Disclaimer : © Thomas Astruc & ZAG ANIMATION

Siang itu bukanlah hal yang menyenangkan bagi Marinette sebab Akuma lagi-lagi menyerang kota Prancis. Seolah-olah Hawk Moth tidak pernah bosan untuk membuat Akumatized berkeliaran dan mulai mengincar dua keajaiban berharga. Ladybug dan Chat Noir. Dia segera bersembunyi dan mengubah diri menjadi Ladybug segera. Ketika dia berlari sambil melemparkan yoyo, tidak sengaja tertangkap oleh mata Adrien yang sedang asyik berbincang dengan Nino di sisi gerbang sekolah.

"Ups, sepertinya aku akan lebih cepat pulang kali ini, Nino. Maaf." bohongnya.

"Apa? Oh, kawan! Aku tahu itu. Kau pasti punya pekerjaan model yang selalu mengintai, bukan?" tanya Nino menebak.

"Mungkin?" ragunya, menjawab.

"Haha! Baiklah! Semangat, kawan!" beritahu Nino, melakukan hip-bump persahabatan.

"Ya! Terima kasih banyak!" seru Adrien, segera meninggalkan gerbang sekolah dan bersembunyi di tempat yang aman.

Dia membuka jaket miliknya, menemukan Plagg terbang, melayang ke luar dari sana. Kwami kucing hitam itu memandang Adrien dengan tatapan malas, merentangkan kedua tangannya.

"Oh, aku memang ditakdirkan untuk menunda waktu berhargaku, selalu!" keluhnya.

"Waktu berhargamu yang sebenarnya sudah menunggu, Plagg! Kau harus rajin, terutama untuk tidak menyusahkan Ladybug yang mungkin sedang bertarung sendirian!" omel Adrien tidak setuju.

"Blah, blah, blah. Apapun yang kau katakan, nak!" ledek Plagg tidak peduli.

"Makan saja camembert-mu! Kita punya tugas sekarang!" sahut Adrien, mengeluarkan camembert sambil menutup hidungnya rapat, menyerahkan keju busuk itu ke arah Plagg.

"Oh…. Camembert!" pekik Plagg senang, menerima cepat keju busuk itu dan menelannya dalam sekali tegukan.

Beberapa detik kemudian, Adrien mengangkat telapak tangannya.

"Plagg! Claws-Out!" serunya, menyerap Plagg yang berteriak kaget, memasuki cincin putih yang bertransformasi menjadi hitam dengan lambang jejak kaki kucing berwarna hijau.

Usai melakukan transformasi menjadi Chat Noir, dia keluar dari tempat persembunyian untuk menyusul Ladybug yang sudah berada di tengah pertarungan.

"Hai, My Lady! Maaf terlambat sebab aku banyak fans diluar sana untuk dilayani~" sapanya, tidak lupa dengan godaan seperti biasa.

"Agh! HEI! Oh, Chat Noir!" sapanya balik, berusaha menyeimbangkan diri dengan musuh di depan, hampir terjatuh sebab di dorong kuat.

"Kau baik-baik saja?" tanya Chat Noir, mengulurkan tangan untuk membantu Ladybug berdiri.

"Tidak sama sekali, Chat! Lihat!" desak Ladybug menunjuk musuh di depan mereka.

"Oh, baiklah gadis manis yang licik, jadi siapakah namamu gerangan?" tanya Chat Noir sambil menyenderkan tangannya sedikit pada senjata miliknya.

"Namaku Portalized! Biarkan aku membawamu ke tempat di mana kau akan terjebak SELAMANYA! GAHAHAHA!" tawanya menggelegar dengan mengangkat pistol berwarna ungu.

Chat Noir mengerutkan kening.

"Menarik! Tetapi setelah dipikirkan kembali, aku bahkan tidak mengerti apa maksudnya itu," jujur Chat Noir, memegang dagunya sendiri, memandang ke arah pistol akumatized tersebut.

Portalized memandang malas ke arah Chat Noir, kemudian mulai berusaha menembaknya.

"Chat Noir! Apa yang kau lakukan?! Kita tidak punya waktu untuk berbincang dengannya!" marah Ladybug tidak habis pikir.

"Aku tidak bermaksud begitu! Ayolah!" balas Chat Noir, berusaha menenangkan.

"Ugh!" Ladybug mulai melemparkan yoyonya, berusaha menangkap Portalized secepat yang dia bisa.

Chat Noir menahan Portalized dengan tongkat miliknyadan berhasil. Chat Noir menoleh ke arah Ladybug sambil menaik-turunkan alisnya, menyeringai.

"Hehe…"

"Huh?" Ladybug hanya heran melihatnya, mengerjapkan mata sesekali.

Mendadak Portalized menjadi kuat, mendorong Chat Noir hingga terjatuh.

"Ups. Aku kurang waspada. Wow! Santai!" seru Chat Noir ketika Portalized berusaha menendang bagian perutnya.

Ladybug berlari dan mencoba menghalangi Portalized, tetapi musuh lebih cepat dari perkiraannya. Mereka dapat melihat Portalized yang mendarat di atas gedung, mengarahkan pistolnya ke arah mereka berdua.

"Tidak ku kira ini akan mudah! Ahahaha! Selamat tinggal, Ladybug dan Chat Noir!" tawanya histeris, menembakkan pistol pada mereka.

Sebelum mereka berhasil menghindar, cahaya sudah menusuk ke dalam diri mereka. Membuat mereka kaget setengah mati, hingga berujung pingsan mendadak. Perlahan badan mereka menjadi transparan.

Gadis itu membersihkan ruangan kelas selagi teman-temannya belum datang ke sana. Dia sudah selesai membersihkan hampir seluruh ruangan sampai terdengar suara keras menghantam meja bagian belakang. Membuat dia kaget dan berbalik. Dia terdiam, mendekati objek yang terjatuh. Mulutnya menganga lebar ketika melihat dua orang aneh yang menggunakan kostum pesta.

"Aku yakin ini belum Halloween…" bisiknya, berusaha untuk tenang.

Dia duduk dan berusaha untuk menjaga dirinya beberapa jarak dari dua orang aneh di depan. Menarik napasnya dalam, kemudian mulai menggoyangkan pundak mereka.

"Bangun!"

Beberapa gerakan, mendadak dua orang itu membuka matanya kaget, langsung berusaha untuk duduk sambil memegang salah satu sisi kepala.

"Ugh…" Ladybug mulai memindai ruangan dengan visi setengah buram.

"Apa yang terjadi?" tanya Chat Noir tidak mengerti.

"Um, kalian baik-baik saja?" tanya seseorang di depan mereka.

Ladybug mulai mengalihkan pandangannya ke arah orang tersebut dan menjerit.

"Ka… kamu!" serunya kaget.

Orang di depannya juga kaget, mundur beberapa langkah. Menyembunyikan pandangan sementara.

"Uh? Hei," Chat Noir berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.

"Ada apa?" tanya orang itu bingung.

"Portalized. Oh… lupakan, jadi siapa namamu?" tanya Ladybug pura-pura baru saja bertemu.

"Ma… Marinette Dupain-Cheng," jawab Marinette dengan tatapan bingung.

"Kupikir kau sudah mengenalnya waktu kita menghadapi Evillustrator?" sela Chat Noir mengingatkan.

"Ssst… Chat! Kita sedang ada di jebakan Portalized! Kita harus bermain di sini!" desak Ladybug.

Chat Noir ditampar oleh realisasi dan mengangguk paham.

"Nama yang bagus tuan puteri~ Jadi, bisa kau jelaskan kita ada di mana?" tanya Chat Noir dengan percaya diri.

Ladybug menggerang ngeri mendengar cara Chat Noir berbicara dengan versi dirinya di sana.

"Ah, um… kalian ada di Collège Françoise Dupont," jawabnya.

"Panggil saja aku Marinette. Kau tahu… bukannya aku benci, tetapi…. Hanya saja aku alergi jika kau memakai panggilan itu, mengerti? Lagi pula, kau punya teman yang lebih pantas untuk di sapa seperti itu. Tepat di sampingmu," jelas Marinette jujur.

Chat mengerjapkan mata beberapa kali, mengubah bentuk bibirnya menjadi seringai.

"Baiklah. Aku menghargai keinginanmu, Marinette. Jadi, biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Chat Noir," ujar Chat Noir, menarik tangan Marinette hanya untuk mencium punggung tangan gadis itu.

"Ahah! Ya, ya! Kurasa itu cukup mengesankan! Jadi, siapa namamu?" tanya Marinette panik, beralih pada Ladybug yang memandang kesal Chat Noir dengan waktu yang cukup lama, membuat kucing hitam itu tertawa canggung sambil mengusap bagian rambut belakangnya.

"Namaku Ladybug. Senang bertemu denganmu, Marinette." ramah Ladybug, menjabat tangan Marinette dengan lembut.

"Kau cukup menarik dengan kostum itu. Ya, maksudku… um… aku hanya kaget melihat kalian terjatuh di tempat ini. Itu… Aku hanya…" Marinette tampak kebingungan menjelaskan inti permasalahan.

"Tidak apa. Kami bisa mengerti itu," potong Chat Noir mengerti.

"Ini bukan kostum biasa sebenarnya," jelas Ladybug pada Marinette.

"Benarkah? Berarti seperti dugaanku? Apakah itu kostum pesta?" tanyanya polos.

Chat Noir tertawa, Ladybug segera menyikutnya keras.

"Ow!" Chat Noir mengaduh kesakitan.

"Bukan! Ini semacam kekuatan! Bukan kostum pesta! Tetapi itu butuh proses untuk menjelaskan semua masalah yang kami alami!" terang Ladybug berusaha meluruskan.

"Oh…" sahut Marinette malu, menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Tidak apa. Kami di sini sebab menghadapi musuh yang melempar kami ke duniamu." kata Chat Noir.

Marinette mengernyitkan keningnya,

"Musuh? Dilemparkan ke duniaku? Benarkah?" tanyanya penasaran dan curiga.

"Ya, benar! Tolong, apapun yang terjadi, percayalah kepada kami!" desak Ladybug.

"Aku akan berusaha memahaminya. Jadi, apa yang kalian butuhkan?" tanyanya.

"Kami perlu bantuanmu untuk menemukan jalan keluar dari dunia ini." dengan serius, Ladybug menggenggam kedua tangan Marinette.

Merasakan dia punya koneksi, Marinette tersenyum. Membuat Chat Noir lega, sampai terdengar suara derap kaki beriringan. Membuat Marinette panik.

"Kupikir teman-temanku akan segera datang. Oh tidak! Bagaimana dengan ka…"

"Ssst…. Kau jangan khawatir. Kami bisa atasi ini," potong Ladybug.

"Ya, kami tim yang hebat! Jadi jangan takut!" lanjut Chat Noir seraya mengedipkan mata dengan jari telunjuk di depan bibirnya.

Marinette dengan ragu, panik melihat mereka dan pada pintu kelas. Kemudian hampir pingsan ketika melihat Alya berada di depan pintu, menjatuhkan tas miliknya.

"Gadis… ada apa dengan…" katanya kaget berat, membeku di depan pintu.

"Alya, aku bisa jelaskan!" seru Marinette panik.

Alya mulai membenarkan posisi kaca matanya, memandang ke arah Marinette dan dua orang di depan sahabatnya secara bergantian.

"Hei, kawan! Apa yang kulewatkan? Permisi, Alya! Kau menghalangi jalan! Tidak ada sejarah kau bisa letakkan ilmumu sembarang di lantai, tahu!" omelnya, mengambil tas Alya dan melihat ekspresi gadis berkaca mata itu.

"Gawat! Alya! Ada ap…" dia menoleh ke sumber pandangan Alya, cukup membuat topinya lengser, mendapat keberuntungan Alya secara cepat membenarkannya lagi.

"BWAHAHAHA! KAWAN! ADA APA INI?! APAKAH INI HARI DINI HALLOWEEN! WUHU!" tawa Nino sambil memegang perutnya, ditatap kaku oleh Alya.

"Ini tidak lucu sama sekali. Di sana. Siapa mereka?" tanya Alya dingin.

Nino berhenti tertawa seketika, menoleh lagi ke arah mereka.

"Ya, benar! Siapa kalian?!" tanya Nino tiba-tiba.

Ladybug dan Chat Noir mengernyit bingung dengan sikap dua temannya yang aneh itu.

"Um... punya banyak cerita untuk itu?" kata Chat Noir, tidak yakin harus memulai dari mana.

"Baik, baik." balas Nino mulai duduk di tempatnya.

Alya menyipitkan mata ke arah Nino. Membuat Nino memandangnya balik.

"Apa?" tanyanya tidak mengerti.

"Jangan berani hanya bilang begitu setelah semua kejadian tidak masuk akal ini terjadi di depan matamu!" geram Alya.

"Apa? Aku?" tanya Nino heran.

"Ya, kamu! Marinette dalam bahaya!" kata Alya serius.

"Pfft! Alya! Kau terlalu berlebihan! Menurutmu, apa yang lebih berbahaya bagi Marinette selain bertemu dengannya, huh?" tanya Nino mengingatkan Alya mengenai situasi yang paling dibenci oleh Marinette.

"Oh, ya?! Lalu berbahaya apa yang kau maksud?!" tanya Alya menuntut.

Pintu terbuka lebar, menampilkan bocah lelaki berambut pirang yang memasang senyuman manis di wajahnya. Melambaikan tangan pada Marinette.

"Putri! Senang melihatmu pagi ini!" serunya bahagia.

"Bah! Baru kubilang!" desis Nino, menutupi wajahnya dengan topi.

Alya terdiam, kemudian menjadi ngeri seketika.

"Menjauh dari gadisku!" pekik Alya mengancam, menuntut bocah itu pergi sambil berlari, melindungi Marinette dengan cara memeluknya.

"Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanya bocah lelaki itu polos.

"Jangan sok polos kau ya!" geram Alya.

"Oh ya ampun, apakah wajahku kurang meyakinkan?" tanyanya lagi.

Bocah lelaki itu mendekati mereka dan mulai mencoba menyentuh Marinette.

"Hei!" raung Alya seperti serigala lapar.

Baru saja bocah lelaki itu menyentuh ujung siku Alya, gadis berkaca mata itu sudah menjauh, memekik kaget. Membuat haluan menjadi mudah, membiarkan sahabatnya yang malang mendapat pelukan dari bocah tersebut.

"Wah… hei… lepas dariku…" cicit Marinette.

"Lepaskan dia!" teriak Alya, menunjuk wajah bocah itu muak.

"Mengapa? Padahal kami belum bermain hari ini?" tanyanya polos.

"Benarkan, Nino?" lanjutnya bertanya pada sahabat yang masih berusaha menutupi diri.

"Bermain?! Bermain macam apa yang kau maksud?!" desak Alya takut.

"Aish… jangan aku… jangan aku…" ucap Nino, gemetar dari balik topinya.

"ADRIEN AGRESTE! LIHAT! ADA KEMBARAN MARINETTE DI SANA!" seru Alya antusias dengan senyuman segar di mulutnya.

Adrien menoleh langsung ke arah jari Alya menunjuk, membuat mereka semua lari dari kelas.

"Kurang ajar!" desis Alya ketika dia berlari.

Ladybug dan Chat Noir bertukar pandang bercampur antara malu dan ngeri sekaligus bingung, mengikuti Alya beserta yang lainnya.

Sementara itu,

"Alya, aku tidak melihat apa… HEI!" Adrien merajuk menyadari dirinya ditipu ketika melihat kelas kosong melompong.

Bersambung