Ini fic pertama saya di fandom ini, jadi mohon bantuannya ya!
Choose Me, Karin!
Kamichama Karin © Koge Donbo
This fic © mine
Warnings:
AU, OOC, misstypo, and other!
"Bla-bla-bla" bicara
'bla-bla-bla' dalam pikiran
(^_^)
Kawaii no Ikemen, adalah sebuah geng yang beranggotakan lelaki-lelaki yang mempunyai wajah di atas standar dan merupakan anak-anak dari klan terkenal. Geng ini beranggotakan 4 orang yang semuanya merupakan siswa dari Seisei Gakuen.
Anggota ini terdiri dari Kazune Kujyou sebagai ketua. Kazune merupakan anak sulung dari klan Kujyou yang mempunyai Rumah Sakit terbesar di kotanya dan merupakan rumah sakit terkenal di Jepang. Hampir semua keluarganya berprofesi sebagai dokter. Kazune sendiri terkenal sebagai anak pintar di sekolahnya. Lelaki bermabut pirang ini mempunyai banyak fans yang tergabung dalam Kazunese.
Anggota kedua yaitu Michiru Nishikiori. Michiru merupakan anak tunggal dari keluarga Nishikiori. Rambut caramel-nya seringkali membuat gadis-gadis terkesima dan jatuh cinta padanya. Bahkan ada sebuah komunitas yang bernama Michirian yang semuanya merupakan fans dari Michiru. Satu hal yang membuatnya mencolok, yaitu bola mata yang berbeda. Disebabkan karena kecelakaan waktu ia kecil. Hampir saja satu matanya buta kalau Kazuto Kujyo—ayah Kazune—tidak menolongnya dengan mencarikan pendonor mata untuk Michiru.
Kemudian Kirio Karasuma. Ia adalah ketua OSIS di Seisei High School. Sejak kecil Kirio berkacamata karena matanya sudah min. Matanya min karena ia sering membaca buku –terutama komik Nakayoshi-Ia juga anak sulung dari dua bersaudara. Ayahnya merupakan Presiden Direktur Karasuma Corp yang merupakan perusahaan barang elektronik terkenal. Walaupun tidak ada komunitas fans seperti Kazune atau Michiru, banyak gadis yang tertarik padanya.
Dan yang terakhir Jin Kuga. Ia adalah model remaja terkenal di Jepang. Selain wajahnya tampan, ia juga pintar dan merupakan pewaris tunggal dari Kuga Company.
"Minna!" sapa Michiru ketika ia baru saja datang ke kamar Kirio—markas geng Kawaii no Ikemen—
"Kau telat 5 menit Michi!" tegur Kazune.
Michiru merebahkan tubuhnya di kasur Kirio. "Maaf, ehehe. Tadi jalannya macet sehingga supir pribadiku tidak bisa mengendarai mobilnya dengan cepat!"
"Alasan," cibir Kirio yang sedang asyik membaca komik Nakayoshi keluaran terbaru.
"Eh tahu tidak?" tanya Michiru. Sahabatnya menatap kepadanya tanpa menjawab pertanyaannya.
"Tadi waktu perjalanan kemari, aku hampir saja menabrak seorang gadis bersepeda. Huhh, memalukan sekali, untung saja dia tidak apa-apa. Dan yang membuatku tambah malu, ia ternyata satu sekolah dengan kita," cerita Michiru. Jin yang sedang asyik bermain PS3 menoleh kepadanya.
"Makanya kau jangan ceroboh!"
"Haha, kan Cuma sekali ini saja! Dan yang mengejutkannya lagi, aku tak tahu siapa nama gadis itu."
"Memangnya kenapa dengan nama gadis itu?" tanya Kazune yang juga sedang bermain PS3.
"Dia sangat cantik. Rambut pirangnya…. Mata green zamrudnya telah menghipnotisku. I'm fallin' in love with her!" seru Michiru.
(^_^)
Kirio melangkahkan kakinya di lorong sekolah yang lumayan ramai. Siswi-siswi Seisei High School terpana melihatnya. Bahkan banyak yang tersenyum kepadanya. Tak lupa, Kirio pun melemparkan senyumnya kepada mereka.
Ketika sampai di halaman kelas X-A, Kirio melihat seorang siswi berkucir dua sedang kesusahan mengambil bukunya yang sepertinya tersangkut di pohon. "Ohayou, apakah ada yang bisa saya bantu?" sapanya ramah. Gadis itu menoleh ke arah Kirio.
"Ohayou mo, senpai. Bukuku tersangkut di atas pohon karena tadi dilempar oleh murid yang nakal, dan aku tidak bisa meraihnya karena itu—"
Belum selesai Karin bicara, Kirio mengambil buku itu dengan mudahnya—kebetulan Kirio mempunyai tubuh yang tinggi—
"Eh? Domo arigatou, Kirio-senpai!" serunya seraya tersenyum. Sejenak lelaki berkaca mata itu dapat merasakan wajahnya memanas karena melihat senyuman gadis itu.
"Ehehe, douita. Kamu—"
"Karin Hanazono," ujar Karin seraya membungkuk.
"Hmm," Kirio tersenyum. "Kalau begitu a—aku pergi ke kelas dulu ya!"
"I—iya senpai!" sahut Karin. Kirio pun pergi meninggalkan Karin. Jantung Kirio merasa berdebar ketika melihat senyuman Karin yang menurutnya sangat manis itu. Dia baru menyadari kalau di sekolahnya ada gadis secantik Karin. Kirio pun melangkahkan kakinya menuju kelasnya, XI-A.
'Tunggu, bukannya tadi aku mau ke ruang OSIS ya?' batin Kirio.
(^_^)
"Buku Resep Memasak Makanan Khas Jepang di sebelah mana ya?" gumam Karin seraya menunjuk-nunjuk buku di perpustakaan sekolahnya. Ia terpaksa harus mencari buku Resep Makanan Khas Jepang karena ia ingin memasak masakan special untuk bibinya.
'BRUK!'
"Aduhh…." Jerit seseorang. Karin dan orang itu terjatuh dan tertimpuk buku-buku perpustakaan—yang tidak terlalu tebal—
"Eh, gomen!" seru Karin bangkit lebih awal. Orang itu kemudian bangkit dan memandang Karin. Sejenak Karin terkesima dengan lelaki di hadapannya—yang sepertinya seniornya—yang tampan dan menarik.
"Gomen, senpai!" seru Karin seraya membungkuk.
Lelaki itu—Kazune Kujyou hanya bisa melongo melihat Karin, manis, pikirnya. "Tidak apa-apa. Tadi aku yang bersalah karena aku berjalan sambil membaca buku fisika ini. Gomenasai," jawab senior Karin. Wajah tampannya memerah sejenak.
"Karin apa kau sud—eh, mengapa ada nii-chan?" tanya seorang gadis berambut indigo tiba-tiba menghampiri Karin—Himeka.
"Iya, tadi kami tidak sengaja bertabrakkan, Hime-chan. Tumben sekali kau ke perpustakaan?" tanya aniki Himeka—Kazune Kujyou—dengan wajah yang datar.
"Aku mengantar Karin-chan," dan Himeka pun mengenalkan mereka.
(^_^)
At basecamp Kawaii no Ikemen…
"Kazune, mengapa kau senyum-senyum sendiri?" tegur Kirio pada sahabatnya yang tak berhenti tersenyum sejak dia datang ke kamar Kirio. Kazune yang sedang memainkan iPad Kirio hanya bisa mendengus.
"Memangnya salah ya?" tanya Kazune penuh senyum tidak seperti biasanya. Ketiga sahabatnya merasa heran. Bagaimana bisa seorang Kazune Kujyou bicara sambil tersenyum pada mereka—kecuali pada saat-saat tertentu.
"Tentu saja kami merasa aneh, bodoh!" seru Jin yang sedang asyik bermain PS3 bersama Michiru. Michi mem-pause game yang sedang dimainkannya bersama Jin dan menoleh ke arah Kazune.
"Apa kau sedang jatuh cinta, Pangeran Kazune?" tanya Michi dengan menekankan kata 'Pangeran Kazune'.
"Bukan urusanmu!" sahut Kazune ketus, ia lalu memainkan iPad Kirio kembali.
"Tentu saja urusan kami. Bagaimanapun juga kau adalah sahabat kami. Kami harus tahu sesuatu yang terjadi padamu. Atau jangan-jangan kau salah minum obat yang diberi tou-sanmu ya, Kazune?" tanya Kirio yang akhirnya mendapat lemparan bantal dari Kazune.
"Auww…."
"Tentu saja tidak! Ya, mungkin benar kata Michi!" seru Kazune seraya tersenyum.
"HAHHH? UAPA?" teriak ketiga temannya bersamaan.
"Aduh, kalian ini berisik sekali!" keluh Kazune seraya mengusap-usap kupingnya.
Kirio yang sedari tadi membaca komik menghampiri Kazune dan mengguncang-guncangkan bahu Kazune. "Ceritakan kepada siapa kau jatuh cinta!"
"Aku tidak akan memberitahukan namanya. Yang jelas dia sahabat imoutoku. Pertemuan kami sangat lucu. Pokoknya tidak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Sudah jangan bertanya lagi," cerita Kazune.
"Sepertinya bukan Kazune saja yang sedang jatuh cinta, tapi aku juga," seru Kirio dengan perasaan yang berbunga-bunga.
"Benarkah? Ayo ceritakan!" titah Jin yang tadi diam saja.
"Dia adik kelas kita, dia sangat manis, semanis madu. Dia sangat cantik bagai Dewi Athena. Pokoknya aku merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama."
Kazune, Jin dan Michiru hanya bisa sweatdrop mendengar Kirio yang 'sok puitis itu.
"Kurasa di sini hanya Jin yang belum menceritakan tentang kisah cintanya," gumam Michiru jahil. Wajah Jin memerah.
"A—apa maksudmu?" tanya Jin.
"Apa kau sudah mempunyai gadis yang kau suka, Jin?" tanya Michiru tepat di daun telinga sebelah kiri Jin dan membuat lelaki berambut hitam itu geli.
"Ti—tidak ada," jawab Jin ketus.
"Apa jangan-jangan kau gay?" tanya Kirio. Jin langsung melempar bantal kepada Kirio.
"AKU BUKAN GAY, BAKA!" teriak Jin.
"Lalu, mengapa kau tidak menceritakan tentang gadis yang kau suka? Kau sudah kelas 2 SMA lho Jin. Selain itu kau juga seorang model dan kau tampan. Lalu, banyak gadis yang menyukaimu. Apa kau tidak tertarik untuk memilih salah satu dari mereka. Atau benar kata Kirio, kalau kau itu seorang gay?" ujar Kazune panjang lebar.
Jin beranjak dari tempatnya duduk dan meletakkan stick PS3 dengan sembarangan. "Aku mau pulang!" serunya seraya meninggalkan kamar Kirio.
"Dia marah," seru Michiru.
"Biarkan sajalah, besok juga dia kembali seperti kemarin lagi. Ayo kita ceritakan tentang gadis yang kita sukai!" ajak Kirio. Kedua sahabatnya hanya tersenyum mengangguk.
Jin's side….
'Mereka itu apa-apaan sih? Mengapa mereka bertanya seperti itu? Seperti orang yang kurang kerjaan saja. Aku ini normal, aku menyukai gadis. Tapi aku rasa ini belum saatnya saja,' maki Jin dalam hati. Ia benar-benar kesal pada sahabat-sahabatnya. Tapi di dalam hatinya ia merasa iri karena dia belum juga mempunyai gadis yang ia sukai.
'Eh, kenapa dengan anak itu?' tanya Jin dalam hati ketika ia melihat seorang gadis sedang memungut sayuran—yang sepertinya terjatuh dari keranjang belanjanya—yang berceceran.
"Sumimasen, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Jin. Kepala gadis itu mendongak.
"Eh, ng—ini belanjaanku berantakkan karena tadi banyak anak kecil yang berlari-larian dan mereka menabrakku," tutur gadis itu—Karin.
Tanpa banyak basa-basi, Jin membantu Karin dengan sukarela. "Kalau boleh tahu, mengapa kau belanja sebanyak ini?" tanya Jin.
"Aku ingin memasak okonomiyaki kesukaan bibiku," jawab Karin seraya tersenyum. Wajah Jin memerah. "Eh, bukannya kau itu Kuga Jin model terkenal itu?" tanya Karin, wajah Jin semakin memerah.
"Ya—begitulah, hehe. Namamu siapa?"
"Karin—Hanazono Karin. Tapi panggil saja aku Karin. Kalau tidak salah kamu bersekolah di Seisei High School 'kan?" tanya Karin.
"Iya, kau juga sekolah di sana?"
"I—iya. Maaf atas kelancangan saya, senpai," ujar Karin, ia membungkukkan badannya.
"Eh, ti—tidak apa-apa. Lagipula kan tadi kau tidak tahu, ehehe," sahut Jin seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Merasa canggung diperlakukan seperti ini oleh seorang gadis.
"Kalau begitu, apa senpai mau ikut ke rumah sederhana saya dan me—"
"Tidak usah. Lain kali mungkin bisa. Kebetulan jam 5 sore saya ada pemotretan," tolak Jin halus. Jin melirik ke arah arlojinya yang terpasang di tangan kirinya. "Wah, sudah jam 4.15, bisa-bisa aku terlambat," gumam Jin. "Ng—Karin, sepertinya aku harus bergegas, jaa."
"Ng—jaa senpai. Mata ashita," sahut Karin seraya tersenyum.
'Manisnya,' gumam Jin seraya tersenyum.
(TBC)
Hiee, 8 halaman word. Panjangnya.
Tadinya saya Cuma niat bikin oneshoot, tapi ternyata bisa kepanjangan.
BTW, kalian bisa panggil saya Kazu-chan. Dan ini fic pertama saya di fandom ini. Mohon bantuannya #membungkuk.
Oh iya, jangan lupa reviewnya ya!
Karena review membuat saya semangat menulis (^_^)
R_W_L
