Author : KekeMato2560

.

Title : Dreams

.

Genre : Yaoi/Angst

.

Main Cast :

Jung Daehyun

Choi Junhong

Other Cast :

B.A.P's Members

.

Summary : "Kau berada didalam mimpimu sendiri.. dan aku? Kau bisa memanggilku D" / "Cinta? Yang ku tahu cinta itu awal dari sebuah kehancuran" / "Untuk apa aku minum obat? Bahkan benda menjijikkan itu tidak membantuku untuk memperpanjang umurku! Minum obat atau tidak aku akan segera mati!"

Warning : This is yaoi fanfiction. Typo! OOC! NO PLAGIARISM!

.

~Dreams~

.

"Dimana aku? Dan.. Siapa kau?"

"Kau berada didalam mimpimu sendiri.. dan aku? Kau bisa memanggilku D"

"D? Namamu D?"

"Ya.."

"Lalu? Kenapa kau berada dimimpiku umh.. D-ssi?"

"Panggil aku D saja. Aku disini.. Untuk menuntunmu pada takdirmu.."

"Mwo? Menuntunku pada takdirku? Aiss! Lelucon macam apa itu? Ahahaha.."

"Berhenti tertawa.. Aku harus pergi, dan kau harus bangun.. Sampai bertemu lagi Choi Junhong"

"YA! Ya! Jangan pergi dulu hey!"

Brak!

"CHOI JUNHONG KELUAR KAU DARI KELASKU SEKARANG JUGA!"

.

~Dreams~

.

"Berhenti tertawa Jongup hyung! Kau benar-benar menyebalkan"

Jongup menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Berusaha menghentikan tawanya yang sejak tadi tidak bisa dihentikan. Ia melirik ke arah sahabatnya yang sedang merengut kesal.

"Hehehe.. maafkan aku. Kejadian tadi itu benar-benar lucu. Bisa-bisanya kau tertidur dikelas pada pelajaran pak Kim dan parahnya kau terjatuh pula. Kau tahu kan pak Kim itu paling benci dengan murid yang tertidur dikelasnya"

Choi Junhong hanya memutar bola matanya malas. Sejak kejadian tadi moodnya memburuk. Ia menyeruput jus buah yang tadi ia pesan dengan cepat. "Diam atau aku akan melempar gelas ini ke wajahmu Moon Jongup"

Jongup memilih untuk diam. Ia tidak mau mengambil resiko. Walaupun wajah Junhong terlihat manis dan polos, tapi siapa sangka sifat asli Junhong sangatlah menyeramkan. Temannya ini tidak akan segan-segan melemparkan gelas ke wajahnya. Dan ia tidak mau itu sampai terjadi.

"Kau.. bermimpi apa sampai terjatuh seperti itu?"

"Bukan urusanmu! Sudahlah lupakan. Ayo kita kembali ke kelas. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi"

.

~Dreams~

.

"Yak! Disini kau rupanya.. kau harus bertanggung jawab!"

"Bertanggung jawab untuk apa? Kau tidak sedang hamil kan Choi Junhong?"

Wajah Junhong merah padam. Ia menatap tajam pada sosok pria yang sedang duduk dihadapannya ini. Dengan kasar ia duduk disamping pria tadi.

"Gara-gara kau aku diomeli oleh pak Kim!"

"Hey, bukan salahku kan? Siapa suruh kau tertidur dikelas. Dasar bodoh"

Ingin rasanya Junhong mencekik pria disampingnya ini. Apa tadi dia bilang? Bodoh?! Sungguh menyebalkan. Mengambil nafas pelan untuk meredakan amarahnya.

"Sudahlah lupakan! Apa ini didunia mimpi lagi?"

"Menurutmu?"

"Aku bertanya padamu D! Cukup jawab pertanyaanku"

Pria yang dipanggil D hanya terkekeh pelan. Ia menganggukkan kepalanya sekali. "Kau galak dan cerewet.. Sangat tidak cocok dengan wajahmu yang manis dan polos itu.. ck, sepertinya Tuhan salah menyatukan raga dan jiwamu.."

"Ya ya ya.. terserah apa katamu.. aku lelah berdebat dengan pria menyebalkan seperti mu.."

Hening. Junhong memilih untuk diam. Ia tidak mau berdebat lagi. Ia sudah lelah.

"D, apa kau tahu apa itu cinta?"

D mendongakkan wajahnya, menatap lurus kearah langit yang berhiaskan bintang-bintang. Ia tersenyum tipis. Sangat tipis, bahkan Junhong tidak bisa melihat senyuman itu.

"Cinta? Yang ku tahu cinta itu adalah awal dari sebuah kehancuran"

Junhong mengernyit bingung. "Kehancuran? Kenapa harus kehancuran? Yang kudengar cinta itu sangat menyenangkan. Dua orang yang bersatu karna saling mencintai. Menjaga satu sama lain dan berjuang untuk mempertahankan cinta mereka sampai akhir.. itu yang kudengar dari orang-orang. Bukankah itu sangat keren?"

"Bocah bodoh, Cinta yang seperti itu hanya ada didunia dongeng. Kau itu hidup di dunia nyata. Dan kenyataan itu biasanya tidak seperti yang kita harapkan"

Junhong mengangguk. Membenarkan perkataan pria disampingnya ini. Memang terkadang dirinya pun benci dengan kenyataan yang ada.

"Apa kau pernah jatuh cinta?"

"Tidak. Apa itu harus?"

"Tentu saja harus D! Kau membutuhkan cinta untuk kelangsungan hidupmu.." Junhong berkata sambil tersenyum lebar. Ia menatap pria disampingnya yang masih saja betah menatap langit.

Tawa sinis keluar dari bibir D. Matanya yang tadi memancarkan kelembutan berubah menjadi tatapan mata yang tajam. Ia menyeringai. Sedikit membuat Junhong merasa takut.

"Kelangsungan hidup? Cih.. Bahkan hidupku tidak akan lama lagi"

"A-apa? Apa yang kau katakan barusan?"

D berdiri dari duduknya. Ia membelakangi Junhong. Mengangkat sebelah tangannya sebagai salam perpisahan.

"Terlalu banyak pertanyaan untuk malam ini.. kau harus segera bangun.. Sampai jumpa"

"YA!"

"YA!"

Tersentak kaget mendengar teriakannya sendiri. Mata yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka. Ia tercekat. Lagi-lagi mimpi itu. Siapa sebenarnya pria yang berada didalam mimpinya?

"Aku harus memberitahu Jongup tentang mimpi itu.. Aiss lelucon macam apa ini! Membuat kepalaku berdenyut sakit saja.."

Bergegas bangun dari tempat tidur dan langsung melesat kedalam kamar mandi. Ia harus cepat mencari tahu siapa pria itu.

.

~Dreams~

.

"Lalu? Apa kau mengingat wajah pria itu Junhong-ah?"

Junhong menggeleng lemah. Ia lupa. Setiap kali ia terbangun ia langsung melupakan wajah pria itu. Dengan lemas ia menatap jalanan kota Seoul yang selalu ramai. Ia dan Jongup sekarang sedang berada disebuah restoran dipusat kota Seoul.

Jongup menepuk jidatnya. Pelipisnya ikut berdenyut nyeri saat sahabatnya ini selesai menceritakan semua mimpinya. Awalnya ia mengacuhkan cerita Junhong. Menurutnya itu hanya bunga tidur. Mimpi itu tidak nyata bukan?

Tapi siapa sangka sahabatnya ini malah menganggap mimpi itu nyata dan bertekad mencari tahu siapa pria yang muncul dimimpinya. Mau tidak mau Jongup harus mengiyakan keinginan sahabatnya ini.

"Tidak ada harapan.. Mungkin pria itu hanya tokoh fiksi.. Kuingatkan, sebaiknya kau jangan terlalu sering membaca cerita dongeng.."

Junhong mendelik marah. Ia menatap tidak senang kearah Jongup. "Itu seperti nyata! Yasudah kalau kau tidak mau membantuku! Pergi sana!"

Jongup memasang wajah masamnya. Sahabatnya ini memang orang paling keras kepala yang pernah ia kenal. "Baiklah baiklah.. Sekarang? Apa yang harus kulakukan untuk menemukan pria itu?"

"Tidak tahu.."

'Dasar batu bodoh..' Jongup mengumpat kesal dalam hatinya.

.

~Dreams~

.

Sudah dua minggu ia dan Jongup mencoba mencari pria yang bernama D itu, namun tidak pernah mendapatkan hasil. Dan sudah dua minggu juga Junhong terus-menerus memimpikan pria itu. Terakhir kali ia bermimpi tadi malam. Dan didalam mimpinya itu mereka membahas soal penyakit mematikan.

Entah apa maksud dari mimpi itu. Ia sendiri sampai sekarang tidak pernah mengerti. Penyakit mematikan dan umur yang tidak panjang lagi.

"Siapa dia sebenarnya?"

Mengedarkan pandangannya kesekitar dan Menghela nafas berat. Ia bosan berada disini. Berada diruangan yang baunya sangat Junhong tidak suka. Bau obat, bau khas Rumah sakit.

Dua hari yang lalu ia dilarikan kerumah sakit karna mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dari tangga sekolahnya. Sungguh sial nasibnya saat itu. Mendapat lima jahitan dikepalanya dan patah tulang dibagian kaki sebelah kanan. Great! Sekarang ia harus mendekam disini selama satu minggu.

"Lima hari lagi.. lima hari lagi aku akan bebas.." Ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

ia menekan tombol dadurat disisi kiri tempat tidurnya. Tak lama seorang suster datang menghampirinya. Suster yang menanganinya sejak ia masuk rumah sakit. Suster Lee.

"Ada yang bisa saya bantu?" Suster Lee mengecek luka yang ada dikepala Junhong. Luka itu belum mengering sepenuhnya. Rasa sakitnya pun masih terasa walau tidak sesakit dua hari yang lalu.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan keluar.. berikan aku kursi roda suster Lee"

"Tapi–"

"Yang terluka itu kepala dan kakiku. Tanganku masih bisa digunakan dengan benar. Jadi berikan aku kursi roda tanpa penolakan atau aku akan kabur dari sini"

Sedikit memberi ancaman pada suster yang sedang menatapnya ragu. Ia menunggu jawaban dari suster itu. Senyumannya pun mengembang saat sang suster dengan pasrah mengangguk dan mengambilkan sebuah kursi roda yang berada didalam ruangannya.

Dengan perlahan dan dibantu suster Lee. Junhong akhirnya bisa duduk di atas kursi roda. Kantung ingfusnya digantung dibagian belakang kursi roda.

"Mau aku antar?" Suster Lee menawarkan diri. Junhong menggeleng.

"Aku bisa sendiri"

.

~Dreams~

.

Taman yang terletak ditengah-tengah bangunan rumah sakit itu menjadi tempat Junhong untuk menghabiskan waktunya hari ini. Setidaknya tempat ini jauh lebih baik daripada kamar inapnya.

Ia menutup matanya. Mencoba untuk menikmati semilir angin yang melewati kulit wajahnya lembut. Surai coklat milik Junhong bergerak sesuai dengan hembusan angin. Ia tersenyum kecil.

"Daehyun-ssi.. kau harus meminum obatnya.."

Junhong membuka matanya. Ia melirik kearah dua orang yang sedang berjalan mendekatinya. Ia mengangkat bahu masa bodoh dan kembali memejamkan matanya.

"Untuk apa aku minum obat? Bahkan benda menjijikkan itu tidak membantuku untuk memperpanjang umurku! Minum obat atau tidak aku akan segera mati!"

Membuka matanya dan tercengang. Apa ia tidak salah dengar? Mati? Mengapa pria yang sekarang sudah duduk disebuah kursi taman didekat ia duduk begitu gampang mengucapkan kata mati?

"Kau benar-benar keras kepala Daehyun-ssi.."

Seorang suster yang sejak tadi mengikuti pria yang dipanggil 'Daehyun-ssi' tadi perlahan meninggalkan sosok pria itu.

Junhong menolehkan kepalanya. Menatap lekat ke arah pria yang sekarang sedang memejamkan matanya. Pandangan Junhong tetap terfokus pada pria itu. Entah mengapa ia tidak bisa mengalihkan tatapannya.

"Berhenti menatapku seperti itu"

Ia tersentak kaget saat mendengar ucapan datar yang diucapkan oleh pria disampingnya. Dengan cepat mengalihkan pandangannya. Pipinya tanpa ia sadari bersemu merah.

"Namaku Junhong" merutuk dirinya sendiri karna sudah mengatakan hal bodoh.

"Aku tidak perduli siapa namamu.. jangan ganggu aku dan menjauhlah.."

.

~TBC~

.

Hai.. Saya kembali membawa ff DaeLo ^^ Awalnya ff ini mau saya buat romance dan oneshoot. Tapi entah kenapa malah terlahir ff seperti ini -_- Aduh.. lagi-lagi bikin ff Angst. Semua ff saya berakhir dengan cast yang mati. Maafkan saya.. /Sungkem/

Jika ada kemiripanla latar/alur/tema/tokoh dan sebagainya saya minta maaf. Saya tahu cerita yang saya buat ini sangatlah pasaran. Tp ff ini murni dari hasil jerih payah sendiri.

Terimakasih bagi yang sudah membaca ataupun melirik ff Saya. Saya tunggu review dari kalian. Saya akan sangat semangat melanjutkan ff ini jika banyak yang berkomentar, dan dipastikan akan update secepat kilat #DUARR /ceritanya backsound petir/

wkwk.. sekali-kali tidak apa-apa kan? :P

Untuk ff Only Tears akan segera update ^^

Akhir kata..

Review Please? ^^