Yang Midorima tahu, Takao Kazunari adalah orang ter-random yang pernah dia temui sepanjang hidupnya.
Shindanmaker
Fandom : Kuroko no Basuke / Kuroko no Basket
Rated : T – indonesia
Genre : Romance
Jumlah kata : 850 Kata.
Pairing : Midorima x Takao
Disclaimer : Kuroko no Basuke / Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi-sama. Tidak ada keuntungan materil yang diperoleh dari membuat ataupun mempublikasikan fanfiksi ini. Fanfiksi ini dibuat hanya untuk kesenangan dan penyaluran hobi pribadi.
Midorima memperlebar langkah kakinya untuk mempercepat diri masuk ke dalam lingkup sekolah. Meninggalkan seseorang yang tengah tertatih di belakangnya dan berusaha mengejar pemuda berambut hijau lumut itu. Dia menggenggam lucky itemnya hari itu, satu buah pisang yang belum dikupas kulitnya. Karena hari ini cancer berada di urutan terbawah dan dia tak mau kesialannya bertambah karena pemuda yang masih mengekor sekitar dua meter di belakangnya.
"Shin-chan !"
Panggilan pertama tak diindahkan.
"SHIN-CHAN !"
Teriakan yang lebih lantang masih jadi angin lalu.
"SHIN-CHAN~~"
Mata Midorima melihat ke sekitar, mencari tong sampah terdekat.
"Shin-chan~ ahn~ Anatahh~"
Shooting guard Shuutoku dikabarkan dilarikan ke UKS karena muntah-muntah seketika.
.
.
Takao itu pantang menyerah. Kokoronya yang selalu sabar menghadapi pemuda lumut yang bercita-cita menjadi dokter denga sifat tsunderenya yang naudzubillah. Meski pantat lebarnya kini masih merintih sakit, kaki kecilnya membawanya terus mengikuti pemuda yang masih berjalan cepat sejak keluar dari UKS karena insiden tadi pagi. Padahal Takao sudah segera berlari – secepat pemuda kulit eksotis yang mesumnya kelewat dari sekolah sebelah – saat senseinya kali itu keluar dari ruangan.
Tapi yang didapat Takao adalah Shin-channya yang menghindar seolah Takao itu manusia terbau yang pernah ada. Seketika Takao terdiam, mengecek bau ketek dan badan serta mulutnya. "Aku wangi tadi kan aku berbagi shampoo dan sabun sama Shin-chan." Batinnya ambigu.
Dan saat Takao menghadap ke depan, Sang Pujaan hati telah ditelan oleh koridor yang ramai dengan siswa-siswi yang berhambur lari masuk karena bel telah berbunyi kembali.
.
.
Kelas kali itu benar-benar terasa tenang seperti biasanya. Terlebih lagi, Araki-sensei, guru yang mengampu pelajaran matematika tengah menjelaskan mengenai pertidaksamaan linier dua variable yang melibatkan aljabar di dalamnya, yang sudah membuat beberapa siswa berpikir untuk berbicara pada matematika agar dia menyelesaikan masalahnya sendiri saja dan tidak melibatkan mereka.
Tapi berbeda dengan 99% wajah siswa-siswi di kelas itu, 1% - karena menurut Takao, mereka itu satu – masih saja menikmati pelajaran yang disuguhkan oleh guru yang sudah hampir berkepala enam itu. Lebih tepatnya, Midorima menikmati pelajarannya dan Takao menikmati wajah Midorima.
Satu kertas dilemparkan. Midorima tak bereaksi.
Dua kertas dilemparkan. Midorima tak perduli.
Tiga kertas. Empat kertas. Sampai sekitar dua puluh gulungan kertas yang bentuknya absurd itu kini menumpuk di meja Midorima.
Sebuah perempatan imaginer muncul di dahi Midorima. Dia segera mengumpulkan semuanya dan menjadikannya sebuah gulungan besar, tapi sebelum dia melemparkan balik kepada pemiliknya, Araki-sensei sudah ada di sampingnya dan meminta gumpalan kertas itu dari pemuda bersurai zambrud itu. Dan membuka salah satunya.
"Sepertinya Takao-kun memintamu untuk mengajarinya, Midorima-kun. Dan ilmu itu memang sebaiknya dibagi-bagi. Mungkin Takao-kun akan lebih nyaman dan mudah menyerap pelajarannya jika diajarkan olehmu." Ujar guru mereka bijak. Midorima dongkol. Takao tertawa setan dalam hati.
Guru itu lalu berjalan ke depan. Menata kembali buku-buku yang dibawanya dan berujar sampai jumpa di pertemuan selanjutnya. Takao maju, menawarkan bantuan membawakan buku guru tersebut sambil tersenyum di sepanjang jalannya. Midorima semakin dongkol, dia berpikir bahwa Takao benar-benar sedang dalam masa kejayaannya saat ini.
Dia lalu membuka kertas yang dibaca Araki-sensei.
"Shin-chan. Ajari aku dong. Aku tidak bisa menyederhanakan ini. 2i 6u."
Dan satu yang Midorima baru sadari mengenai gurunya tadi, pria itu sudah tua dan tak memakai kacamatanya untuk melihat tulisan super kecil milik Takao – kecuali bagian persamaannya.
.
.
Sore itu latihan tidak berjalan lancar. Midorima masih dongkol dengan Takao sehingga dia sengaja tidak menangkap operan pemuda dengan hawk eye itu dan mau tak mau orang lain yang tak sadar ada bola datang pun harus terkena imbasnya.
Midorima masih dongkol. Saat mereka akan berlatih three-on-three dan Midorima mendapatkan tim yang sama dengan Takao, dia langsung pindah ke tim yang lain.
Midorima masih dongkol dan Miyaji ikut dongkol. Dia hampir melemparkan nanas kepada pemuda hijau itu – tapi ditahan oleh Takao karena dia tidak ingin waifunya cacat karena dilempar nanas oleh senpainya.
Tapi saat Miyaji bertanya kepada Takao apa masalahnya dan Midorima, Midorima malah dengan tega melemparkan bola basket ke kepala Takao. Meninggalkan gym dengan segera tanpa memperdulikan ratapan istri yang melara.
END
"Hei, Takao. Ada masalah apa sebenarnya kau dengan kepala lumut itu, hah ?"
Ditanya begitu, Takao memasang tampang polos. "Senpai," Miyaji menatap fokus pada kouhainya yang menggantung kalimat itu.
"Mau tahu aja atau mau tahu bang – " "Katakan saja, Bodoh !"
Kepala Takao ditempeleng. Takao lelah. Miyaji sebenarnya lebih lelah menghadapi kouhainya itu – dia lalu berpikir, mungkin Kasamatsu sama lelahnya dengan dia.
"Hiks…" Setetes air mata jatuh menuruni pipi Takao. Semua anggota string satu menatapnya iba. "Aku tuh ga bisa diginiin, Senpai. Masa Shin-chan udah buat pantat aku sakit, terus dia ngabaiin aku di sekolah."
Mata semua yang mendengar cerita Takao melebar. Pikiran mereka sama. "BETAPA BEJATNYA KAU MIDORIMA ! SETELAH MENUSUK-MENYODOK ANAK SEPOLOS TAKAO, KAU TIDAK BERTANGGUNG JAWAB !"
– dan setelah itu sebuah bola melesat tepat ke wajah Takao.
"Dia hanya terjatuh dari sofa, nodayo. Jangan berpikiran macam-macam." – Ancaman Midorima Shintarou, 17 tahun, karena dianggap melecehkan teman seperjuangannya yang berpeluang lebih besar untuk melecehkannya.
REAL END
A/N ::
Terinspirasi dari Shindanmaker dan obrolan aneh sama Cheese-chan XD
Serius ini Cuma pelampiasan. Otak saya radha error emang.
Selamat menikmati~
Sori kalau selera humor saya rendah abis.
