Chanyeol itu gila, tapi Baekhyun lebih gila lagi karena mencintainya.

.

Selamat pagi, hari ini adalah hari yang cerah, bukan?

Tentu saja! Tapi mari kita beralih dari bahasan cuaca ke topik yang seharusnya.

Gerbang sekolah Yeongdam nampak mulai penuh dilewati siswa-siswi yang berniat menuntut ilmu. Sekarang pagi masih berdentang pada pukul tujuh, sedangkan jam masuk adalah tiga puluh menit berikutnya. Aktivitas mulai terlihat mengudara bersama sorak sorai keramaian, koridor yang mulai padat manusia, lapangan yang mulai bersiap dengan kegiatan olahraga, kelas yang mulai ramai obrolan kelompok, ruang guru yang mulai sibuk mempersiapkan materi ajar, toilet yang semula senyap mulai terlihat digunakan, serta sapaan selamat pagi yang terdengar bersahut-sahutan. Oke, pagi yang sangat indah, dan berlalu seperti biasanya.

Mari fokuskan perhatian kalian pada kerumunan di mading sekolah..

Headline berita mading hari ini adalah berita yang besar, oh cukup besar untuk membawa sekolah dalam kebanggan yang luar biasa. Ayo kita lihat judul artikel yang tertempel di sana!

Selamat, Yeongdam kembali mengukir prestasi lewat olimpiade Kimia.

Oleh: Tim Jurnalistik Yeongdam.

Oh, kenapa ada foto Baekhyun disitu?

Sosok Chanyeol yang tadinya berniat berlalu begitu saja dari kerumunan, tiba-tiba berhenti saat ekor matanya mendapati foto kekasihnya terpampang besar di artikel itu. Tersenyum manis, dengan piala besar nan berkilau di pelukannya. Ada pula sosok kepala sekolah yang tersenyum sangat lebar, ah dan juga ada Changmin ssaem— selaku pengajar kimia di sana. Aigoo, ada apa sebenarnya? Kenapa mereka berfoto tanpa mengajak dirinya?

Ahh, Chanyeol tahu.. Kekasih jeniusnya itu ternyata kembali menyabet gelar juara pertama dalam Olimpiade Nasional Kimia. Bagaimana mungkin kau bisa melupakan itu, bodoh!

Senyum penuh kebanggaan tersimpul di bibir Chanyeol, ada aliran hangat yang mengalir di jantungnya. Bagaimana mengatakannya, ya? Yang jelas saat ini Chanyeol merasa dipenuhi oleh euforia kebahagiaan. Baekhyun-nya sangat luar biasa, tentu saja. Kecerdasaan si mungil Baekhyun begitu menakjubkan, aigoo kenapa Chanyeol jadi tidak bisa berhenti memuji kekasihnya itu?

Tersenyum lebar, layaknya orang yang sudah kehilangan kewarasan di tengah-tengah kerumunan yang berangsur-angsur berkurang, sosok Chanyeol memang tidak biasa. Si biang onar kelas kakap satu itu biasanya selalu memasang wajah menyebalkan, tapi kali ini? Lihat, betapa idiot wajahnya dengan binar penuh sorot kekaguman. Bukan maksud menghina wajah tampannya, hanya saja Chanyeol memang terlihat seperti bocah idiot saat ini.

Kerumunan yang tadinya mulai berkurang, menjadi benar-benar habis saat bel tanda pelajaran akan di mulai berdentang nyaring, memenuhi setiap sudut sekolah. Tidak seperti yang lain, Chanyeol tetap bertahan di posisinya dengan senyum dan tatapan yang sama. Sementara aktivitas kelas hendak dimulai, Chanyeol mencegat salah seorang murid tingkat satu yang kebetulan melewatinya. Tanpa melepas pandangannya pada selembar kertas yang tertempel di mading—atau lebih tepatnya pada gambar si mungil Baekhyun, Chanyeol melempar begitu saja tas sekolahnya pada si tingkat satu. "Hoi, bawakan tasku ke kelas 2-F, ya."ujarnya santai, namun terdengar tanpa penolakan.

Siapa yang tidak tahu Chanyeol, omong-omong?

"T-tapii.."si tingkat satu nampak ingin menolak, tapi tidak mampu melakukannya karena takut, mungkin.

Hoho, siapa yang berani melawan orang serupa Chanyeol memangnya?

Jawabannya adalah; semua orang di Yeongdam mengenal Chanyeol, dan tentu saja menyegani tokoh terdepan biang onar itu.

Aih, lupakan tentang itu.

Chanyeol mendesah kesal, dengan terpaksa menoleh untuk melihat wajah ketakutan si tingkat satu. "Ada apa? Kau tidak tahu kelas 2-F, ya? Atau tidak mau menolongku mengantarkan tasku?"tanyanya beruntun sambil bersedekap dada.

"B-bukan begitu, S-sunbae. T-tapi.."

Chanyeol berdecak jengah, hampir mengumpat jika saja si tingkat satu tidak buru-buru menggendong tas Chanyeol di bahunya. "B-baik, aku permisi, S-sunbae.."

Chanyeol tersenyum sambil mengangguk-angguk, sebelum si tingkat satu berlalu dari sana, Chanyeol berujar. "Katakan pada mereka kalau aku sedang ada gangguan pencernaan. Dan jika diantara mereka ada yang menggodamu, katakan kalau mereka akan berurusan denganku. Omong-omong, terima kasih atas bantuannya, Park Hyerin-ssi."dengan pandangan yang sudah kembali menatap artikel yang terpasang mading.

Si gadis tingkat satu bernama Park Hyerin itu merona hebat, siapa yang menyangka seorang Park Chanyeol mengenalnya? Tidak ada.

Chanyeol itu biang onar, namun juga orang yang pengertian.

-

Toilet khusus milik para guru-guru Yeongdam ada di lantai dua, letaknya paling pojok dan yang paling penting tidak ada CCTV di sana. Tempat yang sempurna untuk melakukan pembajakan, lalu menggunakannya untuk tempat kencan--bolos, dadakan tanpa takut ketahuan. Sekarang kencan untuk anak sekolah tidak lagi asyik di rooftop sekolah, terlalu banyak pasangan yang memilih tempat itu. Chanyeol adalah si luar biasa, maka dari itu ia memilih tempat kencan di sekolah yang anti mainstream pula.

Setelah memastikan keadaan di luar aman, Chanyeol masuk ke dalam toilet. Membuka satu-persatu bilik guna memastikan kalau di sana benar-benar kosong. Chanyeol tersenyum lebar, membawa langkahnya untuk kembali ke wastfel. Merogoh saku blazernya untuk mengambil selembar kertas dan bolpoin, kemudian menuliskan beberapa kalimat di sana. Selesai dengan tulisan di atas selembar kertas, Chanyeol membawa serta sebuah palang peringatan kalau toilet sedang tidak berfungsi, bersamanya keluar toilet. Menaruh palang peringatan itu di depan pintu, lantas menempel selembar kertas tadi di tengah-tengah pintu. Selesai sudah, pembajakan dimulai..

Ayo lihat apa yang di tulis Chanyeol di sana.

Toilet rusak, semua bilik bocor. Sedang ada perbaikan saat ini, jadi jangan ada yang mengganggu kegiatan perbaikan, ya.

Tertanda: Kepala Sekolah Yeongdam.

Dasar bodoh! Untuk apa kepala sekolah mau repot-repot menulis peringatan untuk toilet rusak?

Chanyeol memang bodoh, tapi ia adalah yang terbaik dari semua hal kelicikan.

-

Bel masuk berbunyi tiga puluh menit yang lalu, kelas 2-A masih sibuk dengan acara perayaan kecil atas kemenangan Baekhyun di Olimpiade Nasional Kimia. Cerita seputar pengalaman Baekhyun dalam olimpiade, mendominasi obrolan kelas. Tart cheese cake ukuran large yang dibeli patungan oleh anggota kelas, kini sudah habis setengahnya. Kaleng soda dan air mineral berserakan di atas meja banyak orang yang disatukan guna menyediakan tempat yang lebih luas. Tawa bersahut-sahutan, ringisan takjub atau bahkan erangan ngeri menjadi ekspresi atas cerita Baekhyun. Banyak orang yang menganggap kimia itu menyeramkan, apalagi mendengar cerita Baekhyun mengenai soal-soal yang diujikan saat olimpiade, tak ayal semakin menambah kesan mengerikan bagi mereka.

Cerita Baekhyun terputus saat ponsel di saku blazernya bergetar halus. Si mungil memberi kode kepada teman-temannya untuk menunggu sebentar, sementara ia membuka pesan masuk.

From: Chanyeolnya Baekhyun *

Toilet guru. Cepat kesini, Baby boy~

Chanyeol tunggu, ya..

"Oh ayolah, siapa yang sudah membuat Baekhyun kami tersenyum lebar seperti ini?"

Surai cokelat legam milik Baekhyun ikut terangkat saat si empunya mendongkak. Tanpa bisa menghilangkan senyumnya, Baekhyun meringis tidak enak karena harus pergi. "Aku ada urusan penting, ceritanya dilanjut nanti, ya. Katakan pada Changmin Ssaem kalau aku ijin kelasnya, karena sedang gangguan pencernaan. Aku pergi dulu."

Erangan protes yang kompak mereka serukan, tidak benar-benar berguna untuk bisa membuatnya urung pergi. Sembari tersenyum tidak enak, Baekhyun berlalu pergi dari sana, setelah berucap. "Sekarang waktunya Baekhyun milik Chanyeol~"

Mereka sontak diam, ada pula yang mendengus jengah atas respon ucapan Baekhyun tadi. Memangnya siapa yang tidak mengenal pasangan Chanyeol-Baekhyun? Couple fenomenal milik Yeongdam, sejak setahun yang lalu.

Bagaimana tidak fenomenal,

Kalau yang menjadi pasangan adalah;

Si biang onar tukang tawuran, Park Chanyeol dari kelas 2-F,

Dan, si jenius kimia, Byun Baekhyun dari kelas 2-A.

Bahkan kasta kelas mereka saja berjauhan. Bertolak belakang, seharusnya mereka begitu. Tapi kenyataannya sudah setahun hubungan mereka berjalan, sejak insiden klaim yang dilakukan Chanyeol tahun lalu.

Ingin kembali ke masa lalu sebentar?

Oke, ayo putar balik alurnya ke satu tahun yang lalu.

Chanyeol itu biang onar kelas kakap, yang menjabat sebagai ketua klub tawuran Yeongdam. Sebagai ketua tim yang baik, Chanyeol tentu saja selalu berusaha memastikan keadaan anak buahnya baik-baik saja, selama tawuran berlangsung. Dan hari ini mereka akan melakukan tawuran mendadak, dikarenakan ada salah seorang siswa Yeongdam dari kelas Satu-A hampir dilecehkan oleh kelompok siswa Namhyuk, sekolah kejuruan yang ada di seberang sekolah mereka. Sebagai ketua yang baik pula, setelah menerima laporan masuk, Chanyeol segera mendangi si korban yang nyaris saja dilecehkan. Siswi itu bernama Tiffany Hwang, sesaat Chanyeol sampai di kelas Satu-A, si pemilik nama itu tengah coba ditenangkan oleh lelaki mungil bersurai cokelat legam. Chanyeol mendatangi teman seperjuangannya, lebih dulu.

"Hoi, kau ikut kali ini, kan?"

Lelaki tan itu mengangguk, mantap. "Tentu saja, kami semua ikut kali ini. Bahkan si Kyungsoo dan Baekhyun pun akan ikut."jawabnya seraya menunjuk sosok Kyungsoo yang tengah menelungkup kepalanya di meja, di barisan belakang--dua deret dari bangku Jongin. Dan sosok Baekhyun yang duduk, memeluk Tiffany di barisan pojok belakang.

Chanyeol menyerengit, merasa baru dengan sosok dua orang itu. "Siapa mereka?"tanyanya kemudian.

Jongin mengedik bahunya acuh, lantas kembali melirik Kyungsoo dan Baekhyun bergantian. "Bukan anggota klub, tapi mereka berteman baik dengan Tiffany. Maka dari itu, setelah mendengar kita akan balas dendam, mereka berdua langsung ingin ikut. Tenang saja, Yeol. Mereka lumayan, meskipun sama-sama pendek tapi keduanya sabuk hitam karate dan Hapkido."

"Itu bagus, semakin banyak yang ikut maka ancaman kita akan semakin nyaring."ujarnya terakhir kali sebelum beranjak mendatangi Tiffany.

"Hoi, ceritakan padaku kejadiannya."

Tiffany mendongkak, sempat sedikit terkejut mendapati Chanyeol di hadapannya. Kemudian cerita mengenai kejadian kemarin mengalir dari mulut Tiffany. Selagi bercerita, sesekali gadis itu akan berhenti sambil menahan isakan tangisnya. Lalu Baekhyun yang duduk di sampingnya akan membantu meneruskan cerita, karena Tiffany sudah lebih dulu menceritakannya pada Baekhyun.

"It's okay, Tiff. Aku akan membalaskan perbuatan mereka, untukmu. Sekarang aku akan pergi bersama beberapa teman sekelasmu,"senyum tersimpul kecil di bibir lelaki jangkung itu--nampak hangat dan juga menenangkan, mengundang Baekhyun yang duduk si samping Tiffany, sedikit banyak merasa, well--kagum? "Keberatan untuk sedikit berbohong untuk menyelamatkan absen mereka?"Chanyeol memiringkan kepalanya, lantas makin melebarkan senyumnya saat melihat Tiffany mengangguk-angguk, cepat. "Tentu, aku akan melakukannya. Terimakasih banyak, Chanyeol. Aku sangat berterimakasih padamu!"

Chanyeol mengalihkan atensinya pada Baekhyun, mengabaikan ucapan terimakasih Tiffany sepenuhnya. Mereka sempat bersitatap selama beberapa detik, tak lama. Itupun Baekhyun yang lebih dulu memutus kontak mereka. "Ayo pergi,"

Baekhyun melepas rangkulannya pada Tiffany, beranjak bangkit setelah memberikan tepukan singkat di bahu gadis itu. Berjalan mengekori Chanyeol keluar kelas, sementara Jongin menyusul setelahnya bersama Kyungsoo dan beberapa siswa lainnya.

Ada sepercik rasa, yang entah seperti apa bentuknya, saat melihat punggung kokoh Chanyeol yang berjalan lebih dulu di depannya.

Tidak membutuhkan waktu banyak untuk mengumpulkan seluruh pasukan klub tawuran yang diketuai langsung oleh Chanyeol. Well, tentu saja klub itu illegal. Markas mereka berada di gedung lama belakang sekolah yang sudah lama sekali tidak diurus. Waktu beranjak pukul sepuluh, sesaat kemudian keseluruhan dari mereka berada di mulut gang persimpangan jalan menuju sekolah Namhyuk.

Mereka menunggu hampir satu jam lamanya sebelum pasukan Namhyuk datang, memenuhi undangan tawuran dari Yeongdam. Saling melempar pandangan tajam, permusuhan serta bengis tak lagi terelakan. Begitu aba-aba dari ketua Namhyuk terdengar lantang, Chanyeol langsung menjawab aba-aba dari lawan dengan merengsak maju, diikuti semua teman-temannya.

Tawuran berlangsung sengit.

Kedua belah pihak saling mengudarakan makian, saling bertukar baku hantam, hingga berusaha keras untuk menjatuhkan lawan.

Baekhyun membelalak terkejut, saat tubuh tinggi Chanyeol berada di depannya, memeluknya untuk menangkis sebuah pemukul baseball menggunakan punggungnya--yang tadinya nyaris menghantamnya, karena ia lengah. Baekhyun memekik nyaring, menyangga tubuh besar Chanyeol yang kini bersandar di dadanya.

Baekhyun tertegun, kata-kata Chanyeol selanjutnya-- yang hampir kehilangan kesadaran, adalah apa yang membuat Baekhyun merasakan untuk pertama kalinya jantungnya berdentum sangat keras.

"Kau adalah tanggung jawabku. Jika saja kau terluka, aku akan menghukum diriku sendiri karena sudah gagal untuk melindungimu."

Baekhyun jatuh cinta, untuk yang pertama kalinya. Dan itu pada Chanyeol, si ketua klub tawuran milik Yeongdam.

-

Baekhyun berhenti sejenak di anak tangga teratas menuju lantai dua. Menoleh kesana-kemari, sebelum meneruskan langkahnya menuju toilet guru di ujung koridor. Bibirnya mengeluarkan dengusan geli, ketika netranya melihat kertas pemberitahuan yang ditempel Chanyeol di pintu.

"Dasar bodoh!"makinya bergumam, sembari membawa langkahnya masuk ke dalam toilet.

Ada Chanyeol di sana, dengan senyum lebarnya, juga merentangkan kedua tangannya— menunggu Baekhyun menghambur ke dalam pelukannya. "Hei, baby boy.. Kemari dan peluk aku!"serunya kelewat bersemangat.

Baekhyun berdecih jengah, namun tetap berjalan cepat menghampiri Chanyeol. Mendekap tubuh yang lebih tinggi dengan erat, seraya menyembunyikan wajah yang sudah merona parah di dada bidang Chanyeol, kekasihnya.

"Hei, kau idiot ya?"Baekhyun mendongkak dengan bibir yang mengerucut. "Kenapa mengajak bertemu di toilet? Tidak romantis sekali!"

Chanyeol terkekeh geli. "Selamat ya, kekasihku memang luar biasa."

Baekhyun kembali menyembunyikan wajahnya di dada Chanyeol, sambil bergumam 'tentu saja!' dengan bersemangat.

"Karena kali ini kau sudah mengalahkan mereka di pertempuran Kimia, aku akan memberikan dua kartu kesempatan untukmu."

"Kenapa hanya dua? Aku punya tiga permintaan, Chanyeollie."

"Baiklah, tiga kartu kesempatan. So, apa permintaanmu?"

Baekhyun tersenyum hangat.

"Pertama, teruslah mencintaiku."

Chanyeol tersenyum lebar, netranya berbinar lembut menatap Baekhyun. "Permintaan akan dikabulkan."

"Kedua, tetaplah disisiku sampai waktu kita sama-sama habis di dunia ini."

"Cheesy sekali. Tapi aku suka! Permintaan akan dikabulkan."Chanyeol tertawa kegelian.

Baekhyun mendengus, pura-pura kesal.

"Ketiga,"gumamnya sembari mengalungkan lengannya di leher yang lebih tinggi. "Maybe, kiss me, now."

Chanyeol mencium ujung hidung Baekhyun, gemas. "Permintaan akan dikabulkan."serunya sebelum membawa Baekhyun larut dalam buai ciuman panas, sedikit liar, well juga memabukkan.

FIN

A/n:

well, hwdyt?

hheheheeeee