WAITING FOR YOU

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

RATED : T

Warning! Little-OOC, Canon, Typo(s)

Story © Mochizuka Kei

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading Minna!

.

.

.

.

.

ENJOY!.

.

.

.

.

Hembusan angin malam kini menerpa helaian rambut merah jambu gadis yang tengah menatap indahnya langit malam itu. Tak terasa sudah lebih dari satu jam ia duduk di kursi itu, kursi dimana pria berambut emo yang sangat ia cintai meninggalkannya.

Tes Tes Tes Tes

Butiran kristal bening mulai terjatuh dari manik emeraldnya saat kepalanya tertunduk ke bawah. Ini adalah air mata pertamanya sejak pria itu meninggalkannya, saat mereka masih dalam tahap genin, saat pria itu memutuskan untuk mengikuti seseorang yang bahkan tak pernah ia kenal sama sekali. Ya, ini adalah air mata pertamanya sejak lima tahun terakhir.

Hatinya selalu merasakan sakit dan rindu yang mendalam kala ia memikirkan pria itu.

Uchiha Sasuke

Pria yang selama lima tahun terakhir ini ia cintai dan ia tunggu-tunggu kehadirannya. Sejak perang terakhir yang menewaskan banyak korban itu berakhir dan semenjak guru kesayangannya-Hatake Kakashi- menjadi seorang Hokage dan semenjak pria itu mengatakan ia akan kembali. Gadis ini memutuskan untuk tetap menunggunya dan terus mencintai pria itu.

"Sakura -chan ?" panggil sesosok dengan suara baritonenya, tentu suara ini tak asing bagi gadis bermanik emerald ini. Suara sahabat yang selalu menemaninya, Uzumaki Naruto.

Dengan segera Sakura mengusap air matanyadan mendongkakkan kepalanya untuk melihat wajah sahabatnya itu.

"Apa kau habis menangis... lagi?" tanya Naruto dengan tatapan sendu. Sakura hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum, ya senyum palsu.

Naruto berjongkok dihadapan Sakura menatap mata gadis itu dalam sedalam dalamnya. Mencoba menemukan secercah kebenaran yang selalu ia tutupi.

"Huh, kau berbohong lagi yah. Ayolah, kau pikir sudah berapa lama kau mengenalmu hm?" ujar Naruto sambil berdiri kembali. "Sasuke lagi?"

Tak ingin berbohong untuk kedua kalinya, Sakura lalu menganggukan kepalanya.

"Boleh aku duduk disini?" tanya Naruto seraya menunjukan jari telunjuknya ke samping Sakura.

"Ya."

"Hm... kau merindukannya?"

Tak ada jawaban dari pertanyaan yang baru saja Naruto lontarkan itu. Dan tentu bagi Naruto itu sudah tak aneh. Ia sudah mengerti perasaan gadis yang sempat ia cintai itu.

"Aku juga rindu padanya kok," Naruto lalu menyenderkan punggungnya dan menatap punggung Sakura, terlihat sedikit bergetar dan itu tentu membuat hati Naruto merasa sakit. Ia merasa gagal menjaga gadis yang sudah ia anggap sebagai sahabat sekaligus adik kecilnya.

Naruto lalu menarik pundak Sakura menjadi menghadap kearahnya, mencengkram kedua pundak itu berharap ia bisa menyalurkan sedikit kekuatan kepada gadis ini.

"Sakura-chan, aku tahu kau merindukannya. Aku tahu kau menangis karenanya. Aku tahu kau sakit karenanya. Aku tak bisa berbuat banyak tapi... bertahanlah Sakura-chan. Rasa cintamu yang kuat pada si teme itu sudah cukup besar. Percayalah sebentar lagi ia akan kembali. Aku yakin dia juga mencintaimu."

Ucapan Naruto itu sukses membuat Sakura mendongkakkan kepalanya. "Kenapa... kau... bisa...yakin.. Naruto?"

Naruto kini tersenyum dan mengusap kepala Sakura dengan lembut. "Hey, aku ini sahabat kalian kan? Lagipula aku ini ahlinya cinta loh.. heheheh"

Seulas senyuman tipis terukir dibibir Sakura. Naruto benar, ia harus lakukan sekarang adalah percaya dan bertahan. Meskipun sakit tapi ini tidak ada apa-apanya. Bukankan Tsunade-sama sudah mengajarkan bagaimana menjadi sesosok wanita yang kuat?

"Ohiya Naruto, bagaimana dengan hubunganmu dan Hinata?"

"Hmm... berjalan baik sih, tetapi terkadang Hinata-chan pingsan dengan wajah seperti kepiting rebus jika aku mengatakan aku mencintainya, hulfftt.."

"Hihihi... Hinata masih seperti dulu yah. Aku senang kau bisa bersamanya sekarang."

"Ng. Aku juga senang dan lama kelamaan aku merasa nyaman bila dekat dengannya," seulas senyuman terpancarkan dari wajah tampan Naruto dan tentu itu membuat Sakura yang melihatnya ikut tersenyum. Bagi Sakura melihat sahabat sekaligus pria yang ia anggap sebagai kakak ini tersenyum saja sudah membuatnya ikut bahagia.

"Semoga kau langgeng dengannya yah.."

"Ng. Terimakasih, Sakura-chan. Ngomong-ngomong ini sudah malam, mau aku antar pulang?"

Tadinya Sakura meu menolak karena ia masih betah duduk di kursi taman itu dan ia tidak enak jika nanti bertemu dengan Hinata. Tetapi baru saja ia membuka mulutnya Naruto sudah memotongnya. "Aku tidak menerima penolakan lho, aku ini kan sahabat sekaligus kakakmu. Jadi aku ingin menjagamu. Lagipula Hinata-chan juga sudah tahu itu. Meskipun kadang-kadang ia ngambek sih, tapi tak masalah bukan?"

"Hhhh.. baiklah."

Sakura dan Naruto pun berjalan menyusuri jelanan desa Konoha yang kian menyepi karena memang sudah larut malam. Sesampainya didepan rumah Sakura mereka lalu berpisah.

Entah apa yang Sakura rasakan, hatinya seolah melarang matanya untuk terpejam meskipun saat ini Sakura sudah berada dibawah bedcover dengan motif bunga khas negeri Jepang itu.

Perasaan Sakura tidak enak, sangat tidak enak. Pikirannya melayang memikirkan pria yang berhasil menyelamatkan dunia ninja bersama Naruto. Hatinya cemas dan khawatir mengingat bagaimana keadaan Sasuke-pria itu- saat ini.

Menit demi menit telah berlalu, tak terasa jam sudah menunjukan pukul tiga dini hari dan gadis ini belum memejamkan matanya sama sekali.

TOK TOK TOK

Terdengar ada yang mengetuk pintu balkon kamarnya, hal ini tentu membuat Sakura terbangun dan menatap heran ke arah pintu kaca yang tertutupi tirai tipis itu. Sekelibat ia melihat sesosok bayangan.

"Sakura-san.." panggil bayangan itu, suaranya samar tetapi masih dapat didengar oleh Sakura.

Sakura langsung membuka tirai itu dan terlihatlah sesosok Anbu dengan topeng kucing. Belum sempat Sakura mengutarakan apa yang ada dipikirannya Anbu itu sudah berbicara terlebih dahulu.

"Sumimasen, saya menganggu tidur anda. Tetapi saya diperintahkan oleh Hokage-sama untuk menyampaikan pesan kepada anda agar segera ke kantor Hokage sekarang juga."

"Hm? Memangnya ada apa? Apakah ada banyak korban yang terluka parah?" tanya Sakura. Ia masih kebingungan karena jarang sekali Hokage ke lima yang tak lain dan tak bukan adalah Senseinya sendiri memanggilnya pada dini hari kecuali ada banyak korban yang terluka parah dan itupun selalu Tsunade beritahu pada sore harinya, agar Sakura bisa bersiap-siap atau bahkan bersiaga dan menginap di Rumah sakit.

"Lebih baik anda temui Hokage-sama saja terlebih dahulu," ujar Anbu itu tenang.

"Baiklah, aku akan bersiap-siap terlebih dahulu," Sakura lalu berbalik dan mengambil beberapa alat medis ringan di laci meja belajarnya. Sedangkan si Anbu masih setia menunggu di balkon kamar Sakura.

"Ayo," Ujar Sakura, sang Anbu hanya mengangguk.

Ditengah perjalanan dengan tiba-tiba Anbu tersebut berhenti dan otomatis membuat Sakura yang tak jauh didepannya ikut berhenti dan menatapnya dengan wajah kebingungan.

"Ada apa?" Tanya Sakura, tetapi Anbu tersebut hanya terdiam menatap lurus kedepan. Hal tersebut tentu membuat Sakura berinisiatif menghampirinya.

"He-kyaaa"

Tepat setelah Sakura berdiri dihadapan Anbu tertopeng kucing tersebut, si Anbu langsung menarik tangan Sakura dan merangkulnya pergi. Sakura yang kaget hanya bisa berteriak dan meronta.

"He-hei! Lepaskan aku!"

Sang Anbu masih saja bungkam dan tak mengeluarkan sepatah katapun. Rangkulannya semakin kuat seakan tak ingin Sakura lepas darinya.

Mereka berhenti disuatu lapang dimana ada tiga buah kayu yang berdiri disana, Anbu tersebut melepaskan rangkulannya dari bahu Sakura.

Melihat sekelilingnya Sakura hanya bisa terdiam, ia ingat ini adalah tempat dimana ia dan rekan satu timnya dulu diuji oleh Senseinya yang sekarang telah menjadi seorang Hokage.

"Tempat ini…."

Sakura berjalan mendekati batang kayu yang dulu menjadi tempat Naruto diikat. Tanpa ia sadari Anbu bertopeng kucing itu melepaskan topengnya dan mendekatinya perlahan.

GREB

"Arigatou."

Mata Sakura membelakak tatkala mendengar suara baritone lembut yang sangat familiar baginya itu.

Tidak ada rontaan ataupun teriakan, yang ada hanya suara angin dan sebuah pelukan hangat dari seseorang yang telah membuatnya menunggu sekian lama. Ya, pelukan kerinduan itu membuat suasana dingin menjadi berbalik hangat.

Sakura ingin memastikannya sekali lagi, benarkah ia adalah orang yang selalu ia nantikan kedatangannya?

"Sasuke-kun? Ka-kaukah itu?"

"Hn. Menurutmu?"

Tanpa Sakura sadari air matanya turun, badannya sedikit bergetar. Merasakan hal itu Sasuke lebih mempererat pelukannya.

"Yokatta, kau pulang dengan selamat…"

"Hn," Sasuke memejamkan matanya, meresapi wangi khas tubuh Sakura. Tak lama lalu ia membalikan tubuh Sakura sehingga menghadap ke arahnya. Tangannya mencengkram kedua bahu Sakura. Onyx dan emerald itu saling bertemu kembali setelah sekian lama.

Tangan kanan Sasuke kini mengusap kepala Sakura pelan lalu memeluknya kembali. Tanpa sadar pelukan tersebut membuat tangis Sakura pecah.

"Hiks... hiks..."

"Ssshhhttt... jangan menangis, aku baik-baik saja kok," ujar Sasuke seakan mengetahui apa yang ingin Sakura utarakan.

Angin malam terus berhembus menerpa sepasang anak muda yang tengah melepaskan rindu satu sama lain ini.

"Sakura," panggil Sasuke seraya melepaskan pelukannya pelan. Sakura menngadahkan kepalanya dan menatap onyx milik pria yang sangat ia cinta itu.

"Maafkan aku telah membuatmu menderita selama ini," lanjut Sasuke sambil menyentuh pipi Sakura. Sakura mengusap tangan Sasuke yang berada dipipinya "Iie..." lalu Sakurapun tersenyum.

"Jangan berbohong. Sakura, dengar mulai saat ini aku berjanji akan membuatmu bahagia. Selamanya," Dipegang erat kedua bahu Sakura oleh tangan kekar Sasuke. Mata onyxnya masih menatap emerald milik Sakura. Tidak ada kebohongan sama sekali dari onyx milik Sasuke.

"M-maksudmu?"

"Jadilah pendamping hidupku untuk selamanya."

Mata Sakura membelalak, hatinya terkejut mendengar pengakuan Sasuke lima detik yang lalu itu.

"Besok, aku akan menemui orangtuamu. Maaf aku telah membuatmu menunggu selama ini, Sakura."

Sasuke masih menatap mata emerald Sakura, dirinya masih menginginkan sebuah jawaban pasti dari mulut Sakura "...Ya Sasuke-kun. Aku.. mau," setelah mendengar jawaban tersebut tanpa pikir panjang, Sasuke langsung memeluk calon istrinya tersebut.

"Arigatou, aku akan berusaha tak akan membuatmu menunggu lagi. Aishiteru Sakura."

.

.

.

.

.

.

Percayalah, dibalik sebuah kesetiaan dan kesabaran sebuah kisah indah pasti akan hadir dan datang menghampirimu

.

.

.

.

Jangan pernah berhenti untuk berharap, yakin dan teruslah percaya

.

.

.

.

THE END


A/N:

Haaiiiii~

Ini ff canon pertamanya Kei loh ^^

Maafkan juga akhir-akhir ini belum bisa post beberapa fanfic, Kei sedang dalam masa-masa sibuk seorang siswi T^T maafkan Kei~ /bow/

Maafkan juga Kei baru sempat publish sekarang, readers-san T^T

Semoga kalian tidak bosan membaca fanfic buatan Kei yah :')

Terimakasih juga kepada semua yang sudah membaca fanfic buatan Kei ini~ Terimakasihhhhhhhh Banyaaaakkkkk ^.^

Yap! seperti biasa, karena Kei masih termasuk junior dalam hal pembuatan cerita. Kei minta kritik dan saran dari kalian semua yaaaa ^^

Maaf bila alurnya kecepetan atau ada eyd yang tidak benar...

Mohon bantuannya, Minna-san!

Mind to Review?

Regards,

Mochizuka Kei