Long time no see, I'm back~

Setelah dipikir-pikir dan membaca ulang fic-fic saya sebelumnya, saya memutuskan untuk meng-remake semua fic SS saya. Kali ini, saya akan berusaha agar lebih fokus pada Saint tercinta kita. Dan ya, saya masih menggunakan OC. Dan mungkin dari waktu ke waktu ada chapter yang fokus menjelaskan OC saya itu. Terima kasih sudah mau membaca, dan saya minta maaf sebelumnya untuk segala typo, OOC yang tidak mengenakan, atau kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak saya sadari.

Enjoy the Prologue, HAPPY READING~


Prologue ~ Overture

.

.

.

Before The Galaxian

Shun berjalan masuk ke tempat latihan lamanya dengan para Bronzies. Saat itulah dia menemukan sosok yang tidak asing. Seorang pemuda dengan rambut coklat dan kulit terbakar matahari.

"Seiya?" panggilnya.

Seiya berbalik menghadap sang pemuda berambut hijau. "Oh, Shun," katanya. "Kamu juga datang?"

Shun tersenyum dan mengangguk, kemudian berjalan mendekati Seiya. "Nostalgia, ya? Dulu kita berlatih bersama di sini," ucap Seiya.

Shun tersenyum. "Ya. Sudah lama sekali."

Seiya berjalan menjauh, melihat-lihat sekelilingnya sembari mengingat kenangan yang tersimpan di setiap sudut tempat itu.

"Itu ring tempat kita sparring," gumamnya. Dia berjalan dan memungut sebuah tali. "Tali skipping lama kita," Seiya terkekeh.

Shun ikut tertawa pelan. Dipandanginya ring di sebelahnya. "Dulu aku akan menangis setiap kali kalah, dan Niisan akan memarahi siapapun yang membuatku menangis," Shun menutup matanya mengenang kenangan lama itu.

Seiya bangkit, "Tatsumi marah gara-gara hal kecil... Saori-san menyiksa kita,"

"Mengajak bermain, Seiya..." koreksi Shun.

"Sungguh permainan yang tidak menyenangkan."

Keduanya tertawa.

Keduanya berjalan keluar. Tetapi tepat di muka pintu, Seiya berhenti. Shun ikut berhenti dan menatap sang Saint Pegasus. Lama sekali Seiya melamunkan sesuatu, dengan senyuman terulas di wajahnya.

"Seiya?" Akhirnya Shun menyadarkannya dari lamunannya.

"Ah, maaf. Hanya..." Dia kembali menatap dinding yang membatasi tempat latihan itu dengan bagian luar. "Dulu... Bukankah ada seorang gadis yang selalu mengunjungi tempat ini?"

"Hm?" Shun berpikir sebentar. "Seingatku, tidak."

"Aku juga tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Tapi aku bisa melihat bayangan seorang gadis, memerhatikan latihan kita. Dia selalu bersembunyi di balik dinding ini kalau ada yang menoleh ke arahnya."

Shun ikut memandang dinding itu. "Gadis yang pemalu, ya?" ucapnya, masih berusaha mengingat gadis yang disebut-sebut Seiya.

"Ya." Sebuah senyum kembali terulas di wajah Seiya. "Seorang gadis bermata safir."


.

.

.

After Elysium

Kanon duduk di bayang-bayang sebuah pohon, sembari memutar-mutar setangkai bunga. Setangkai bunga yang bercahaya keperakkan. Sebuah senyum yang jarang terlihat jelas di wajahnya.

"Ternyata kamu di sini."

Seorang pemuda berjalan menghampiri Kanon, pemuda yang tidak lain tidak bukan adalah Saint Leo, Aiolia. Kanon tidak menjawabnya dan hanya memandangnya sejenak, sebelum kembali memperhatikan bunga di tangannya, membuat Aiolia penasaran dengan bunga itu.

"Aku tidak menyangka kamu tipe orang yang suka bunga," komentar Aiolia.

"Biasa saja. Tapi bunga ini berbeda, kamu juga menyadarinya, bukan?" balas Kanon, tanpa memandang Aiolia.

Aiolia menatap bunga itu sejenak. Memang benar, bunga itu bukanlah bunga-bunga yang pernah dilihatnya di dunia atas, dan juga bukan bunga dari dunia bawah. "Bunga apa itu?" Akhirnya dia bertanya.

"...Moonlace, kamu pernah mendengarnya...?" jawab Kanon.

Aiolia langsung menggelengkan kepala. "Dari mana kamu dapat bunga itu?"

Kanon mendongak dan memberikan Aiolia sebuah senyuman penuh arti. "Bagaimana, ya...? Apa aku harus memberitahumu?"

Alis Aiolia berkedut. Dia tahu dirinya juga termasuk orang yang iseng, tapi tetap saja diisengi orang lain itu tidak enak.

Baru saat itu, suara lain mengalihkan perhatian keduanya, "Tidak biasanya melihat kalian berdua bersama."

Aiolia dan Kanon menoleh ke asal suara itu, sepasang pemuda yang memiliki penampilan hampir sama dengan mereka. "Aiolos, Saga..." gumam keduanya.

Aiolos dan Saga berhenti tak jauh di hadapan mereka.

Beberapa saat berlalu, keempatnya diselimuti kesunyian yang canggung. Well, sebenarnya kesunyian itu berasal dari kembar Saga dan Kanon. Keduanya hanya memandang satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sementara Aiolos dan Aiolia, mereka tidak bisa melakukan apapun untuk memecahkan kesunyian itu, hanya berdiri memandang kedua Saint Gemini tersebut.

Saat keduanya sudah memutuskan untuk mendiamkan sang kembar dan pergi, sebuah Cosmo berganti mencuri perhatian mereka. Cosmo yang sangat kuat, tetapi tetap mempertahankan kehangatan dan kelembutan. 'Ini... Cosmo Athena...?' batin Aiolos.

Tepat saat itu, seorang gadis dengan rambut lavender panjang tergerai, berdiri tak jauh dari mereka. Sepasang sayap keemasan menutupi tubuhnya, perlahan terbuka seiring ia berjalan mendekati keempat Gold Saint, sampai akhirnya terbuka sepenuhnya, memperlihatkan wajah anggun bak seorang dewi dan zirah yang cocok untuk seorang Dewi Perang. Mungkin itu karena dia memang seorang dewi. Kido Saori, titisan dari Dewi perang dan kebijaksanaan, Athena.

Saori tersenyum hangat kepada mereka.

"Athena." Seiring mengucapkan itu keempatnya langsung berlutut di hadapan Saori.

"Berdirilah," ucap sang dewi. "Kalian tak perlu berlutut seperti itu lagi... Setidaknya, tidak sekarang."

Kalimat terakhir Saori sedikit membingungkan keempatnya. Tetapi tak ada seorangpun yang membuka mulut untuk bertanya. Mereka hanya berdiri seperti permintaannya. Saori melemparkan senyuman kepada mereka satu per satu. Lalu matanya berhenti di hadapan Aiolos, ini bisa dibilang pertemuan pertama mereka setelah insiden 13 tahun yang lalu.

"Saya yakin ini bukan pertemuan pertama kita," ucap Saori kepada Aiolos. Sang Saint Sagittarius hanya mengangguk dan tersenyum, memperlihatkan kebahagiaannya dapat bertemu dengan Athena, who he sacrificed his life for.

"Athena-sama," ucap Saga. "Mengapa anda ada disini...? Apa terjadi sesuatu...?" Nada suaranya menunjukkan kekhawatiran, dan anehnya, sedikit harapan. Harapan bahwa Dewinya memberikan mereka alasan agar bisa kembali ke sisinya di dunia atas. Beruntungnya dirinya, harapannya akan segera terwujud.

Senyuman hangat Saori luntur menjadi sebuah senyum penuh wibawa. Bibirnya akhirnya melantunkan alasan dirinya datang, "Sebenarnya..." Ia memejamkan matanya sejenak, mengumpulkan perasaannya menjadi satu. "Saya mempunyai sebuah permintaan. Tentu saja, permintaan ini harus mendapatkan persetujuan kalian. Kalian semua..."

Mereka memandang satu sama lain, sepertinya mereka semua memiliki gambaran yang sama akan kata-kata sang Dewi berikutnya. Kanon melirik ke arah Moonlace yang masih digenggamnya, dan pandangan Saori juga beralih kepada bunga tersebut.

Bibir sang Athena melengkung menjadi sebuah senyuman penuh arti.

.

.

.

Prologue - 完」


That's it!

Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Dan sekali lagi saya minta maaf atas segala typo, OOC, dan kesalahan-kesalahan lainnya... Oh, dan catatan terakhir, selain remake, fic ini juga akan memuat kelanjutan dari fic-fic saya sebelumnya. Akan ada muncul karakter baru dan perubahan karakter-karakter yang sudah muncul sebelumnya...

Once again, thank you for reading~ I will appreciate if you would be so kind and leave a review :)