.
Ansatsu Kyoushitsu (c) Matsui Yuusei
OOC, crackpair, AU.
.
"Apa itu gombal aku tak pernah mendengarnya."
Rio fokus pada makanannya; sepotong cake cokelat sederhana dengan topping stroberi. Tangannya asyik menusuk-nusuk makanan yang masih utuh itu menggunakan garpu tanpa alasan yang jelas. Di seberangnya duduk seorang Sakakibara Ren yang mendengus kesal sambil meminum milkshake-nya.
"Alah boong, biasanya juga adu gombal-gombalan sama si casanova abal-abal itu, kan." Ren memicingkan matanya, membuatnya terlihat makin sipit. "Apa sih asiknya sama Maehara? Mau nraktir cewe aja dompet ketinggalan. Aku saksi, nih, dia diputusin sama mbak cantik kelas sebelah gara-gara dia yang bayar. Di depan kasir, serius."
"Pfft." Rio tertawa pelan mendengar cerita Ren. "Ngaca dong, mana yang lebih lawak. Siapa yang dulu pernah diputusin sama cewek gara-gara disangka gay sama Asano? Hayolo."
"Heh diem." Ren tidak bisa menyembunyikan wajah kemerahannya-memangnya siapa yang bisa menahan malu ketika pengalaman paling buruk nan memalukannya diungkit-ungkit? "Eh btw, kamu masih jomblo, ya?" Ia mengalihkan pembicaraan setelah berdehem sesaat.
"Iya, kenapa? Mau jadi pacar aku? Sori ya tumbuhin dulu tuh sebelah pala yang gersang." Rio sarkas, menyeret gelas milkshake Ren lalu meminum isinya. "Heran deh kok orang yang rambutnya kayak kamu laku. Mending sih kalo Mas GD, rapper boyband korea gitu. Lah kamu? Cowo SMA biasa yang gantengnya ngepres, mau dating aja duit kadang ngemis dulu ke aku. Kok bisa ya punya fans cewe sekampung."
"Haha." Ren tertawa garing, ganti menyeret piring cake Rio. "Kuncinya itu tadi, kata-kata. Asal puitis aja deh. Eh tapi kayaknya meski kamu bisa gombal cowo dari jenis Koyama sampe yang sempurna kayak Asano pun ngga ada yang mau, sih." Ia memotong cake lalu memakannya.
"Ya udah coba kamu gombalin aku."
"Ngga bisa lidahku kelu kalo mau gombalin kamu."
"Elah." Rio mendesis, menyedot habis milkshake yang tadinya masih setengah gelas. Ren melotot, mulutnya bergerak untuk memuncratkan segala bentuk protesan. Namun batal dilakukan ketika Rio menatapnya kaku. 'Apa kamu'—kiranya begitu.
"Ya udah sini coba aku gombalin." Ren menghela napas. Otaknya buntu kalau sudah berhadapan dengan perempuan semacam Rio. Ia yang biasanya lancar melontarkan kalimat-kalimat rayuan nan puitis, sekarang tersendat di tenggorokan. Kalaupun ia mendapat ide dapat berkata apa, tampaknya ada hal yang tidak diinginkan yang akan terjadi.
"Kamu tau persamaan kita sama bunga matahari sama tanah?"
"Iya tau." Rio berdiri, gerak-geriknya tampak bersiap pulang. "Aku bunga matahari, kamu tanahnya. Aku jauh di atas, kamu jauh di bawah. Aku bahkan lebih tertarik sama matahari daripada kamu."
"Bisa ditumpulin engga lidahnya." Demi apa, gombalannya patah di tengah jalan.
"Tapi," Rio tersenyum tipis. "suatu saat nanti, bunga matahari bakal sadar kalo dia ngga bakal bisa hidup tanpa tanah, kok."
"YAH KOK KAMU MALAH BALIK GOMBALIN AKU—"
.
fin
.
aku tidak peduli ooc, aku sungguh tidak peduli. hai mbak adila, aku benar-benar menyapamu dari dunia lain(?)— #masiganyambung
—Maicchi—
