Vocaloid © Yamaha, Crypton Future Media
Knock Knock © Jong Aeolia
.
.
.
.
.
Tok Tok Tok
Suara itu kembali bergaung. Suara yang sama―yang akhir-akhir ini sering kudengar. Suara yang seakan menjadi sinyal khusus bahwa kamu ada di dekatku. Dan benar saja. Kamu kini berjalan ke arahku. Dengan senyum terpampang di wajahmu yang berseri―seperti biasa. Berjalan dengan teman-temanmu, entah membicarakan apa. Kamu nampak ringan tanpa beban. Begitu… bahagia.
Indah.
Satu kata itu muncul di benakku untuk mendeskripsikan wujudmu saat dalam bahagia.
Tok Tok Tok
Dan kini bunyi itu terdengar lagi. Ketukan berirama sama. Datar. Namun, merdu. Memberi dua efek berlawanan di saat yang sama; damai dan gelisah. Pada detik itu kamu melihat ke arahku yang mematung di ujung koridor kelas. Kita berpapasan. Mata kita bertemu.
Lalu sekali lagi ketukannya terdengar.
Tok Tok Tok
Lebih nyaring. Bersamaan saat namaku keluar dari getar pita suaramu.
"Hai, Rin."
Kamu tersenyum melewatiku. Lalu menghilang di balik koridor.
Tok Tok Tok
Menggema lagi. Begitu aku menoleh sebelum sosokmu benar-benar lenyap tertutup tembok koridor samping. Timing yang tepat. Saat itu kamu juga sedang menoleh ke arahku. Melempar senyum hangat di tengah dinginnya angin musim gugur yang berdesis.
Perlahan siluetmu menghilang di balik dinding koridor. Aku pun tahu, ketukannya takkan terdengar lagi―setidaknya sampai kita bertemu kembali. Karena itu adalah bunyi pintu hatiku yang kamu ketuk. Menungguku untuk membukanya. Tetapi, hei, aku bahkan tak tahu dimana kuncinya. Jika saja kamu sungguh ingin memasukinya, carilah kunci itu dan buka pintu hatiku yang masih tersegel.
Aku di sini akan menunggu, Len.
Fin
