Love Just For You

Sagara Ryuuki

Disclaimer: Tite Kubo

Rate: T+ (Buat jaga-jaga dulu)

Disebuah gang kecil kota Karakura, 10.25 p.m.

"Wah, wah... Jarang-jarang ada nona secantikmu jalan didaerah seperti ini," ucap seseorang bertubuh kekar.

"A-anou... Ma-maaf, se-sepertinya a-aku tersesat. P-permisi." Ucap si gadis berkacamata gelagapan. Jelas saja, ia ketakutan karena ada tiga orang preman bertubuh kekar dipenuhi tato-tato yang menjebaknya disebuah gang kecil yang gelap, jarang ada orang yang melewat.

"Tunggu, cantik. Kau mau kemana? Sebaiknya kita bersenang-senang dulu disini." Ucap seorang preman yang tubuhnya tidak kalah kekar dengan yang pertama. Ia berjalan semakin mendekati si gadis yang semakin kebingungan. Si gadis tidak dapat melarikan diri, tidak ada celah baginya untuk berlari. Preman-preman itu mengelilinginya.

"Ka-kalian ma-mau a-apa?! Jangan dekati aku!" tukas si gadis ketika para preman tersebut berjalan semakin mendekat. Si gadis semakin mundur sehingga ia terpojok di gang tersebut.

"Kami hanya ingin kau, nona cantik. Wajahmu cantik, selain itu sepertinya tubuhmu juga bisa dinikmati." Si preman mendekat, lalu menekan tubuh si gadis ke dinding.

"Le-lepaskan!" ucap si gadis sambil mendorong sekuat tenaga preman tersebut.

Ketiga preman tersebut tertawa menyeringai. Bagaikan vampire yang mendapatkan mangsanya. "Hei, kalau kau sudah beres, gantian, ya! Sepertinya menarik." Sahut si preman ketiga.

"Oke, tenang saja, semua akan dapat bagian." Ucap si preman pertama. Tangan kanannya mengunci tangan mungil si gadis dengan kuat. Membuat si gadis mengerang kesakitan. Kemudian tangan kiri si preman pertama menarik syal yang digunakan oleh si gadis sehingga pangkal leher jenjang si gadis yang menggiurkan terlihat jelas. Tanpa basa-basi lagi si preman langsung menciumi leher jenjang milik si gadis.

"H-hentikan.. Kumohon.." mohon si gadis dengan sedikit merintih kesakitan ketika si preman mulai menghisap bagian sensitif disekitar lehernya. Namun, tentunya si preman tidak mengindahkan keluhan-keluhan si gadis.

Setelah si preman merasa puas menciumi leher jenjanng si gadis, si preman mulai membuka kancing mantel si gadis satu persatu.

"Hentikan!!!" si gadis berteriak sambil mendorong sekuat tenaga preman tersebut. Si preman jatuh tersungkur. Dan mengerang kesakitan, "Uukh.."

Si preman masih juga belum tumbang, dengan cepat si preman kembali mendekat dan menghimpit tubuh si gadis.

"T-TOLOOONG!!!" rintih si gadis. Si preman lalu berusaha untuk mengunci mulut si gadis dengan mulutnya.

BUAAKKK!!!

Sayangnya, sebelum si preman sempat melakukan hal tersebut, tiba-tiba teman si preman berjatuhan karena dipukuli benda tumpul oleh seseorang.

"Tch, sialan! Siapa kau, hah?!" marah si preman pertama, wajahnya langsung terlihat sangat kaget ketika melihat orang yang menumbangkan teman-temannya adalah seorang lelaki dengan tato 69 dipipi kirinya.

"Wah, wah, sudah lama aku tidak datang kesini ternyata kalian nakal juga, ya!" ucap seseorang yang tadi memukul kawanan preman.

"Ti-tidak mungkin kau.. kau.. H-Hisagi...!" si preman ketakutan dan langsung kabur begitu saja bersama teman-temannya.

"Tch! Kaburnya cepat juga, dasar pecundang jalanan." Ucap Hisagi seraya menyibakkan keringat yang menetes dipelipisnya. "Ah! Lalu kau belum sempat diperkosa oleh mereka, 'kan?" tanya Hisagi dengan senyum.

Si gadis menggelengkan kepalanya, "Be-belum.."mungkin karena si gadis tersebut masih shock dengan apa yang baru saja terjadi padanya ia menjawab dengan gugup.

"Oh, baguslah kalau begitu!" Hisagi tersenyum kearah si gadis sambil sedikit mengacak-acak rambut si gadis. Lalu ia pergi perlahan meninggalkan si gadis yang masih shock sendirian.

"Tu-tunggu!" si gadis menahan Hisagi untuk pergi, ia menarik-narik jaket Hisagi.

"Hn?" Hisagi menoleh kepada si gadis.

Si gadis lalu membungkukkan badannya dengan sopan, "T-terima kasih."

Hisagi kembali tersenyum simpul ketika melihat tingkah polos si gadis, "Ya, sama-sama."

Si gadis yang membalas senyuman Hisagi. Tapi, tiba-tiba cacing-cacing diperutnya berteriak meminta makan. Hisagi yang mendengar suara perut si gadis pun langsung tertawa. "Kau lapar?"

Si gadis mengangguk, menandakkan bahwa memang dirinya sedang kelaparan. Wajar saja, dari mulai sang matahari terbit sampai matahari membenamkan dirinya di ufuk barat, si gadis hanya mengisi perutnya dengan berliter-liter air mineral.

Hisagi yang mengerti keadaan si gadis langsung mengajakknya ke sebuah restaurant yang cukup terkenal di kota Karakura. Lalu memesankan banyak makanan untuk si gadis. Sambil menunggu pesanan datang, Hisagi mencoba untuk mengajak bicara dengan si gadis.

"Ngomong-ngomong, kenapa gadis cantik sepertimu berada di daerah seperti tadi malam-malam begini?" tanya Hisagi. Si gadis menundukkan wajahnya, pipinya kini merona merah ketika Hisagi menyebutnya 'gadis cantik'.

"Ng.. S-sebenarnya.. A-aku kabur dari rumahku.." jawab si gadis sambil tersenyum kecut.

"Kenapa? Kalau aku boleh tahu." Ucap Hisagi.

"Aku.. Takut.." jawab si gadis semakin menundukkan kepalanya. "Aku hampir di..." si gadis sudah tidak mampu lagi untuk menceritakan yang sebenarnya. Rasanya hal yang mengganjal itu ingin ia buang jauh-jauh. Air matanya mulai berjatuhan dari pelupuk bola mata lavender miliknya.

"A... Sudah-sudah jangan paksakan dirimu untuk bercerita sekarang. Mungkin lain kali saja ketika kau sudah siap untuk menceritakannya padaku," hibur Hisagi ketika melihat air mata si gadis mulai berjatuhan. "Oh, iya. Kalau boleh tahu, siapa namamu?"

Si gadis mengusap pipinya yang basah karena air mata yang sempat ia keluarkan tadi. Ia menegakkan tubuhnya dan menyunggingkan senyuman manisnya, seolah-olah ia tegar dengan nasibnya. "Namaku, Ise Nanao." Ucapnya dengan Ramah.

"Hmm, Nanao.." ulang Hisagi. "Baiklah, salam kenal, aku Hisagi Shuuhei."

Makanan yang dipesan telah datang. Mereka menyantap makanan tersebut dengan lahapnya, apalagi Nanao, ia terlihat sangat senang ketika menyantap hidangan yang telah disediakan. Seselesainya mereka makan malam, mereka pergi berjalan ke taman untuk menenangkan perasaan Nanao yang mungkin masih shock. Dijalan, Hisagi memulai pertanyaannya lagi pada Nanao.

"Setelah ini, kau mau kemana?" tanya Hisagi. Nanao hanya menunduk lalu menggelengkan kepalanya. Mulutnya menghembuskan uap-uap, kedua tangannya ia kepal erat-erat. Dingin. Itulah yang dirasakan Nanao saat ini. Hisagi melepaskan syal yang digunakannya lalu melilitkannya dileher Nanao. Membuat Nanao salah tingkah dengan apa yang Hisagi lakukan padanya. "Kalau begitu kau pulang ke rumahku saja,"

"T-tapi..."

Hisagi memegang kedua bahu Nanao, tubuh mereka berdua saling berhadapan. "Hei, mana mungkin 'kan? Aku tega membiarkan gadis cantik sepertimu mengalami hal yang tidak-tidak dijalanan yang ramai dengan preman pecundang seperti tadi?"

Pipi Nanao merona merah ketika Hisagi mengatakan hal itu. "Aku berjanji akan melindungimu, Nanao." Janji Hisagi. Nanao hanya membalasnya dengan senyuman hangat.

"T-terima kasih, Hisagi."

Setibanya di taman kota, mereka duduk di bangku taman dan sedikit berbincang-bincang tentang kehidupan mereka masing-masing. Setelah dikiranya malam semakin larut, Hisagi memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya.

***

"Waaah, bagus sekali rumah Hisagi.." Nanao berdecak kagum ketika melihat tempat tinggal Hisagi yang baginya sangat bagus.

"Ahaha, iya, terima kasih. Tapi ini bukan rumah milikku, ini adalah rumah yang atasanku berikan padaku," Kata Hisagi tersenyum.

"Ah, atasanmu pasti orang yang sangat baik hati."

"Iya. Tapi, kalau aku sudah punya uang, aku akan membeli rumahku sendiri. Kalau kau mau ikut, tinggalah bersamaku, haha."

"Benarkah? Kalau begitu aku mau!" ucap Nanao dengan semangat. Hisagi tersenyum.

Ketika Hisagi hendak membuka pintunya, ia melihat ada seorang gadis sedang tertidur diatas bangku teras rumahnya. Gadis itu terbangun ketika menyadari ada seseorang yang hendak membuka pintu rumah Hisagi. Ia langsung bangkit dari kursinya.

"Eh?" Hisagi tercengang. "Kau?"

To be Continue...

Author: Bwahahahah~ *Don Kanonji style*

Ryuuki: Dasar, ff lain belum beres udah main publish ff baru.

Author: Gak apa-apa dooong, abisnya imajinasi saia terus mengalir. Kan daripada imajinasi saia numpuk di memori otak terus ngeganggu aktifitas belajar saia, lebih baik langsung dituangkan. Hohoho..

Ryuuki: *sweatdropped* sibuk belajar apa? Perasaan dari kemarin kerjanya main PS mulu, gada belajarnya.

Author: Eits! Siapa bilang? Kan sekarang-sekarang lagi pada libur pra-UN. Nah, saia sebagai murid yang bukan menjadi peserta tidak menyia-nyiakan libur selama seminggu ini. Kekeke.

Ryuuki: Terserah deh. (inner. Ryujo: Nona Ryuuki, kenapa anda memiliki majikan seperti dia?) Mana kutahu.. (inner. Shoho: Benar-benar ironis.) Kau benar Shoho..

Author: Eh? Sacchan bicara sama sopoo? *celingak-celinguk*

Ryuuki: Bukan urusanmu. Dan jangan panggil aku Sacchan!!!!

Author: *innocent smile* maap, lupa ane... Ehh.. iya! Fic ini sewaktu-waktu bisa berubah ratenya jadi M. Jadi bersiap siagalah, wahai para Readers dan Reviewer. Fu fu fu fu.

Ryuuki: Oke, kami tunggu Review para Readers sekalian. Doumo Arigatou, yang udah Read, apalagi yang bersedia mereview juga.

Author: Sampai jumpa di chapter selanjutnyaaaaa!!! XDD