Title: Our Lovely Wifey

Author: mingguki

Casts: Byun Baekhyun (22th)

Park Chanyeol (24th)

Park Jongin (20th)

Park Sehun (19th)

(nama marga diganti sesuai kebutuhan cerita)

Genre: Romance, Family, Drama

Rate: M

Warning: YAOI, Mpreg, typo, dll

Happy reading ^^


"Sehun! Kau taruh dimana pizza ku yang baru kubeli kemarin?"

"Ah aku memakannya! Habis kau letakkan begitu saja diatas meja. Aku kira hyung yang mengirimnya."

"Yak! Dasar albino! Aku belum sempat memakannya dan saat ini aku lapar! Tabungan bulananku sudah mau habis!"

"Salahmu sendiri hitam! Siapa suruh kau pergi ke club malam lagi. Bila hyung tau, matilah kau."

"HAAH Park Sehun kau begitu menyebalkan!"

Jongin menghampiri Sehun yang sedang asik terbaring di sofa, menikmati acara televisi kartun paginya. Ia langsung menyerang Sehun dan menggelitikinya, karena ia tahu Sehun paling tak tahan dengan geli. Sehun pun langsung tertawa keras, matanya sampai berair dan ia itu paling kesal kalau dikitiki. Maka Sehun bangkit dan berusaha menyerang balik Jongin, mengunci leher Jongin dengan tangannya dan membuat Jongin kesakitan.

"Aaah lepaskan albino!"

"Baru akan kulepas bila kau tak akan mengelitiki ku lagi Jongin!"

GEDEBAK GEDEBUK

Suara gaduh dari arah sebelah menghentikan dua insan yang sedang bertengkar itu. Keduanya saling bertatap-tatapan.

GEDEBAK GEDEBUK

"Hey suara apa itu? Kenapa berisik sekali?" Jongin bertanya dengan pandangan bodohnya.

Sehun melepas cengkramannya pada leher Jongin dan kembali duduk anteng di sofa.

"Entahlah, mungkin ada tetangga baru yang pindah hari ini?"

"Lebih baik aku mengeceknya saja. Siapa tahu seorang wanita cantik dan seksi yang akan jadi tetangga kita."

"Yak dasar mesum! Bisakah pikiranmu sekali saja tidak berbau mesum huh?"

"Aku tidak mesum bodoh! Sudahlah aku akan keluar!"

Jongin pun beranjak dari sofanya, ia memutuskan untuk mencari sumber suara gaduh tersebut. Ketika dirinya membuka pintu, pandangannya langsung dibingungkan dengan orang-orang berseragam yang mondar-mandir di pintu apartemen sebelahnya, yaitu pintu bernomor 48.

Suaranya pun juga gaduh dan berisik. Orang-orang berseragam itu membawa kardus, sofa, lemari, dan banyak perabotan lainnya. Sepertinya memang akan ada yang pindah disini.

"YA! Park Sehun!"

Jongin berlipat dada di depan pintu, matanya kini melirik ke dalam apartemennya, tepatnya Sehun yang masih asik bermalas-malasan di sofa sambil mengemil sebuah snack. Ckck anak itu tidak pernah berubah.

"Hm?" Sehun hanya menggumam malas pada Jongin.

"Berbahagialah kali ini kita akan dapat tetangga lagi!"

"Ohya? Aku tak peduli ah. Terakhir kali tetangga yang menempati kamar itu adalah Bibi Kwon, Bibi umur 60 tahun yang suka marah-marah pada kita karena kita berisik dan mengganggu ketenangannya. Aku masih ingat ketika aku dijewer oleh nenek lampir tersebut, biarpun sudah tua tapi tenaganya sangat kuat, telingaku sampai harus diobati tahu."

Sehun bercuhat ria panjang lebar. Ia bergidik ngeri membayangkan Bibi Kwon, wanita yang sudah tua namun darahnya tinggi dan cepat marah-marah. Untung dua minggu yang lalu Bibi Kwon sudah pindah ke Daegu untuk tinggal bersama anak dan cucunya.

Jongin sendiri hanya terkekeh mendengar cerita Sehun. Ia juga sama seperti Sehun, selalu diomeli. Maklum kan dua bersaudara itu bersama, makanya ada keributan dan kerusuhan.

"Aah.. itu memang kenangan pahit. Tapi jangan selalu terpaku pada masa lalu Hun, lihatlah masa depan! Kali ini kita akan membina hubungan pertetanggaan dengan baik. Tidak seperti dulu!" Jongin berucap layaknya Mario Teguh. Ia ingin memotivasi Sehun yang sepertinya sakit hati dengan Bibi Kwon.

"Hmmm..hmmm yaa terserahmu sajalah."

Jongin pun hanya memutar bola matanya. Ckck.

Jongin kembali mengintip keluar, ia masih melihat orang berseragam itu namun sepertinya sang calon pemilik kamar ini belum datang karena Jongin tidak melihat siapa-siapa selain mereka. Jongin menghampiri salah satu petugas yang sedang membawa kardus dan memutuskan bertanya.

"Permisi, Pak. Apakah akan ada yang menempati kamar ini? Kalian memasukkan barang-barangnya kan?"

Petugas yang sudah cukup tua itupun menaruh kardusnya di lantai, sambil mengelap keringatnya dan tersenyum ramah pada Jongin.

"Yak kau benar nak, akan ada yang pindah kesini. Memang kenapa?"

"Mmm.. tapi aku belum melihat pemiliknya? Apa dia belum datang?"

"Ah, untuk itu saya kurang tahu. Saya dan teman-teman disini hanya disuruh memindahkan perabotan dan barang-barang kesini. Kami hanya mendapat perintah dari atasan. Namun sepertinya sih, pemiliknya baru akan tiba di apartemen malam nanti."

"Ahhh.. begitu."

Jongin mengelus dagunya, mengangguk-angguk.

"Baiklah, silakan lanjutkan pekerjaanmu Pak, maaf menganggu!"

Jongin menyengir lebar. Setelah itu petugas tadi pun tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Jongin pun memutuskan untuk masuk ke apartemennya lagi, dan menutup pintu. Ia menghampiri Sehun dan duduk di sebelahnya.

"Hei Hun, apakah ada kabar dari Hyung? Umma? Appa?" Tanya Jongin pada Sehun.

Sehun melirik kearah Jongin, lalu ia mengambil hpnya. Sehun mengecek hpnya dengan kening berkerut.

"Hmm biar kulihat.. Umma dan Appa masih di Eropa untuk urusan bisnis. Hyung mengirimku chat semalam agar kita tidak main game terus dan belajar untuk ujian."

"AAAAAAAAAHHH!"

Jongin tiba-tiba berteriak frustasi, ia menyandarkan kepalanya di sofa sambil mengadah, lalu menutup matanya dengan lengannya.

"Aaaakkh kapan kita akan keluar dari penderitaan ini Hun! Aku rindu mansion. Aku rindu uang. Aku rindu hidup enak. Haaaaaahh…"

Jongin menghela napasnya berat. Sedangkan Sehun juga merasakan sama seperti Jongin, ia ingin segera keluar dari hukuman ini, namun Sehun bukan tipe yang mengeluh. Ia lebih baik diam dan menjalankan hukumannya dengan tenang, dengan begitu waktu tak akan terasa terlewati. Begitulah pemikirannya.

Ngomong-ngomong, mari cerita dulu soal kakak beradik ini. Jongin dan Sehun.

Jongin dan Sehun murni saudara kandung, berasal dari Ayah dan Ibu-nya yang sama. Jangan tanyakan mengapa warna kulit mereka berbeda, mungkin itu takdir Tuhan.

Jongin dan Sehun sebenarnya lahir dari keluarga kaya raya. Ayahnya merupakan CEO dari perusahaan keluarga yang dibangun dari 0 hingga sukses seperti sekarang. Sedangkan Ibunya merupakan pebisnis fashion yang sudah mencapai kancah internasional. Jongin dan Sehun juga mempunyai hyung yang lebih tua dari mereka, sehingga mereka biasa disebut tiga bersaudara yang tampan (Kata orang-orang sekitarnya).

Jongin dan Sehun lahir pada tahun yang berdekatan. Hanya beda setahun. Jongin lahir terlebih dahulu, sehingga membuat Sehun maknae dalam keluarga mereka. Sedangkan Hyung mereka terpaut lumayan jauh, beda empat tahun dengan Jongin dan lima tahun dengan Sehun.

Hyung mereka bernama Park Chanyeol. Anak pertama dari keluarga Park, yang mempunyai sifat paling baik diantara kedua adiknya. Bila diurutkan dari sifat yang paling baik ke paling buruk, mungkin adalah Chanyeol-Sehun-Jongin. Ketika kecil bisa dibilang Jongin paling nakal, namun Sehun sebenarnya tak kalah nakal. Karena umur mereka yang berdekatan, mereka sering sekali berebut mainan satu sama lain. Ketika balita pun seperti itu. Jongin pernah menggigit lengan Sehun karena berebut mainan robot-robotan. Sehun pun menangis kencang, namun ia tipe balas dendam jadi Sehun menjambak rambut Jongin. Jadilah kedua balita itu berantem fisik dengan tangan mungil mereka, disertai tangisan kencang masing-masing.

Biasanya saat itu yang menjadi pahlawan mereka adalah Chanyeol. Walaupun Chanyeol baru SD kala itu, tetapi Chanyeol adalah orang yang dewasa. Terlebih karena orang tuanya yang sering tidak ada di rumah, Chanyeol diberi mandat untuk menjaga adiknya. Tidak seperti adik-adiknya, Chanyeol lebih suka membaca buku ketimbang bermain robot-robotan.

Namun dibalik sifat pendiamnya itu, terkadang Chanyeol juga tipe gampang marah. Biasanya ia akan marah apabila melihat Jongin dan Sehun bertengkar, dan segera memisahkan kedua bocah itu. Biasanya Chanyeol akan menyuruh mereka berdua saling minta maaf dan berpelukan, tapi pada dasarnya balita ngambek tetap saja ngambek. Tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya Chanyeol lah yang mengalah, dia membeli robot satu lagi untuk adik-adiknya.

Semakin umur mereka bertambah, sepertinya sifat ketiga bersaudara itu tidak ada yang berubah. Chanyeol tumbuh menjadi anak jenius. Ia masuk SMA nomor satu di Seoul dan jadi murid kebanggaan disana. Prestasi akademik, dan banyak prestasi non akademik juga diraih oleh sang anak tertua. Orang tua mereka pun sangat bangga dengan Chanyeol.

Tetapi, apa yang terjadi dengan Jongin dan Sehun? Kedua anak itu malah tumbuh menjadi anak nakal, pembangkang, dan 'manja'. Entah karena memang uang orang tuanya yang sangat banyak, Jongin dan Sehun malah sering bolos dari sekolah dan lebih memilih menghamburkan uang mereka. Karena mereka satu sekolah (SMP) Jongin sebagai senior dan Sehun junior, namun mereka satu komplotan dalam membolos.

Tetapi entah kenapa, sepertinya nasib Jongin lebih sial. Sehun memang suka membolos sepertinya, tapi setidaknya otaknya lumayan encer apabila mengerjakan soal-soal ujian. Sedangkan Jongin, mencatat saja tidak pernah, kerjaannya kan kalau di kelas paling tidur atau mendengarkan lagu. Dengan tingkah nakalnya dan nilainya yang anjlok, akhirnya Jongin harus tinggal kelas. Yang berarti dia akan seangkatan dengan Sehun.

Orang tua mereka yang mengetahui tingkah anak kedua dan ketiganya pun marah. Biarpun orang tua mereka adalah pebisnis dan punya banyak uang, tetapi bukan berarti mereka bukan orang tua tidak perhatian. Justru sebaliknya. Sebenarnya bisa dibilang Umma mereka sangat memanjakan Jongin dan Sehun. Apapun yang diminta kedua anak itu pasti dituruti. Sedangkan kakak mereka adalah tipe mandiri dan tidak mau dimanja. Oleh karena itu Umma dan Appa mereka sangat kecewa mengetahui ketika besar tingkah kedua anaknya seperti ini.

Melihat Jongin yang tinggal kelas, dan Sehun semakin urakan, akhirnya ketika lulus orang tuanya memutuskan untuk memasukkan Jongin dan Sehun di SMA nomor satu di Seoul, sama seperti kakaknya. Tentu mereka masuk kesitu karena uang orang tua mereka, bukan kepintarannya.

Tujuannya tadinya adalah untuk mendisiplinkan Jongin dan Sehun. Karena sekolah itu adalah sekolah terbaik, otomatis disitu pengawasannya sangat ketat dan disiplin. Sekolah itu juga memberlakukan siswanya wajib asrama. Belajar disitu 8 jam, belum kalau ada les malam. Guru-gurunya juga mengerikan. Hanya siswa yang benar-benar jenius bisa bertahan disana, seperti Chanyeol.

Jongin dan Sehun yang biasa bolospun tak bisa menghindar dari lirikan tajam para security disana. Semuanya benar-benar seperti penjara. Belum pelajarannya yang sangat susah, membuat ingin muntah. Mereka pernah memohon untuk dipindahkan dari sekolah itu karena tidak kuat, tetapi orang tua mereka menolaknya dan beralasan untuk kebaikan Jongin dan Sehun. Lagipula lulusan disana pasti akan mendapat kuliah terbaik.

Setelah ajaibnya 3 tahun berlalu, mereka bisa juga lulus dari SMA itu. Dengan nilai paling terendah di sekolahnya (Sehun di atas Jongin) setidaknya mereka lulus juga. Orang tua mereka pun setidaknya bersyukur ada peningkatan dari kedua anaknya, setidaknya bisa lulus dari sekolah terbaik.

Namun ternyata kehidupan sulit Sehun dan Jongin tidak berakhir sampai situ. Mereka dituntut harus melanjutkan kuliah di universitas terbaik di Seoul pula. Namun mereka bebas memilih jurusan. Tetapi karena Ayahnya yang menyarankan untuk jurusan bisnis dan manajemen (karena Ayah mereka mempunyai perusahaan besar yang nanti akan diwariskan ke anaknya) jadilah mereka berdua memilih jurusan itu.

Ternyata setelah lulus dari sekolah terbaik, tak disangka kepintaran otak mereka semakin bertambah. Tidak sia-sia. Jadi mereka pun belajar mati-matian, ikut tes, dan siapa sangka dewi fortuna datang. Mereka berdua berhasil masuk jurusan bisnis di salah satu universitas terbaik di Seoul.

Walaupun otaknya kini telah cerdas dan tidak sedangkal dulu, namun ada sifat yang belum lepas dari mereka. Yaitu manja dan menghambur-hamburkan uang. Jongin yang ternyata masih suka ke club malam dan bermabuk-mabukan disana, diikuti pula oleh Sehun.

Akhirnya orang tua mereka memberi ultimatum, selama kuliah mereka tidak boleh tinggal di mansion mewahnya. Umma dan Appa mereka sudah membeli apartemen sederhana di Seoul, satu apartemen untuk berdua. Apartemen itu bisa dibilang kecil namun masih layak dan bersih. Mereka juga menyita semua koleksi mobil mewah Jongin dan Sehun, hanya meninggalkan mobil SUV sederhana dan motor vespa untuk mereka berdua.

Selama kuliah Jongin dan Sehun akan tinggal disana untuk memperbaiki sifat hedon mereka. Orangtua nya akan memberi uang bulanan ke rekening baru Jongin dan Sehun, dan tidak memberi kartu kredit sama sekali. Lalu dengan uang bulanan mereka harus berhasil bertahan hidup, tidak membuang uang-uang itu percuma.

Akhirnya Jongin dan Sehun pun harus belajar menghemat uang. Belum lagi tidak ada pelayan, yang berarti mereka harus membersihkan apartemen mereka sendiri. Diawal tinggal, mereka merasa kesulitan dengan uang pas-pasan dan mengurus diri mereka sendiri. Tapi memang waktu merubah segalanya. Perlahan Jongin dan Sehun dapat menyesuaikan dan terbiasa dengan apartemen kecil ini.

Bagaimana nasib hyung Jongin dan Sehun? Jangan ditanya. Chanyeol melanjutkan kuliah di luar negri. Tepatnya di Inggris. Chanyeol memang sangat jenius, dan Appa mereka sudah memberi mandat kepada Hyungnya untuk mengganti posisi CEO di perusahaan mereka setelah ia lulus.

Tak disangka Chanyeol pun berhasil meraih cum laude dengan IP terbaik di kampusnya. Ia kembali ke Korea dan menjalani training selama beberapa minggu. Tak lama posisi jabatan pun telah berganti. Chanyeol menggantikan posisi Ayahnya yang memang sudah di umur pensiun.

Ayahnya pun kini di rumah, dan terkadang mengurus bisnis cafe yang mulai ia geluti sebelum pensiun. Chanyeol kini telah termasuk menjadi orang paling berpengaruh di Korea, dan disegani di dunia perusahaan. Ayah dan Ibunya sangat bangga pada Chanyeol.

Terkadang Jongin dan Sehun iri pada hyungnya yang dielu-elukan. Tapi, seperti yang dikatakan pepatah 'apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita semai'. Mereka berdua hanya perlu berusaha lebih keras lagi untuk dapat sejajar dengan Hyung-nya.


Malam hari pukul 19.37

Sehun duduk di karpet sambil memegang bukunya. Ia berusaha membaca rentetan angka-angka itu, berusaha menghafal rumus-rumus untuk kuis besok. Sementara Sehun terlihat fokus belajar, Jongin sudah terlelap di sofa dengan buku terbuka yang menutupi wajahnya. Sepertinya ia sudah belajar, dan karena terlalu lama belajar (yang menurutnya membaca itu membosankan) akhirnya ia tertidur sendiri di atas sofa.

Tok..tok..tok

Sehun tetap membaca bukunya dengan serius. Besok adalah mata kuliah ekonomi, yang susah menurutnya. Jadi ia akan belajar agar mendapat nilai bagus di kuis besok.

Tok..tok..tok

Ketukan pintu itu ternyata semakin berlanjut. Sehun pun menaruh bukunya, dan menengok ke pintu apartemennya. Siapa yang bertamu malam begini? Jarang yang bertamu kesini, apalagi temannya. Daripada penasaran pun Sehun berjalan kearah pintu dan membuka pintunya.

"Siapa?.."

Suaranya perlahan menghilang begitu pintu terbuka lebar. Sehun berdiri di depan pintu dengan tatapan terkejut, melihat sosok didepannya.

Astaga. Astaga. Astaga.

Siapa dia?

Cantik sekali…

Sehun menatap makhluk di depannya, yang tingginya tidak lebih sebahu Sehun. Makhluk itu tersenyum manis padanya, hingga matanya membuat lengkungan indah.

Ayolah, kenapa ini? Kenapa Sehun berdebar-debar? Kenapa ia tiba-tiba menjadi gugup? Kenapa Sehun seperti ingin terkena serangan jantung melihat orang yang baru pertama dilihatnya!?

"Annyeonghaseyo~"

Sehun dibuat terperanjat dengan suara lembut yang keluar dari bibir semerah cherry itu. Suaranya saja membuatnya meleleh. Sangat lembut dan seperti nyanyian malaikat. Entah kenapa Sehun jadi merasa sedikit berlebihan tapi memang itulah kenyataan yang di otaknya.

"Annyeong? Permisii?"

Makhluk di depannya mengkerut bingung melihat Sehun yang seperti patung, tidak bergerak sama sekali atau menjawab pertanyaannya. Ia mengerucutkan bibirnya lalu melambai-lambaikan tangannya di depan Sehun, berusaha mengecek apa Sehun masih hidup atau tidak.

Sehun pun berkedip beberapa kali, lalu menggeleng kepalanya. Ia kembali ke alam nyata, dan menatap pemandangan di depannya yang sudah mencuri perhatiannya.

"Hey ternyata kau masih hidup! Baguslah hehe. Ohya maaf aku menganggumu malam-malam, tapi bisakah kau memberiku bantuan?"

Bantuan apapun akan kulakukan. Memberi seluruh dunia pun akan kulakukan. Hanya untukmu.. ah apa yang kupikirkan bodoh!

"Ehem." Sehun berdehem, "Maaf tapi Anda siapa? Aku tak mengenal Anda,"

Modus sekali-kali, berkenalan dengan makhluk cantik, siapa tau Tuhan memang mengirim malaikat untuk mendampingiku..

"Ah ya mianhae! Namaku Baekhyun. Byun Baekhyun. Dan aku baru saja pindah ke apartemen sebelah, yang artinya aku adalah tetangga barumu hehe."

Baekhyun menunjukan cengiran imutnya. Ia lalu menjulurkan tangannya ke depan Sehun. Sehun melihat jari-jari Baekhyun. Astaga apa itu benar jari? Bisa selentik itu? Kenapa jarinya sama cantiknya dengan orangnya?

"Namaku Sehun.. Salam kenal Baekhyun," Sehun menyambut uluran tangan Baekhyun. Lembut.. rasanya ia ingin menggenggam tangan ini selamanya.

"Wah Sehun, nama yang bagus. Emm jadi apa bisa kau membantuku? Maaf bila aku merepotkanmu di hari pertama aku tinggal disini hehe."

"Tidak! Tidak kau sama sekali tidak merepotkan sungguh! Emm maksudku.. apa yang kau butuhkan? Tentu aku akan membantumu. Itulah gunanya tetangga."

"Jadi begini.." Baekhyun menggigit bibir bawahnya, "Aku tak tahu kenapa tetapi air panas di shower ku tidak menyala. Apa kau bisa mengeceknya? Aku kurang mengerti tentang masalah seperti itu."

"Ah itu! Kejadian itu memang sering terjadi disini karena terkadang keran di sini tidak bekerja. Tapi aku bisa membenarkannya, kalau kau mau."

Mata Baekhyun langsung berbinar-binar cerah, ia menganggukan kepalanya seperti anak anjing yang penurut. "Tentu, aku akan sangat terbantu!"

"Baiklah, aku akan mengambil peralatannya dulu."

Setelah Sehun mengambil peralatannya, mereka berdua masuk ke apartemen Baekhyun. Apartemen yang baru ditempati lagi hari ini.

Sehun merasa kagum setelah masuk ke apartemen Baekhyun. Memang kecil, tetapi semua perabotan seperlunya tertata dengan rapi. Apartemen mereka memang hanya mempunyai ruang tamu, ruang tv, dapur yang digabung dengan ruang makan, satu kamar tidur yang cukup luas dan satu kamar mandi. Tetapi entah kenapa begitu masuk Sehun merasa apartemen ini lebih luas dan bagus dari apartemennya. Mungkin karena memang penataannya yang bersih dan nyaman.

Sehun masuk ke kamar mandi diikuti dengan Baekhyun. Ia mencoba menyalakan air hangat di shower, dan memang tidak menyala. Ia pun akhirnya berbalik ke Baekhyun.

"Sepertinya ini harus diganti. Aku akan menggantinya dengan punyaku yang dulu. Kau tunggu saja diluar ya, Baek."

Sehun tersenyum hangat. Baekhyun pun hanya mengangguk kepalanya kecil.

"Baiklah, aku akan menunggu diluar. Semangat ya Sehunnie!"

Baekhyun mengepalkan tangannya sambil mengucapkan 'fighting!' Sehun hanya tertawa gemas melihat tingkah Baekhyun.


20 menit kemudian, Sehun keluar dari kamar mandi. Baekhyun langsung berdiri menghampirinya.

"Sudah aku betulkan. Kau bisa mencobanya."

Baekhyun pun membuka keran shower, dan ia tersenyum senang begitu air hangat keluar dari shower tersebut. Baekhyun pun melonjak-lonjak senang.

"Terima kasih banyak Sehun! Ah kau penyelamatku!"

Baekhyun refleks memeluk Sehun sambil memejamkan matanya karena terlalu senang. Sehun langsung gugup setengah mati. Serius.

"A—ah iya. Bu-bukan masalah kok, aku senang bisa membantu."

Baekhyun melepas pelukannya, ia menatap Sehun dengan wajah cerahnya.

"Maukah kau disini dulu? Aku bisa membuatkanmu teh hangat dan cookies sebagai imbalan."

Sehun menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan.

"Tidak perlu repot-repot, Baek, lagipula aku harus belajar sekarang karena besok siang ada kuis."

"Umm.." Baekhyun menggembungkan pipinya imut, Sehun merasa akan jarinya mengepal gemas melihat aegyo Baekhyun.

"Baiklah, tapi besok pagi kau harus kesini. Karena aku akan membuat sarapan yang banyak. Tadi sore aku membeli banyak bahan makanan! Kau harus sarapan disini arraseo!?"

Baekhyun kesannya seperti memaksa, tapi justru Sehun malah merasa lucu dengan nada bicara Baekhyun. Sehun pun mengalah, ia menyetujuinya sambil tersenyum. Baiklah, lumayan. Sarapan dan makan masakan Baekhyun. Ia bisa memulai pendekatan dengan makhluk mungil ini berarti kan.

"Yey! Ah ya, kau tinggal bersama siapa Sehunnie?"

"Kakakku.." Sehun sedikit mengernyitkan keningnya begitu teringat Jongin, "memang kenapa?"

Baekhyun bertepuk tangan kecil. "Waa berarti kau boleh mengundang kakakmu juga untuk ikut sarapan! Hitung-hitung aku ingin mengenal baik para tetangga-ku."

Sehun menipiskan bibirnya. Kiranya Baekhyun hanya mengajak dirinya agar mereka bisa berduaan. Tetapi ternyata lelaki cantik itu ingin mengajak kakaknya juga. Bisa-bisa kakaknya akan menganggu proses pendekatannya dengan Baekhyun.

"Baiklah, aku akan memberitahunya kalau tidak lupa yah, Baekhyunee.." Sehun memberikan senyum palsu dan jahat.

"Baik, baik. Sekali lagi terima kasih Hun. Kau menolongku banyak hari ini hehe padahal kita baru pertama bertemu."

"Tidak masalah, sungguh! Kalau ada apa-apa, panggil aku lagi saja. Aku akan siap sedia selalu untukmu, Baekhyun."

Baekhyun merona merah mendengar ucapan Sehun, namun ia kembali menyengir manis ke Sehun. Sehun pun balas nyengir. Ia sangat tidak sabar untuk pdkt dengan laki-laki malaikat ini.


Sehun kembali ke apartemennya dengan cengiran bodoh di wajahnya. Bila ini kartun, maka akan ada gambar bunga-bunga dan love imajiner yang mengelilingi sosoknya. Jongin yang terbangun beberapa menit lalu pun mengernyit aneh melihat Sehun.

Apa yang terjadi pada adiknya? Adiknya yang biasanya berwajah malas dan jutek, kini senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Apa kini adiknya telah gila sungguhan?

"Yak, Hun! Apa yang terjadi padamu eoh? Kenapa mukamu jadi seperti om-om pedofil begitu?"

Sehun memutar bola matanya malas mendengar ucapan Jongin. Baru masuk, tetapi saudaranya ini sudah menghancurkan moodnya.

"Bukan urusanmu! Yang penting aku senang sekali hari ini. Sepertinya Tuhan mengabulkan doaku untuk mengirim malaikat cantik kepadaku."

"Hah? Malaikat cantik?"

Jongin berdiri di depan Sehun, menghalangi Sehun yang ingin memasuki pintu kamarnya.

"Jelaskan yang benar! Siapa dia? Kau habis darimana?"

Sehun melipat tangannya di dada. Ia tersenyum tipis.

"Dia cantik, manis, menggemaskan, suaranya lembut, dan alangkah beruntungnya aku dia sangat dekat dengan kita. Aku bisa melihatnya setiap hari…aaaah"

Sehun kembali dalam mode bunga dan love imajinernya. Sehun pun segera mendorong Jongin agar menyingkir.

"Minggir Jong! Aku ingin tidur. Aku tidak sabar ingin cepat besok pagi!"

Sehun masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu mereka. Jongin sendiri masih menatap pintu kamar mereka dengan bingung. Siapa yang dimaksud Sehun? Salahmu sendiri tidur mulu, Jongin..


Esok datang dengan cepat. Sehun sangat semangat pagi ini. Semua rumus dan materi sudah dihafal di kepalanya. Namun tentu bukan itu yang membuatnya semangat. Hari ini dia kan akan sarapan berdua dengan Baekhyun.

Sehun menatap Jongin yang masih terlelap di kasur sebelahnya. Mereka berdua memang membagi kamar tidur. Namun berbeda kasur. Masing-masing menempati dua single bed yang bersebelahan.

Sehun merasa sepertinya Jongin masih asyik bermimpi dilihat dari cara tidurnya yang masih nyaman dengan kaki yang kemana-mana. Sehun pun bersyukur. Ia hanya perlu cepat mandi dan bersiap, lalu segera ke apartemen Baekhyun sebelum Jongin bangun.

Itu rencananya agar Jongin tidak menganggu mereka berdua. Bila Baekhyun menanyakan kakaknya, tinggal bilang kalau kakaknya adalah kebo berat dan susah dibangunkan. Gampang kan, hehe.

Setelah Sehun selesai mandi dan sudah wangi, ia keluar menggunakan handuknya. Betapa terkejutnya Sehun begitu melihat Jongin berdiri tegak di depan kamar mandi sambil berlipat dada. Menunggunya.

"Astaga Jong kau mengagetkanku! Apa yang kau lakukan?"

"Aku curiga padamu Hun. Kenapa kau bangun sangat cepat dan mandi sepagi ini? Kuis mu kan siang nanti. Kau mau kemana hm?"

Sehun mengeluarkan nafasnya berat. Benar-benar. Memang susah menyembunyikan sesuatu dari saudara yang sudah sangat mengenalmu sejak bayi.

"Aku akan pergi sarapan ke tetangga baru sebelah. Dia yang mengajakku kemarin karena aku membetulkan showernya."

"Apa? Jadi kau akan meninggalkanku sarapan di sini sendirian? Dan kau akan sarapan gratis begitu? Enak saja, aku kan juga mau Hun!"

Sehun facepalm mendengar protes Jongin. Baiklah ia mulai tidak enak pada kakaknya ini, lagipula Baekhyun kan memang tetangga mereka berdua, pasti nanti ujung-ujungnya Jongin akan kenal juga dengan Baekhyun.

"Beruntunglah karena kau juga diajak olehnya. Ia baru pindah disini, dan katanya ingin berkenalan dengan kita."

"Oh! Jadi dia tetangga yang pindah kemarin? Baiklah aku sangat semangat! Sarapan gratis YUHUU! Minggir Hun aku mau mandi juga!"

Sehun semakin memutar bola matanya malas. Sepertinya nasib sedang tidak baik, ia tidak jadi berduaan dengan Baekhyun.


Sehun dan Jongin (dengan Sehun yang memasang raut asam) mengetuk pintu apartemen nomor 48. Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan lelaki mungil memakai apron berwarna pink muda bergambar kelinci.

Sehun merasa moodnya naik begitu melihat Baekhyun. Astaga! Kenapa lelaki ini semakin imut saja dimatanya? Dengan apron pink kelinci itu.. Ughh.

Jongin yang melihat Baekhyun pertama kali, merasa dagunya akan jatuh ke lantai. Si..siapa lelaki cantik ini?

"Ah Sehun dan kakaknya sudah datang! Ayo silakan masuk, kebetulan nasinya baru saja matang loh."

Sehun masuk dengan perasaan gembira, mengikuti Baekhyun ke arah dapurnya. Jongin masih berdiri kaku didepan pintu, entahlah, pikirannya terasa kosong beberapa saat begitu melihat Baekhyun. Ia cepat-cepat kembali ke dirinya sendiri, lalu ikut masuk ke ruang makan.

"Whoaaa.."

Sehun dan Jongin melebarkan mulutnya. Mereka terpana melihat banyak makanan enak di meja makan ini. Dan dari luar saja sepertinya enak sekali. Jongin mengelap iler di mulutnya, Sehun menenggak ludahnya sendiri.

Mereka sudah lama tidak melihat makanan rumahan yang enak seperti ini. Karena masing-masing lelaki ini payah dalam memasak. Dan ujung-ujungnya beli di luar atau makan masakan instan.

"Ayo, silakan duduk dan makan! Aku sudah memasaknya dengan semangat dan penuh cinta loh!"

Sehun dan Jongin duduk bersebrangan dengan Baekhyun. Baekhyun pun melihat kedua tetangganya yang mengambil makanan dengan banyak, terkadang berebutan. Ia tertawa kecil sambil menopang dagunya.

"Ngomong-ngomong, siapa lelaki tampan di depanku ini? Hyungnya Sehunnie?"

Jongin menganggukkan kepalanya, ia menatap Baekhyun sambil tersenyum tampan dan berkarisma (menurutnya).

"Aku Jongin. Hyung dari maknae yang jutek dan nakal ini hehe. Siapa namamu, manis?"

Sehun memutar bola matanya lagi, ia membuat gestur pura-pura seperti ingin muntah.

"Namaku Baekhyun." Baekhyun tersenyum. "Ayo dimakan Sehun, Jongin, nanti kita bisa bercerita lebih banyak setelah kalian makan."

Sehun dan Jongin mengangguk semangat, mereka mulai melahap makanan Baekhyun dengan rakus. Terkadang diantara mereka berlomba siapa yang menghabiskan nasi lebih cepat, atau terkadang sendok garpu mereka beradu untuk memperebutkan satu lauk, yang dihadiahi death glare dari masing-masing.

Baekhyun makan dengan tenang, ia sedikit terhibur melihat kelakuan kakak beradik yang unik itu. Ia senang mereka tetangga Baekhyun, karena sepertinya mereka berdua adalah orang yang baik dan lucu.

"Ah, sudah jam delapan ya," Baekhyun menengok ke arah jam dinding.

Baekhyun menaruh sendok dan garpunya diatas piring, lalu berdiri dari kursi makan. Ia menggumam pada dirinya sendiri.

"Sudah waktunya untuk membangunkannya."

Lalu Baekhyun beranjak dari ruang makan. Sehun yang melihat Baekhyun pergi pun berkerut keras, sama halnya dengan Jongin. Kedua kakak beradik itu saling menatap mata masing-masing, dan Jongin menelan makanannya.

"Kau dengar dia berkata apa?"

"Ya…dia bilang sudah waktunya untuk membangunkannya. Jadi.. Baekhyun tidak tinggal sendiri?"

"Aku tak tahu. Tapi ketika aku ke apartemennya kemarin malam, aku tidak melihat siapa-siapa selain dirinya."

"Astaga.. Bagaimana—bagaimana kalau ternyata itu adalah kekasihnya? Baekhyun tinggal bersama kekasihnya?"

"Yang benar saja! Aku tidak melihatnya kok. Lagipula firasat ku Baekhyunee tidak mempunyai kekasih."

"Inikan kemungkinan Hun, aku juga tidak mau dia punya kekasih. Yang pantas menjadi kekasihnya hanya aku, kau tahu?"

"Hei jaga mulutmu Jongin! Aku duluan yang melihatnya, dan aku membantunya kemarin. Sudah tentu dia adalah malaikat yang akan menjadi kekasihku nanti!"

"Hey Sehun, Jongin, maaf menganggu kalian.. Tapi aku ingin kalian berkenalan dengan seseorang," suara lembut Baekhyun menyapa.

Sehun dan Jongin membalikkan kepala mereka kaku, keringat dingin muncul di dahi mereka. Siapa? Siapa yang ingin diperkenalkan dengan Baekhyun?

"Annyeong.. ahjucci.."

Seorang balita dalam gendongan Baekhyun menatap mereka berdua dengan lucu. Balita laki-laki tersebut sekitar berumur 2 tahun, dan berwajah sangat imut juga menggemaskan. Wajahnya sangat mirip dengan Baekhyun, seperti fotokopiannya waktu kecil. Balita dalam gendongan Baekhyun berdadah-dadah ria pada Jongin dan Sehun.

"Ahh..ha,ha,ha." Perlahan Jongin tertawa pelan, diikuti dengan Sehun yang juga menghembuskan nafasnya lega.

"Aku kira dia kekasihmu, ternyata hanya bocah kecil yang lucu hehe.. Siapa dia Baek? Adikmu atau sepupumu? Wajah kalian mirip sekali."

Baekhyun tersenyum manis, ia mengecupi pipi gembul balita yang di gendongannya dengan sayang.

"Tentu saja wajah kami mirip.. Dia kan anakku."

Nafas Jongin tercekat, begitu pula Sehun yang membulatkan matanya shock.

"APAAAAAAAAAAAAA!?"

TBC

A/N: Hai semuanya hehe

Aku bawa fic baru dan kali ini pairingnya itu favoritku semua hohoho

Hm kemajuan nih ku nulis rada panjangan dikit lol doain aja chap depan tambah panjang ya. Ohya maaf juga kalau alurnya kecepetan atau gimana, maklum aku masih pemula :')

Yha segini dulu perkenalan ffnya. Chanyeol belom nongol btw wkwk tp dia nongol kok di chap depan

Btw kalian suka pairing yg mana nih? Menurutqu sih baekki ya cocok sama semua seme haha dia kan kembang desa ;p

Ayo tinggalkan jejak dengan review ^^ biar aku tau gimana respon kalian atau biar makin cpt updatenya kan /g