!" ucapnya sambil pergi meninggalkan Sakura yang masih tercengang akibat sobeknya buku itu.

Satu detik… Dua detik… Tiga detik…

"Enak saja! Kau tidak boleh pergi!" Sakura mengejar Sasuke yang sudah jauh di depannya.

"Apa lagi sih?" gerutu Sasuke sambil membalikkan badannya.

"Kau tidak boleh lari dari tanggung jawab!" tunjuk Sakura tepat ke wajah Sasuke.

"Eh? Tanggung jawab? Memangnya aku mengamilimu?" ejek Sasuke sambil memamerkan seringai tampannya.

Gezzz…

Ingin rasanya Sakura menjambak rambut model pantat ayam pria di hadapannya.

"Menyebalkan!"

.

.

Sakura benar-benar benci hari ini. Gara-gara ulah si pantat ayam, ia harus mengganti buku yang suda robek itu. Ingin rasanya ia menjejalkan sobekan buku itu ke mulut si pantat ayam itu. Dan kesialan itu terus berlanjut sampai keesokkan harinya. Dimana ia harus bertemu untuk yang pertama kalinya dengan tunangannya.

Tokk… Tokk… Tok…

Sakura mengetuk pintu di hadapannya dengan perasaa cemas.

'Kami-sama, semoga Sasukecap itu bukan seorang maniak,' doa Sakura.

Ceklek… Pintu terbuka dan….

"Kau!" teriak Sakura setelah menyadari pria yang membukakan pintu untuknya.

"Tidak menerima gelandangan," komentar pria itu lalu menutup pintu rumahnya.

Brukkk…

'Oh.. Kami-sama, jangan katakan kalau pria itu adalan tunanganku!'

"Hey, buka pintunya, baka!" teriak Sakura dari depan villa Sasuke.

"Sudah ku bilang, aku tidak menerima gelandangan!" jawab Sasuke dari dalam.

"Aku bukan gelandangan!"

"Mana ada gelandangan ngaku!" balas Sasuke.

'Baka Sasukecap! Liat saja kau!' batin Sakura. Dan ia segera melaksanakan misi emas nya.

"Tolong~~~~! Saya diusir sama suami saya! Hikss… Padahal saya sedang hamil muda… Hikss…!" Sakura beracting di depan villa Sasuke.

Suaranya yang cukup keras mampu didengar Sasuke dari dalam.

"Sinting," komentarnya.

"Hikss… Hikss… Suami saya memang kejam, dia sama sekali tidak memikirkan saya dan bayi kami. Hikss…" Sakura semakin memperkeras suaranya, membuat Sasuke risih. Hanya saja, Sasuke tak mau ambil pusing.

Tapi saat ini, Sasuke harus ambil pusing, karena sekarang banyak ibu-ibu di sekitar villanya yang berdemo di depan villa—tentu saja karena kelakuan Sakura.

"Buka! Buka! Buka, pintunya!" riuh suara itu terdengar dari depan villa Sasuke.

"Arghh…! Ada apa sih?" gerutu Sasuke.

Ia segera menuju pintu depan vila-nya dan mendapatkan kejutan saat membukanya. Tampak di adapannya sekitar 10 orang ibu-ibu dan nenek-nenek berkumpul di depan villa. Dan tentu saja, artis utama kita—Sakura Haruno—ada di tengah-tengah mereka.

"Kau, anak muda! Apa tidak kasihan melihat istrimu? Ayo cepat bawa istrimu masuk!" omel seorang nenek sambil menjewer kuping Sasuke.

"Eh? Hei, dia bukan—"

"Nenek~~! Terimakasih. Hikss… Suami saya ini memang harus diberi pelajaran!" potong Sakura cepat.

"Kau—"

"Nenek~~! Dia ingin memukul saya," lagi-lagi Sakura memotong perkataan Sasuke. Sakura berlindung di balik nenek itu sambil menjulurkan lidahnya ke arah Sasuke—tentu saja tak terlihat oleh ibu-ibu dan nenek-nenek yang ada di sana.

"Kau ini! Ayo cepat, minta maaf pada istrimu! Jaga istri dan anakmu baik-baik! Jangan berlaku kasar pada istrimu!" omel nenek itu masih sambil menjewer telinga Sasuke.

'Sial! Gadis ini benar-benar pembawa sial!' gerutu Sasuke dalam hati.

"Aku bukan suaminya!" seru Sasuke.

"Huee~~~! Nenek, lihat, sekarang ia malah tak mengakuiku? Hikss… Betapa malang nasibku, Nek!" isak Sakura.

"Ssst… Sudah jangan menangis," hibur ibu-ibu yang menonton kejadian bak adegan opera sabuh gratis di hadapan mereka.

"Kau ini, dasar suami tak bertanggung jawab! Sekarang malah tak mau mengakui istrimu!" omel nenek itu lagi.

"Argh!"

Sasuke menyerah, ia tak punya pilihan selain berpura-pura menjadi suami Sakura.

'Lihat saja pembalasanku, pinkie!'

"Baiklah! Nah istriku, ayo masuk!—" Sasuke merangkul Sakura dan menariknya ke dalam villa, "—terimakasih atas perhatiannya, Nek!"

Brukk… Pintu pun ditutup.

Sakura masuk ke ruang tengah dan tertawa terbahak-bahak. Ia puas telah mengerjai si pantat ayam—Sasuke Uchiha. Ia sandarkan tubuhnya pada sofa di ruang tengah villa Sasuke—masih terus terbahak—tak memedulikan tatapan sinis Sasuke.

"Haaahahaha… Kau harusnya liat betapa jeleknya wajahmu tadi, pantat ayam!" ejek Sakura.

Sasuke hanya menatap Sakura dengan pandangan tak suka. Dan ia tahu, kini saatnya membalas nona muda di hadapannya. Ia dekati Sakura secara perlahan. Sampai akhirnya kini ia tepat berada di hadapan Sakura. Sakura yang terkejut hanya mampu berkata,

"Ma—mau apa kau?"

"Eh? Bukankah kau bilang kau adalah istriku?—" Sasuke menyeringai dan semakin mendekati Sakura, wajah mereka hanya tinggal beberapa centimeter, "—lalu apa yang kira-kira diingini suami dari istrinya?"

Dan Sasuke tahu, ia berasil membalas Sakura.

"Kyaaa~~~! Mesum!"

TBC

Catatan Kecil:

Fic ini hanya sebagai pemuas nafsu saya yang membayangkan Sasuke dan Sakura tinggal dalam satu atap.*kicked*XDD

Ga akan dibuat dengan chap panjang ko. Mungkin hanya dua atau tiga chap. Hehee… Mengingat saya masih banyak hutang apdetan…

Maaf, karena sifat jelek saya, saya masih belum mengapdet fic-fic saya yang lain…

Terimakasih sudah bersedia membaca sampai disini..

Minta ripiu donk?#plakk..XD

Jaa~~

Aya^^07082010