Mangaka

Story © alice dreamland

The Basketball which Kuroko Plays © Fujimaki Tadatoshi

Genre: Romance, Drama, (slight) Humor

Warning: Typo(s), all in 2nd PoV, alur lambat/ngebut, AkashixReader,slight KisexReader & KurokoxReader, Mangaka!Reader, OOC

[Drabble 1—Permulaan, Awal dari Sebuah Kisah]

Akashi terdiam mengamati papan shogi di hadapannya. Seperti biasa, ia tengah melawan dirinya sendiri dalam kelas—sepulang sekolah.

Sedangkan dirimu, sibuk dengan novel misteri di genggaman tangan. Manik matamu dengan serius meneliti setiap kata yang tertampang. Bagimu yang seorang mangaka, referensi merupakan aset penting dalam kehidupan.

Oh, tempat kalian berbeda jauh. Kau di sudut belakang, sedangkan Akashi di depan kelas. Dirimu tak memedulikan Akashi yang sibuk dengan papan shoginya, toh ia juga tidak berisik dan menganggu ketenangan jalan pikirmu.

Dalam kelas hanya terdapat kalian berdua, itulah penyebab utama keheningan ruangan. Hingga—

"Apa kau tahu cara bermain shogi?"

—Akashi mengajukan sebuah pertanyaan.

Kau terdiam seraya mengadahkan kepala—menatap Akashi yang kini memandangmu curiga. "Um... Apa?"

Akashi menatapmu tajam sembari mengulang pertanyaannya. "Apa kau tahu cara bermain shogi?"

Kau mengangguk. Ayahmu suka bermain shogi, karenanya kautelah diajarinya bermain sejak kecil.

Akashi mengalihkan pandangan darimu—menunjuk kursi di samping kanan meja seraya memerintahmu. "Ambil kursi itu dan bawa ke depan mejaku."

Kau sontak menganga. A-Apa yang baru saja dikatakannya?

"Kubilang, ambil kursi itu dan letakkan di depan mejaku. Se-ka-rang." Ia menuntutmu.

Kau berusaha membantah. "T-Tapi aku belum selesai mengerjakan—"

"Kau bisa menyelesaikannya nanti, lagipula ini perintah." Akashi menekan dirimu dengan tatapan mengintimidasi miliknya.

Kau meneguk ludah. "T-Tapi aku harus selesai hari ini..."

Akashi diam sejenak. "Aku tidak tahu apa yang sedang kau kerjakan, tapi aku tidak menerima penolakan."

Kau mengepalkan kedua tanganmu seraya berteriak dengan suara meninggi. "Tapi aku tidak punya banyak waktu! Aku tidak bisa bersantai bermain shogi bersamamu! Sore ini Riko-nee akan datang berkunjung dan aku harus selesai di saat itu!"

Nafasmu terengah-engah—tak biasa berteriak. Kau berharap bahwa Akashi akan segera menyerah—karena waktumu sangatlah berharga—namun kau salah besar.

"Aku tidak menerima penolakan, kau dengar kataku?" Akashi menatapmu dengan tatapan sinis—mulai kesal. "Dan cepat bawa kursi itu kemari. Se-ka-rang."

Kau terdiam sejenak, sebelum menghela nafas—menyerah. Dengan setengah-setengah, kau arahkan tubuhmu untuk membawa kursi dan meletakkannya di depan Akashi.

Akashi mengisyaratkan dirimu untuk duduk. Kau menurutinya meskipun ragu. Akashi tak berkomentar dan mulai menata ulang semua bidak dalam papan.

Kau menatap papan itu dengan pandangan menerawang selama beberapa saat. Batinmu tak luput dari kepanikan akan reaksi sang editor saat melihat karyamu yang baru jadi setengah.

Hiii, membayangkannya saja sudah membuatmu merinding!

Sementara pikiranmu melantur, Akashi telah selesai menata semua bidaknya. Ia pun menautkan kedua alisnya heran—melihatmu ketakutan.

"Ayo kita mulai." Kau terlonjak mendengar ucapan Akashi. Dengan ragu, kau menatap bidak-bidak disana. Akashi yang memulai pertama, disusul olehmu, kemudian Akashi dan seterusnya.

Meskipun dirimu sedang bermain, otakmu tak henti membayangkan wajah menakutkan Aida Riko saat mengamuk.

"Ini giliranmu." Akashi memperingati. Kau terlonjak mendengarnya. Tanpa kau sadari, lagi-lagi kau melamun.

"A-A-Ah i-iya..."

Melihatmu seperti itu, Akashi menautkan kedua alisnya. "Bersantailah sedikit. Sedari tadi kau hanya fokus dengan pekerjaanmu."

Kau mengadahkan kepala—menatap Akashi yang telah kembali menatap datar papan shogi di hadapannya. Kau mengerjapkan kedua mata beberapa kali.

Awalnya kau mengira Akashi hanyalah lelaki egois keturunan ditaktor. Namun ternyata kau salah, ia juga memperhatikanmu yang sedari tadi tidak beristirahat.

Kau merasa cukup tenang—lalu mengangguk. "Un... Akan kucoba."

Udara di sekitar kalian kembali tegang. Kau sedikit lebih rileks, namun tetap saja—bayangan menakutkan itu terkadang kembali muncul. Akashi yang menyadari kegelisahanmu pun mengambil langkah selanjutnya.

"Nanti kau kubantu."

Dengan satu kalimat, Akashi berhasil membuatmu terkejut.

"Ettou, A-Akashi-kun... B-Bisa tolong ulangi apa yang tadi kau ucapkan?" Kau berharap pendengaranmu tidak salah.

Akashi mengalihkan pandangannya dari papan lalu menatapmu tajam. "Nanti kau kubantu mengerjakan pekerjaanmu."

"K-Kau serius? K-Kau tidak bohong kan, Akashi-kun?"

Akashi menatapmu kesal—melihat keraguanmu. "Tentu tidak. Lagipula kita bertetangga, aku dengan mudah dapat bertemu denganmu."

"Eh?" Kau memiringkan kepalamu—bingung. "Kita bertetangga? Memangnya rumah Akashi-kun dimana?"

Akashi mendelik sesaat sebelum menjawab. "Apartemen Nigou lantai 5 nomor 65."

Matamu terbelalak—tak percaya akan info yang baru saja kau dapatkan. Sontak, kau pun berteriak keras.

"N-N-NANIIIIIIIIIIII?!"

.

Um, halo... Saya baru di fandom ini! Moga-moga kita semua dapat berteman baik ya! xD

Saya buat fict ini karena saya cinta Akashi dan tak tega memasangkannya dengan cewe lain /plek

Jadi saya minta maap karna buat fict aneh kayak gini. Apalagi ini cuman drabble per chapter /dicincang/

Tapi saya sudah ada rancangannya kok sampe Drabble 3 /plak/

Makasih untuk semua yang sudah nyempetin diri baca fict ini *berbinar*

Sekian...!

~alice dreamland