Title : CONFFESSION –SasuSaku-
By : Scarlet.44
Warning : OOC,typo, Etc
Pair : SasuSaku
.
.
.
.
Enjoy!
Chapter 1
Tangan mungil seorang gadis sepertinya kelihatan kesusahan ketika membawa setumpuk buku tugas milik teman-temannya. Kadang ia merasa menjadi ketua kelas hanya menyiksa tubuhnya yang lemah sejak dulu. Dan sepertinya teman-temannya sengaja memilihnya menjadi ketua kelas, yeah, bahasa kasarnya memanfaatkannya. Menjadi anak presdir perusahaan besar tidak menjamin Haruno Sakura menjadi anak populer, lain dengan kakaknya Haruno Ino, gadis yang lebih tinggi beberapa cm darinya sangat disegani diseluruh sekolah. Walaupun begitu, Sakura tak pernah iri, baginya kakak dan sahabatnya, Hyuuga Hinata sudah lebih dari cukup baginya untuk mendukungnya bertahan disekolah memuakkan ini.
Langkahnya terhenti saat melihat sepasang sepatu dihadapannya. Ia sedikit memiringkan kepala untuk melihat siapa yang sedang 'bercanda' dengannya. Matanya langsung membulat saat melihat seorang pemuda berperawakan tinggi dan dengan senyum menawannya baginya, Sai, menghalangi jalannya,
"Haruno Sakura?" sapa pemuda terdiam. Tidak menyangka bertemu denga pujaan hati disaat ia tengah merenungi hidupnya. Ia bahkan tidak bisa menahan rasa gugupnya saat berhadapan dengan Sai. Yeah, walaupun ia sering bertemu dengannya, tapi siapa yang bisa menahan degupan jantung saat bertemu dengan orang yang disukainya. Dan itu cukup membuat suaramu tercekat di tenggorokan dan tak mau keluar walaupun hanya huruf A. "Hei, Sakura-san" Sai melambai di depan wajahnya.
"Ya?"Sai terkekeh kecil.
"Mau kubantu? Kau terlihat kesusahan membawanya" Sakura tersenyum layaknya orang bodoh. Ia menggeleng pelan, sungguh, suaranya benar-benar hilang saat ini. "Ayolah, kau itu mungil, kau pasti kesusahan membawanya" Sakura menunduk dengan wajah yang sudah sangat merona.
"Tidak usah Sai-san, kelas kita kan tinggal menaiki tangga itu" Sakura menunjuk anak tangga lantai dua dengan dagunya dan tersenyum kecil.
"Heum okay, tapi kalau kau butuh bantuan katakan saja" Sakura mengangguk dan pemuda itu berpamitan pergi. Well, mungkin Sai akan menjadi nama baru didaftar terbaik orang di hidupnya. Eh, tunggu, Sai pergi di saat jam pelajaran? Oh, bisa ditebak, mungkin pemuda itu membolos dengan Uchiha Sasuke. Uchiha Sasuke? Uh memikirkannya saja Sakura tidak sudi. Entah kesialan apa sehingga membuatnya sekelas lagi dengan Uchiha Sasuke dikelas dua. Walaupun ia senang di tahun kedua bisa sekelas dengan Sai, tapi – oh Uchiha Sasuke adalah masalah terberat dikehidupan remaja Sakura.
Brukk.
"Ups, gomen Sakura Baa-chan, aku tak sengaja" Hell?! 'baa-chan?' siapa lagi yang memanggil Sakura kalau bukan manusia tinngi, Uchiha Sasuke. Malaikat pencabut nyawa Sakura. Hanya orang gila yang memanggilnya dengan sebutan 'Baa-chan', seperti itulah pemikiran Sakura. Ia memilih berjongkok untuk memunguti buku-buku yang terjatuh. Sakura tahu, sangat tahu malah, kalau Uchiha Sasuke sengaja menabraknya. Bahkan ia merasa kalau hidup Sasuke tidak tenang jika tak mengganggunya.
"Butuh bantuan Baa-chan?"
"Tidak" ketus Sakura. Sasuke tertawa lebar. Sepertinya ia senang melihat wajah Sakura merah menahan amarah. Saat tersisa satu buku untuk dipungut, - terlebih bernama Haruno Sakura - , tanpa menunggu lagi kaki Sasuke menendang buku itu hingga menabrak tempat sampak dekat tangga. Sasuke kembali tertawa.
"Aku pergi dulu ya Baa-chan, aku berjanji kita akan sering bertemu " Manusia sangat menyebalkan itu sangat diidolakan satu sekolah, Sakura tidak meyangka apa yang membuat ia diidolai, wajahnya tampan, yeal mungkin . Yang tampan biasanya selalu diutamakan dari yang pintar, selalu seperti itukan? Dan buruknya Sakura tidak pintar, ia hanya murid biasa-biasa saja dengan nilai rata-rata.
"Sakura-chan" suara lembut dibelakang membuatnya tersenyum manis. Siapa lagi kalau bukan kakak tercantiknya –menurut Sakura- , gadis cantik itu menghampiri Sakura " Kau sedang apa heum?" Sakura berbalik dan tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit.
"Oh, nee-san! Aku disuruh mengambil buku tugas anak sekelas"
"Heum, begitukah? Mau aku bantu?" Inilah yang Sakura suka dari kakanya, walaupun ia terkenal tapi itu tak membuatnya sombong dan melupakan dirinya. Mana mungkin ia bisa iri pada kakak yang menyayanginya. Kakaknya adalah segalanya bagi kehidupan Sakura.
"Tak usah Nee-san, aku bisa sendiri" Ino mengangguk-angguk paham.
"Kalau begitu Nee-san mau ke ruang kepala sekolah dulu, bye-bye Saki" Ino melambai dan berlari-lari kecil keruang kepala sekolah. Sakura masih memandang punggung Ino yang semakin kecil tertelan jarak pasti ia akan diikutsertakan lomba olimpiade matematika tahun ini. Ino itu pintar, ia dianugerahi otak emas oleh Tuhan. Dan sekali lagi, Sakura sangat bangga memiliki nee-san seperti itu, bisa membanggakan orang tua, tidak seperti Sakura yang selalu mengecewakan.
CONFESSION-SasuSaku-
Kantin disiang ini terlihat begitu ramai, padahal dentingan bel menunjukkan istirahat kedua. Disalah satu meja kantin itu telah terisi oleh dua makhluk mungil, Sakura Dan Hinata. Dua sahabat yang selalu maupun Hinata sedang menikmati ramen mereka. Mereka tidak mau pusing-pusing membeli makanan berat yang akan menghabiskan waktu makan mereka, apalagi istirahat cuma satu jam.
"Sakura-chan" Hinata menggumam dengan nada sedikit ragu.
"Ada apa?"
"sebenarnya ada hal penting yang ingin kukatakan" pergerakan tangan Sakura terhenti. Ia menatap Hinata dengan alis yang bertautan, tak biasanya Hinata membicarakan hal serius dengannya. " Sebenarnya ak-"
"Baby" sebuah suara bass menggema diseluruh kantin. Sakura yang sangat tahu benar dengan suara itu hanya mendengus kesal. Sang pemilik suara, Uchiha Sasuke, berlari ke arah meja mereka dan langsung mendaratkan tangannya di pundak Hinata. Sakura langsung tersedak mie di tenggorokannya melihatnya.
"Ka-kalian" Sakura tebata-bata. Sasuke tersenyum meremehkan melihatnya
"Kami berkencan, jadi mungkin Hinata akan menghabiskan waktu bersamaku mulai hari ini" Bagaikan dipukul tongkat base-ball, kalau tidak ada Hinata, siapa yang akan menemaninya ke kantin? Siapa yang akan menemaninya belajar? Siapa yang akan mendengarnya berbicara?
"Gomen ne, Sakura-chan, aku tidak meminta pendapatmu dulu, ak-"
"Sudahlah baby, Sakura tidak akan marah, benarkan?" Sasuke bertanya dengan senyuman tapi setiap pelafalan kata yang Sasuke ucapkan seolah memaksa Sakura
"A-ah terserah kalian" Berusaha tenang dan memakan makanannya. Hinata tersenyum hangat, tapi tidak menyadari raut wajah Sakura. Sasuke pun menyeringai puas disampingnya tanpa siapapun tahu 'Ini baru permulaan Haruno Sakura' Batin Sasuke.
Suasana ramai dikelas semakin membuat hati Sakura dongkol. Ia baru saja dimarai guru karena tidak bisa membuat suasana kelas diam. Padahal ia sudah menggunakan suara nyaringnya, tapi apa daya, mereka cuma diam lima menit dan selanjutnya membuat kegaduhan lagi.
Sakura benar-benar mengutuk Temari yang seenak jidatnya membawa Hinata ke perpustakaan. Bukan bermaksud apa, tapi Hinata merupakan guru private dan teman mengobrol bagi Sakura. Tak ada Hinata, matilah dia.
"Sakura-san"seseorang menepuk pundak Sakura, mau tidak mau membuatnya menolehkan kepalanya.
Plukkh
Hoappph
Sakura kelabakan. Baru saja wajahnya menjadi sasaran tepung oleh orang mengusap wajahnya yang dipenuhi tepung, bahkan tepung itu sudah masuk mulut, hidung, bahkan juga berair. Bahkan penderitaanya tak sampai situ karena ia merasakan beberapa butir telur , bau amis langsung menyeruak masuk kehidungnya. Namun ia mendengar suara tawa. Satu kelas menertawakannya.
"Selamat ulang tahun Sakura-san" Seseorang berucap, dari suaranya ia tahu bahwa itu orang yang suka membullynya, Uchiha Sasuke. "Kerja bagus ten-ten" Kini Sakura tahu bahwa gadis asal cina itulah yang menghadaihinya telur.
"Apa maksudnya semua ini Uchiha Sasuke" lihatlah keadaan Sakura sekarang, rambut dan wajah dipenuhi telur dan juga tepung. Ia sudah cukup bersabar dengan kelakuan Sasuke, tapi tidak yang satu ini.
"Bukankah kau ulang tahun hari ini?"
"Apa?"Mata sakura membulat. Ini bulan September, Sasuke harus dibawa ke dokter saraf untuk diperbaiki ingatannya, itupun kalau ia memang peduli dengan ulang tahun Sakura.
"Eh? Aku salah ya?" Sasuke bertanya dengan nada mengejek
"Jangan mengada-ada Sasuke, Sakura-san ulang tahun ataiu tidak?"Ten-ten menepuk pundak Sasuke lebih keras, takut kalau pemuda itu berbohong kepadanya. Sasuke hanya tertawa kemudian pergi. Ten-ten langsung membantu membersihkan tepung di seragam Sakura " Maafkan aku Sakura, aku tidak tahu kalau Sasuke berbohong kepadaku" sesal Ten-ten. Sakura hanya menggeleng dan tersenyum. Seisi kelas menatap iba padanya.
"aku permisi" Sakura bergeser agak jauh agak tepung itu tidak mengenai seragam sekolah Ten-ten.
Setelah menghabiskan waktu 20 menit untuk mengganti seragam –ia terpaksa mengenakan seragam olahraga-, ia kembali ke kelasnya, hatinya bertambah dongkol ketika ia melihat Tsunade sensei sedang mengajar dikelas. Akhirnya ia putuskan untuk membolos. Akhirnya ia berjalan santai menuju atap sekolah -tempat murid biasanya membolos-.
Cklekk
Angin musim gugur menerpa dirinya. Sakura sedikit terhuyung kebelakang mengingat betapa keras angin itu berhembus. Sakura berjalak menuju pagar pembatas. Ia sedikit terlonjak ada orang lain disana. Jantungnya berdetak semakin kencang saat tangan mungilnya hendak menyentuh pundaknya. Namun belum sampai menyentuh pundaknya, pemuda itu berbalik.
"Eoh, Sakura-san , kau membolos?" Sakura mengangguk . " Kenapa pakai baju olahraga?" tanyanya lagi.
"Hanya masalah kecil di kelas tadi"
"Sasuke?"
"Yeah, seperti yangkau tahu Sai-san" Sai menghela nafasnya. Sai sendiri juga tak habis pikir, mengapa sahabatnya tega membuli gadis manis seperti ini, padahal yang ia tahu Sakura itu murid pendiam dan jarang berkomunikasi dengan orang lain, " Aku yakin ia tidak bermaksud jahat padamu, mungkin dia-"
"Aku sudah terbiasa" Sakura menatap wajah Sai sambil tersenyum, mau tidak mau Sai juga tersenyum tipis. "Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini"
"Jangan sok kuat"
"Eh?"
"Sasuke takkan berhenti sampai kau menangis dihadapannya" Sakura mengedarkan pnadangannya ke sekitar
"Aku takkan menangis" Sai tersenyum hangat, ia mengusak rambut Sakura, membuat Sakura menunduk untuk menyembunyikan roma merah di pipinya. Beberapa menit mungkin akan mereka habiskan dalam diam sembari menikmati hembusan angin.
"Sakura –chan" teriak Hinata sembari berlari dan langsung menerjangnya dengan pelukan erat. "Maaf, maafkan kelakuan Sasuke tadi". Sakura tersenyum kecut, ternyata ini maksud dari pelukan Hinata, kenapa juga sahabatnya ini rela meminta maaf untuk orang seperti Sasuke, sebegitu cintanyakah? – entahlah.
"Aku tidak apa-apa Hinata" Hinata melepaskan pelukannya dan memegang tangan Sakura
"Aku akan memutuskannya kalau ia masih mengganggumu, kau sahabatku Sakur, aku tidak mungkin memiliki kekasih yang terus menyiksamu" Sakura menggeleng pelan.
"Aku takkan melarangmu Hinata, hubunganku denganmu dan dengan Sasuke itu berbeda, aku memang membencinya, tapi itu tidak berlaku untukmu Hinata-chan, sudahlah jangan bahas ini" Sakura berdalih tidah suka sambil mengerucutkan bibirnya lucu
"Tapi-"
"Kalau kau masih membicarakan ini, aku tidak mau berbicara padamu"Sakura berujar dingin walaupun masih ada candaan di dalamnya.
"Arigatou Sakura-chan" Hinata tersenyum singkat. Saat ia melihat Nee-san nya suda didepan gerbang, ia langsung berpamitan pada Hinata dan berjalan menuju nee-sannya. See, kakaknya terlihat sangat keren sambil bersandar dimobil itu, Sakura terkikik melihatnya
"Kenapa eoh?"
"Kau terlihat sangat keren dengan pose seperti itu nee-chan" Sakura terkikik kecil.
"Tentu saja aku ini memang keren"
"Cih, tapi kau suka bersikap manja padaku dirumah"
Bletakk
"Awww"
"Sakura!" Ino menghentak-hentakkan kakinya membuat pemuda disekitarnya menahan nafas. Oh, sungguh lucu Ino bersikap kekanakan seperti itu.
CONFESSION-SasuSaku-
"Baca ini!" Sai memberikan sebuah buku pada Sasuke. Sasuke menaruh play stationnya dan meraih buku yang diberikan Sai.
"Ck, sejak kapan kau suka membaca novel seperti ini, memalukan" Sasuke mencibir dan Sai memutar bola mata bosan.
"Dibaca dulu sahabatku yang tampan" Sasuke tersenyum senang, biasanya kalau Sai sudah berkata seperti itu, Sasuke merasa ia menjadi orang tertampan di rumahnya (?)
'Lawan cinta bukanlah benci melainkan ketidak pedulian. Itulah mengapa cinta dak benci berbeda tipis. Kita bisa membenci semudah kita mencintainya dan Kita bisa mencintai sekeras kita membencinya' – Robert Fulghum ( dengan tambahan dari saya, kkk)
"Apa maksudnya ini?" Tanya Sasuke dengan nada bingung. Sai tersenyum puas, tak sia-sia ia memberikan buku filosofi itu kepada Sasuke, semoga saja dengan cara ini ia bisa menyadarkan sahabat bodohnya ini.
"Jangan membenci Sakura" alis Sasuke bertautan "Kau bisa mencintainya kelak" Sasuke tertawa mengejek, tak membenarkan ucapan memuakan dari Sai
"Cih, omongan lama, aku bahkan memiliki Hinata, mata violetnya dan bahu sempitnya seperti model kelas atas, beda dengan Sakura, tidak pandai memakai make-up, tubuhnya biasa saja"
"Tak tahulah, kita lihat saja nanti" Sai mengedikkan bahunya "Dan kurangi kadar kemesumanmu, kurasa kau akan memakanku kalau kau kehabisan stok" Sasuke tertawa
" Well, mungkin saja Sai sayang" Ia tertawa lebih keras dan Sai memandangnya datar
"Ck, sialan"
Sasuke terkekeh, ia kembali menyibukkan dirinya dengan game. Namun beberapa saat, ia mempause gamenya dan berbalik menghadap Sai
"Sai, kau-apa kau suka pada Ino?" Badan Sai yang semula bersandar langsung menegak dan matanya membulat. Melihat ekspresi Sai yang berlebihan membuat tubuh Sasuke terasa dikocok. Sai sangat lebay (?)-menurutnya. "Lihat ekspresimu Sai, kau seperti gadis yang ketahuan pacaran oleh orangtuanya" Alis Sai lang mendatar. Ia menggeplak kepala Sasuke kasar membuat siempunya meringis kesakitan. "Hey kawan, kupikir kau tidak akan suka pada orang yang sama populernya denganmu"
"Kau pikir aku populer? Terima kasih tuan muda Uchiha"
"Dasar!, kalau aku sih takkan munyukai orang yang populernya sama denganku" Ekspresi Sai langsung berubah datar, ia baru ingat kalau ia mempunyai sahabat dengan tingkat ke-PD an akut. "Kau ingin tahu kenapa?" Sai menggangguk, walaupun sebenarnya tidak tertarik. "Karena aku tak mau tersaingi. Hahaha" jawaban konyol. "Apa kau tidak ingin mendekatinya Sai?" mendengar penuturan sahabatnya, tiba-tiba ia menyeringai.
"Ia akan datang sendiri padaku"
"sepertinya aku melewatkan sesuatu" Sai tersenyum tipis.
CONFESSION-SasuSaku-
Brukk
"Ah, gomen ne adik manis, mari kubantu" Hinata mengernyitkan alisnya. Dan, hell , siapa yang berani memanggilnya adik manis. Jelas-jelas sudah SMA. Dia pasti sama gilanya dengan om-om hidung belang. "Kau tidak apa-apa, maaf aku terburu-buru tadi" Hinata mengangguk pelan, memunguti bahan makanannya yang ia beli tadi.
"Gomen ne" pemuda itu membungkuk. Hinata memang belum sempat melihat wajahnya. Dan tiba-tiba pemuda itu berdiri dan tersenyum lembut membuat jantung Hinata berdetak kencang, wajahnya memerah. Jatuh Cinta? Mungkinkah? Bahkan Hinata masih mematung melihat pemuda itu. "Hei, kau tidak apa-apa" pemuda itu melambai di depan wajahnya.
"A-ah ne" What? Kenapa suaranya terdengar begitu gugup
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu" pemuda itu sekali lagi membungkuk dan berlalu pergi. Tiba- tiba mulut Hinata berteriak
"Hey tuan" Pemuda itu berbalik dan tersenyum. " Jangan panggil aku adik manis, aku ini anak SMA" walau dari jarak jauh, Hinata bisa melihat pemuda itu terkekeh.
"Baiklah, siapa namamu?" teriak pemuda itu, Hinata mengukum senyumnya
"Hinata, Hyuuga Hinata"
"Senang mengenalny Hinata-san, aku Uzumaki Naruto, panggil saja Naruto" pemuda berkulit tan yang mempesona- menurut Hinata itu melambai kerahnya dan ia balas denganlambaian juga. Sampai akhirnya pemuda itu memutuskan untuk berjalan kembali.
'Uzumaki Naruto ya? Kenapa jantungku berdebar seperti ini? Ah Hinata, kamu kan sudah punya Sasuke' Hinata merutuk dalam hati.
"TBC"
Hehehe, di Chap depan ada Sasusauku moment yg bikin baper -_-
Mind to review ^^
