.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
Out of Character here/Many/Mistakes/ Story from me.
Rate; T
Romance, Humor and Family
.
.
.
Aishiteru Naru-nii
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
Terlihat sebuah keluarga kecil yang sedang berkumpul didepan gerbang milik keluarga Haruno.
"Sasori, Tolong jaga Sakura dan Sara untukku!" Ucap seorang pria tua.
"Baik kek... Aku berjanji" Jawab pemuda yang dipanggil Sasori tadi.
"Sakura kemarilah!" Gadis yang dipanggil itu pun datang menuju tempat dimana sang kakek berdiri.
"Jangan pernah membuat masalah selama aku pergi...!" Ia berkata sambil membelai rambut pink sang cucu.
"Akan aku usahakan" Setelah mengatakan hal tersebut Sakura langsung memeluk sang kakek.
"Kakek..." Panggil seorang gadis cilik berambut merah sepunggung.
"Kau juga jangan nakal Sara, Jangan selalu membuat Sakura-nee kesal... Mengerti sayang!" Lelaki tua itu berkata sambil melepas pelukan terhadap Sakura. Ia berjongkok dan merentangkan kedua tangan.
"Baik kek" Gadis kecil tersebut melompat kearah gendongan nya.
"Kakek jaga diri baik-baik disana!" Sara meletakan kepalanya dibahu sang kakek.
Ia tersenyum lalu berkata. "Iya sayang"
"Jemputan sudah datang" Ucap Sasori. Lelaki tua tersebut segera menurunkan Sara dari gendongannya.
"Baiklah cucu-cucuku, Kalau begitu aku pergi dulu... Jaga diri kalian baik-baik.!"
"Baik kek" Jawab mereka bertiga serentak.
"Silahkan masuk tuan" Supir itu membuka pintu mobil dan mempersilahkan sang tuan untuk masuk. Seorang pelayan tengah sibuk memasukan barang-barang milik lelaki tua itu kedalam bagasi.
Ia berjalan meninggalkan ketiga cucunya lalu segera memasuki mobil.
"Apa semuanya sudah beres?" Tanyanya kepada supir itu.
"Sudah tuan" Jawab supir tersebut dengan sopan.
"Bagus... Ayo kita berangkat sekarang!" Perintahnya sambil memasang sabuk mengaman.
"Baik tuan" Mobil pun mulai berjalan. Sakura dan Sara melambaikan tangan kepada Sang kakek yang dibalas dengan senyuman olehnya. Dan setelah itu mobil tersebut melesat dari kediaman Haruno.
"Temanku dari kyoto akan menginap disini selama menjelang selesai KKN, Aku sudah minta izin kepada kakek..." Sakura menoleh kearah Sasori.
"Lalu?"
"Kau harus bersikap sopan kepadanya!"
"Asalkan dia tidak mengangguku seperti temanmu yang keriput waktu itu"
"Kali ini kau yang akan mengganggunya"
"Itu tidak akan terjadi"
"Benarkah..."
"Ya"
"Dia tampan loh..."
Gadis itu melipat tangan didada. "Aku tidak akan tergiur"
"Kau yakin!?" Sasori mengerling jahil kearah Sakura.
Masih dengan sikap angkuhnya Sakura menjawab."Tentu saja"
"Apa kau benar-benar yakin!?"
"Berisik... Ayo Sara kita masuk kedalam!" Sakura menggandeng tangan mungil Sara lalu mereka berdua berjalan meninggalkan Sasori.
"Awas Sara kau akan dihajar oleh Monster pink itu..." Ia terkekeh dan sedikit berteriak untuk memperingati sang adik kecil.
'Duakkh...'
Sakura melempar wajah imut Sasori dengan sandal yang ia kenakan.
"Aawww..." Sasori meringis sambil memegang pipinya yang terasa pedas akibat lemparan maut dari Sakura. Sara yang melihat kejadian itu hanya bergidik ngeri.
.
.
.
"Hallo Naruto!?" Sasori memanggil nama seseorang dari seberang telepon.
"Ya hallo"
"Kau sudah sampai dimana?"
"Aku sekarang sudah sampai dibandara"
"Tunggu saja disana... Aku akan segera menjemputmu!"
"Baiklah"
Sambungan telah diputus. Sasori meraih jaket yang ia sampirkan disofa lalu ia meraih kunci mobil yang tergeletak dimeja.
"Nii-chan kau mau kemana?" Tanya seorang gadis bubble gum.
"Aku akan pergi kebandara untuk menjemput temanku" Jawab Sasori yang sedang sibuk memakai sepatu.
"Owh" Setelah selesai, Sasori segera beranjak dari duduknya lalu ia pamit kepada sang adik.
"Aku pergi dulu"
"Pergilah"
Sasori mengerutkan alis mendengar balasan dari Sakura. "Kau seperti mengusirku?!"
"Aku memang sedang mengusirmu"
"Kau!?"
"Apa!?"
"Dasar monster pink"
"Saos tiram"
"Jidat lebar"
"Bayi besar"
"Dada rata"
"Cebol"
"Aku tidak cebol"
"Kau lebih rendah dari Itachi-nii"
"Pinky jelek"
"Sarang burung jelek"
"Apa yang membuatku seperti sarang burung!?"
"Rambutmu"
"Pembuat masalah"
"Kau tidak jadi menjemput temanmu!?" Ucap Sakura menyadarkan Sasori dari kelalaiannya.
"Astaga..." Sasori terkaget sambil menepuk jidat.
"Kau sudah membuatnya menunggu lama"
"Itu gara-gara kau!" Sebelum melangkah jauh Sasori mengatakan sesuatu kepada Sakura.
"Aku pergi dulu, Jaga Sara baik-baik!"
"Baiklah Saos"
"Sial" Setelah itu Sasori segera pergi.
.
.
.
Seorang pemuda berambut pirang tengah duduk dikursi. Ia menggendong ransel hitam dan membawa koper kecil. Pemuda itu sedang menunggu teman kuliahnya yang akan datang menjemputnya.
"Naruto..." Ia menoleh dan mendapati Sasori yang terengah-engah sehabis berlari. Bangit dari duduknya lalu ia mendekati Sasori dan memegang bahu pemuda tersebut.
"Kau kenapa?"
"Aku tidak apa-apa... Apa kau sudah lama menungguku?"
"Sekitar satu setengah jam"
"APA!?"
"Hahaha... Aku hanya bercanda"
Sasori menarik nafas lega. "Syukurlah"
Ia merangkul bahu Naruto."Ayo pulang... Pasti kau merasa lelah karena perjalanan jauh"
"Kau selalu mengerti diriku Sasori" Ucap Naruto sambil berjalan dan menarik koper kecil miliknya.
"Kitakan teman"
"Yeah kau benar" Mereka berdua keluar dari bandara sambil di iringi tawa dan saling melempar tinju dengan pelan.
.
.
.
"Nee-chan...!" Panggil gadis kecil kepada Kakaknya yang sedang fokus dengan layar ponsel.
"..."
"Nee-chan dimana Sasori-nii?"
"..." Pandangan Sakura masih setia didepan ponsel tanpa menghiraukan adik kecilnya. Merasa tidak di acuhkan, Sara melompat naik keatas kasur Sakura lalu ia merebut ponsel sang kakak.
Tak ayal, Perempatan pun muncul didahi lebar Sakura. "Apa yang kau lakukan?!"
Suara geraman seperti monster terdengar jelas ditelinga Sara hingga membuat bocah berumur lima tahun itu menciut seketika. "Di–dimana Sasori-nii...?" Suara bocah cilik itu mengecil tidak seperti sebelumnya yang sedikit tinggi.
Sakura merampas dengan kasar ponsel tersebut dari tangan Sara.
"Dia sedang pergi menjemput temannya... Jangan ganggu aku, Keluar kau sekarang!" Perintah Sakura dengan wajah garang. Sara melompat turun dari kasur lalu ia berlari meninggalkan
kamar Sakura.
#
"Dia mengerikan sekali" Bocah cantik itu bergumam sambil menggerakan kaki mungilnya menuruni tangga.
Setelah sampai dibawah ia mendengar suara orang sedang berbicara didepan pintu.
"Sepertinya Sasori-nii sudah pulang" Gadis cilik tersebut segera berjalan menuju pintu masuk.
Ia membuka pintu tersebut dan langsung mendapati Sasori berdiri disana.
Ia terpaku melihat melihat pemuda pirang yang berdiri disebelah Sasori.
"Sara!?" Sasori nenyadarkan keterpanaan Sara terhadap Naruto. Ia tersentak mendengar namanya dipanggil. "E–eh Nii-chan"
"Kau kenapa?" Sang kakak menatapnya dengan penuh heran.
"Aku tidak apa-apa" Jawab Sara sambil tersenyum semanis mungkin dihadapan Naruto.
"Perkenalkan Naruto, Nama dia Sara, Adikku yang paling kecil"
Naruto berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka. Ia tersenyum lalu menyapa Sara.
"Hai cantik" Gadis cilik itu tersipu malu melihat wajah tampan Naruto yang hanya berjarak beberapa meter darinya.
"Hai juga Nii-san" Ia merunduk dengan wajah memerah sambil memainkan kedua jari telunjuknya.
"Ayo masuk!" Sasori menghentikan perkenalan mereka dan itu berhasil membuat Sara memanyunkan bibirnya. Ia masuk terlebih dulu lalu di ikuti oleh Sara dan Naruto dari belakang.
"Aku akan mengantarkanmu ke kamar" Sasori membawakan koper Naruto ke kamar atas.
Pemuda imut itu berhenti disalah satu kamar. Ia membuka pintu tersebut dan berkata "Kau bisa tinggal dikamar ini selama kau mau"
"Terimakasih Sasori" Ia hanya tersenyum membalas ucapan Naruto.
"Ayo Sara kita pergi, Naru-nii butuh istirahat" Ajak Sasori kepada Sara yang dibalas anggukan oleh bocah itu.
"Naruto, Aku pergi dulu" Setelah pamit, Sasori segera pergi dari situ. Sara melompat kepunggung pemuda itu.
"Ooch... Badanmu berat sekali"
"Kau terlalu berlebihan Nii-chan"
"Itu kebenaran Sara!" Dua bersaudara itu terus bersuara disepanjang jalan.
Naruto masuk dan menghidupkan lampu kamar. "Sebaiknya aku mandi dulu" Pemuda pirang itu segera membongkar kopernya untuk mencari handuk. Setelah menemukannya ia langsung melesat ke kamar mandi.
.
.
.
Sakura keluar dari kamar ketika haus melandanya. Ia terhenti saat melihat pintu kamar tamu sedikit terbuka. Gadis tersebut merasa heran, Bagaimana bisa pintu itu terbuka jika tidak berpenghuni. Mendekati pintu tersebut lalu ingin menutupnya, gerakannya terhenti saat menyadari lampu diruangan itu menyala. Merasa penasaran, ia segera membukanya.
"Nii-chan! apa yang ka—"
Sakura terperangah melihat pemuda asing berdiri disana. Bibirnya membentuk huruf O.
Rambut pirang basahnya, Dada bidang dan perut six pack yang membuatnya terlihat sexy menggiurkan.
Hijau zambrutnya mengikuti tetesan air yang mengalir kebawah, hingga tanpa sadar matanya sudah tertuju kearah bawah yang terlindungi oleh handuk putih. Wajahnya memerah membayangkan sesuatu yang tersembunyi dibalik sana.
Naruto merasa heran melihat gadis pink itu berdiri diambang pintu dengan gaya yang tidak elit. Tangan memegang kenop pintu, sebelah kaki yang menjulang kearah kamar. Darah segar mengalir dari hidung dan rona pekat terhias di kedua pipi gadis tersebut.
"Nona!?" Panggil Naruto terhadap Sakura yang sibuk dengan pikirannya.
'Aku ingin menyentuh 'Itu'...' Sakura membatin gila.
"Nona!?" Sekali lagi Naruto menyadarkan gadis itu.
"Eeehh–..." Respon Sakura. "Kyaaaaaaaa"
'Blamm...'
Ia berteriak dan membanting pintu kamar.
"Aneh?" Naruto bergumam sambil mengeringkan rambutnya.
Sudah terlambat untuk menyadari. Sakura merasa sangat malu karena terus memperhatikan pemuda pirang tersebut. Ia menyenderkan punggung di dinding dengan tangan menangkup kedua pipi.
"Stupid..." Sakura merutuki kebodohannya sendiri. Ia terdiam senejak. "Nii-chan" Tanpa fikir gadis itu segera menuruni tangga lalu pergi menuju dapur.
#
"Sara, Dimana Sasori-nii?" Tanya Sakura kepada sang adik kecil. Sara mengacungkan telunjuknya kearah Sasori yang sedang membelakangi mereka. Ia tengah sibuk membuat sesuatu.
Sakura mengerti, Gadis itu duduk diatas meja makan.
"Siapa yang menempati kamar tamu?"
"Naruto-Niisan"
"Siapa dia?"
"Teman Nii-chan yang datang dari Kyoto"
"Owh" Respon Sakura.
Sasori datang sambil membawa dua gelas coklat panas di tangannya. Pemuda itu meletakkan air tersebut disamping Sakura duduk.
"Turun!" Perintahnya. Dengan tatapan malas yang mengarah ke Sasori, Sakura turun dengan ogah-ogahan dari meja tersebut. Tangannya terjulur mengambil minuman hangat yang dibuat oleh Sasori.
"Terimakasih untuk cok—" Pemuda baby face tersebut merebut kembali coklat panas dari tangan Sakura.
"Ini bukan untukmu" Ujarnya seraya menaruh kembali ke meja.
Dengan bibir mengerucut Sakura bertanya. "Lalu untuk siapa?" Sang kakak menujuk seorang pemuda pirang yang sedang berjalan menuju dapur, tempat mereka berkumpul.
Sakura gelagapan melihat Naruto semakin dekat kearah mereka.
"Selamat malam..." Sapa Naruto dengan ramah.
"Selamat malam juga Nii-san" Dengan semangat menggebu Sara membalas sapaan Naruro.
"Selamat malam juga Naruto" Balas Sasori dengan senyuman bertengger di wajahnya. Ia melihat Sakura yang membatu ditempat lalu menegurnya. "Sakura!?"
"Ee–ehh ad–ada apa?" Tanya Sakura sedikit gagap.
"Kau tidak berkenalan?" Sasori memandang bingung Sakura.
Naruto menyodorkan tangan kepada Sakura, Ia tersenyum dan berkata. "Namaku Naruto Namikaze" Sakura menerima tangan pemuda itu dengan malu-malu.
"Na–namaku Sakura Haruno" Ucapnya dengan nada lembut. Duo bersaudara disana sweatdrop melihat perubahan drastis Sakura.
'Setan apa yang merasukinya?' 'Sakura-nee kenapa?' Mereka berdua membatin.
Sakura menarik kembali tangannya. Ia merunduk guna menyembunyikan rona di wajah cantiknya. Sasori dan Sara double sweatdrop dengan sikap aneh Sakura.
Naruto terkekeh geli, Menurutnya sikap Sakura sangat manis.
"Ak–aku ke kamar dulu" Pamit Sakura dengan sopan.
"Silahkan" Naruto tersenyum ketika Sakura melaluinya. Gadis tersebut menjadi salah tingkah melihat wajah tampan Naruto yang sedang tersenyum kepadanya.
Naruto menarik kursi lalu ia duduk dihadapan Sasori dan Sara. Setelah bangkit dari sweatdrop Sasori menarik coklat panas dan memberikannya kepada Naruto.
#
"Kyaaaa dia tampan sekali..." Sakura meloncat-loncat seperti anak kecil diatas kasur. "Aku harus memilikinya" Ia berujar dengan dengan penuh keyakinan. "Tapi... Apakah dia sudah punya kekasih?" Gadis tersebut duduk bersilah dengan pose berfikir. "Aku tidak peduli" Ia merebahkan diri, Pandangannya tertuju kearah langit-langit kamar. "Naru-nii harus menjadi milikku seutuhnya" Bibirnya melengkung keatas dengan bentuk seringai.
#
"Besok aku ada urusan dengan temanku... Bisakah kau menolongku?" Ujar Sasori kepada pemuda pirang yang sedang menyeruput minuman hangat.
"Tentu saja, Apa yang bisa kubantu?" Tanya Naruto sambil meletakkan gelas di atas meja.
"Aku harus berangkat pagi sekali, Deidara yang akan menjemputku besok... Kalau tidak keberatan tolong antarkan Sakura dan Sara ke sekolah"
"Hanya itu?" Sasori mengangguk mengiyakan.
"Dengan senang hati"
"Horeeee... Aku akan pergi sekolah dengan Naru-nii besok" Sara mengangkat kedua tangannya dengan wajah bahagia. Kedua pemuda itu hanya tersenyum.
.
.
.
'Cklekk...'
Seseorang membuka pintu kamar Sakura. Kepala merah menyembul dari luar pintu, Matanya tertuju kearah Sakura yang tertidur pulas. Sara masuk mendekati Sakura, Ia berniat membangunkan sang kakak.
"Nee-chan!" Tangan mungilnya mengguncang tubuh Sakura.
"Enghh–" Racau Sakura, Ia menarik selimut untuk membungkus dirinya.
"Nee-chan... Kau tidak berangkat sekolah?"
Masih dengan mata terpejam Sakura menjawab. "Malas"
Sara memasang wajah sedih dengan penuh arti. "Sayang sekali... Padahal Naru-nii sudah menunggumu untuk berangkat barsam—" Kalimat Sara terhenti ketika Sakura menyibak selimut tebal yang membalut tubuhnya. Gadis pink tersebut segera berlari ke kamar mandi. Tidak lama kemudian terdengar suara air mengucur dari dalam sana.
"Sudah ku pastikan ini akan berhasil" Sara berkata sambil berjalan meninggalkan kamar bercorak bunga Sakura tersebut.
.
.
.
To Be Continue...
#
#
Akhirnya dapat juga ide untuk bikin fic ini. #Gknanya
Lanjut apa enggak yah #Mikirkeras ... Hahaha jangan menatapku seperti itu, Tenang saja, Aku ini adalah seorang Author yang bertanggung jawab kok... Bisa gk bisa akan aku usahakan untuk tidak mengecewakan para pembaca #Banyakbacot
Ok itu saja, Sekarang waktunya untuk pergi
Bye Bye...
