Hinata memantapkan hatinya, menghembuskan nafas dan menatap pemandangan diluar pesawat.

Pesawat?

Ya. Hinata sedang dalam perjalanan menuju Tokyo, kampung halamannya. Meninggalkan Tou-san dan Nii-sannya di Inggris.

Tapi tentu saja, Hinata tak sendirian di Tokyo, kakak keduanya, Uchiha Sasuke, ditugaskan mengurus Uchiha cabang Jepang, jadi jelas Hinata akan tinggal dengan kakaknya yang cukup protektif itu.

Tak lama kemudian, pesawat hampir tiba di bandara Tokyo.

Welcome to Tokyo, Hinata~

Hinata is Mine!

Disclaimer : Masashi Kishimoto and Fujimaki Tadatoshi

Pairing :GoMxHinata

Rate : T

Happy Reading~

Pagi ini, Sasuke terbangun oleh aroma masakan. Begitu sampai di dapur ia tersenyum, melihat punggung gadis berambut indigo yang sedang memasak.

Hinata menoleh begitu mendengar suara kursi yang digeser. Lalu tersenyum cerah begitu melihat Sasuke yang sudah menunggu di kursi.

"Ohayou Nii-san" Sapa Hinata

"Hn. Ohayou" Jawab Sasuke singkat, Hinata tiba tiba mendekati Sasuke dengan wajah cemberut

"Jangan menjawab dingin padaku, Nii-san" Sasuke terkekeh dan mengacak pelan rambut Hinata

"Rasanya mimpi melihatmu disini. Tapi kalau ini memang mimpi, Nii-san tak ingin bangun. Senang rasanya melihat adik tersayangku ada disini"

Ucapan Sasuke membuat Hinata sedikit terkikik geli.

"Mulai~" Balas Hinata, yang selalu menjadi sasaran gombal Sasuke. Ia heran kenapa kakaknya ini bisa menjadi seperti patung es berjalan di luar sana

"Nii-san mandi dulu sana. Siap siap. Aku juga mau siap siap dulu, nanti kita makan" Ujar Hinata sambil mengacungkan spatulanya pada Sasuke

"Baiklah. Seragammu dan segala keperluanmu sudah ada di lemari, sepatumu juga sudah ditaruh dirak sepatu" Ujar Sasuke seraya bangkit

Hinata mengangguk antusias. Kakaknya yang satu itu selalu saja memanjakannya.

*

Begitu Hinata menginjakan kakinya di Tokyo High School, ia sudah menarik banyak perhatian, belum lagi kakak tampannya, Sasuke, yang menemaninya ke ruang kepsek.

Hinata berjalan dengan senyuman diikuti Sasuke yang berwajah muram.

"Nii-san, jangan cemberut"

"Ck. Aku tak suka kau ditatap seperti itu oleh para lelaki disini. Sepertinya aku harus melamar menjadi guru untuk melindungimu"

"Jangan!" Cegah Hinata spontan. Bisa bisa ia kesulitan beegerak di bawah pengawasan Sasuke "A-ano, Nii-san kan sibuk mengurus perusahaan. Aku tak mau menambah beban Nii-san"

Sasuke menghembuskan nafas dan tersenyum tipis "Kau takkan pernah jadi beban Nii-san. Baiklah, pastikan untuk menelepon Nii-san kalau terjadi sesuatu"

"Pasti" Jawab Hinata

Dan akhirnya, sampailah mereka di ruang kepsek. Sasuke mengetuknya.

"Masuk" Terdengar jawaban dari dalam

Dan begitu pintu dibuka, rupanya ada seorang siswa juga disana.

"Gaara?!" Pekik Hinata refleks begitu melihat surai merah lelaki tersebut

"Maaf nona, siapa yang kau panggil Gaara?" Tanya lelaki bersurai merah itu sambil berbalik, menampakan manik heterokrom yang indah

"E-eh Gomen, kukira kau Gaara, warna rambut kalian sama, he he" Jawab Hinata membuat Sasuke menghembuskan nafasnya lagi. Adiknya ini kelewat jujur.

Sementara lelaki merah tadi menatap Hinata intens, membuat Sasuke jadi geram sendiri.

"Dia memang cantik, rambut merah. Jangan ditatap seperti itu" Ujar Sasuke sinis yang sukses merebut semua perhatian disana

Sebelum terjadi perdebatan, Kepala Sekolah mulai berbicara.

"Baiklah, Akashi. Perkenalkan, ini calon anggota baru kelasmu, Uchiha Hinata"

Hinata maju dan menunduk "Watashiwa Uchiha Hinata desu. Maaf untuk kesan pertama di awal tadi"

Hinata mengangkat wajahnya, menatap tepat di manik mata pria dihadapannya dan tersenyum.

Membuat lelaki yang diperkenalkan sebagai Akashi itu tertegun.

Senyumnya murni. Begitu tulus. Biasanya para gadis akan tersenyum sok manis saat dengannya.

"Nah Hinata, Namanya Akashi Seijuuro, Ketua osis sekaligus ketua kelas di kelas yang akan kau tempati"

Hinata mengangguk tanda mengerti.

"Kalau begitu apa yang ditunggu? Ayo kekelas" Sasuke angkat bicara. Membuat semua yang berada di sana menyernyitkan alisnya heran

"Nii-san... tak berniat mengikutiku ke kelas kan?" Tanya Hinata pelan

"Mengantar, Hime. Bukan mengikuti" Ralat Sasuke

"Nii-san tak perlu mengantarku, kan sudah ada Akashi-san. Sasu-nii ke kantor saja, bukannya ada rapat?"

Hinata benar. Mau tak mau Sasuke mengiyakan, sambil memberi tatapan 'jangan sentuh adikku, atau kau akan mati' pada Akashi.

"Baiklah. Ingat. Kalau ada apa apa telpon Nii-san. Nanti pulangnya Nii-san jemput"

Sebelum Hinata angkat bicara, Sasuke melanjutkan kalimatnya dengan nada tak terbantah "Tak ada penolakan"

*

Hinata dan Akashi berjalan beriringan di koridor yang sepi, sebab jam masuk memang sudah dimulai.

"Kakakmu sangat protektif" Celetuk Akashi, menghentikan keheningan antata mereka.

Biasanya Akashi lebih suka diam. Namun anehnya, dengan gadis ini ia merasa berbeda.

"Huum, Sasu-nii memang begitu. Makanya Tou-san membawaku ke Inggris bermaksud meredakan keprotektifan Sasu-nii. Tapi bukannya mereda. Sikap protektifnya makin menjadi" Respon Hinata sedikit bercerita

Anehnya. Bukan tatapan sebal yang dilihat Akashi dimata Hinata, tapi tatapan bahagia.

"Kau tak keberatan dengan sikap protektifnya?"

Akashi heran, bukankah dibatasi dalam segala hal itu menyebalkan? Kenapa gadis ini dengan riangnya malah menggeleng?

"Tidak. Aku tau itu tanda kalau Sasu-nii benar benar menyayangiku. Dia tak ingin aku terluka karna apapun"

Dan saat itu juga, Sang Emperor, Akashi Seijuuro, telah jatuh dalam pesona Uchiha Hinata.

*

Ketika memasuki kelas, Akashi langsung menghadap sensei yang tengah mengajar. Hinata menunggu didepan pintu.

Begitu Akashi memberi kode, Hinata masuk.

Semua murid berdecak kagum, gadis itu benar benar rupawan.

"Perkenalkan dirimu" Titah sang sensei

"Watashiwa Uchiha Hinata desu, Yoroshiku"

Suara yang mengalun lembut itu membuat para lelaki memerah sendiri, ditambah senyum yang membuat pipi chubbynya semakin menggemaskan.

Anak perempuan dibuat gemas dengan pipi yang begitu menggoda untuk dicubit.

"Akashi silahkan duduk. Dan nona Uchiha, duduk di samping Midorima Shintarou"

"Midorima angkat tanganmu"

Di barisan ketiga samping jendela, tangan seorang lelaki berambut hijau terangkat, Hinata berjalan menuju Midorima, sedikit heran kenapa ada teko di atas mejanya.

"Namaku Midorima Shintarou" Ucapnya ketika Hinata duduk disampingnya "Ta-tapi bukan berarti aku ingin memberitahumu namaku, nanodayo"

Ha? Nanodayo? Hinata tak ambil pusing dengan logat anehnya itu.

"Ano Midorima-san, kenapa kah membawa teko? Tidak botol minum saja?" Tanya Hinata penasaran mengira teko itu berisi air untuk minum

"I-ini lucky itemku, nanodayo"

"Lucky Item?"

"Ya, Oha Asa mengatakannya tadi pagi, nanodayo"

"Acara horoskop itu kan?"

Midorima mengangguk. Ia tahu. Hinata akan menganggapnya aneh. Oha asa freak atau penggila horoskop. Ia tak mau ambil pusing. itu sudah terlalu biasa.

Lagipula ia yakin, Tuhan menakdirkan seseorang yang tak akan menganggapnya aneh untuk menjadi pendampingnya.

"Aku juga kadang menontonnya. Sekali kali aku juga membawa barang sepertimu, hanya saja kalau barang itu masuk dalam tasku" Respon Hinata, membuat Midorima merasa kacamatanya akan pecah saking kagetnya.

"Kau... kau tak merasa aku aneh, nanodayo?"

"Aneh? Tidak. Berarti itu hobimu kan, apa salahnya punya hobi?" Tanya Hinata polos pada Midorima yang mematung

"Hobiku membaca fanfic. Malah kadang aku menghabiskan waktuku terlalu banyak untuk membacanya. Apakah aku jadi terdengar aneh?"

Hinata tersenyum yang seketika membuat Midorima berdebar.

"Kalau ia juga biar saja, toh itu membuatku senang"

Uchiha Hinata. Tak taukah kau? Midorima merasa doanya dikabulkan, melalui dirimu.

*

Begitu istirahat tiba, Hinata dikerumuni anak anak perempuan. Terlihat mereka ingin berteman dengan gadis manis itu.

"Hinata, ikut denganku, kukenalkan sekolah ini" Suara tegas itu menghentikan semua ocehan

"Gomenne, minna. Kita mengobrol lagi nanti saja ya. Aku mau berkeliling dulu" Pamit Hinata yang diiyakan semua murid

"Dia manis sekali ya, aku jadi gemas ingin mencubit pipinya" Ujar salah seorang gadis setelah sosok Hinata hilang dibalik pintu

"Aku ingin memeluknya" Celetuk gadis lain tak tahan dengan pesona Hinata

*

"Apa Akashi-san, tidak keberatan menemaniku? Kalau kau sibuk, aku bisa berkeliling ditemani orang lain"

"Tidak. Sudah tugasku sebagai ketua kelas juga ketua osis. Ah, dan Uchiha, jangan berjalan dibelakangku. Kemari" Titah Akashi sambil menunjuk sampingnya

"Baik, tapi jangan panggil aku dengan margaku ya? Rasanya aneh" Jawab Hinata sambil mengimbangi langkah Akashi

"Hn" Jawab Akashi, namun tiba tiba Hinata berlari dan menarik seorang lelaki bersurai biru muda, dan membantu memegangi buku bukunya yang hampir jatuh

"Kau tak apa? Orang tadi seenaknya saja menabrakmu, mereka tak melihatmu yang kesusahan apa?" Gerutu Hinata.

Rupanya Hinata melihat lelaki bersurai biru muda itu kesusahan membawa buku, dan ditabrak seenaknya oleh siswa lain.

Sedangkan lelaki itu menatap Hinata intens dengan tatapan datarnya yang menyembunyikan banyak emosi.

"Kau menyadari keberadaanku?" Tanyanya membuat Hinata menyernyit aneh

"Tetsuya? Sedang apa kau disini? Aku tak melihatmu tadi" Sapa Akashi begitu mendekati Hinata dan mendapati kawannya juga ada disana

"Akashi-kun. Aku kebagian piket, Aku mau mengumpulkan buku ini ke kantor" Jawabnya "Akashi-kun gadis ini siapa?"

"Namanya Uchiha Hinata, murid baru. Dan Hinata ini Kuroko Tetsuya"

Kuroko menatap Hinata dan membungkuk pelan, Hinata membalasnya.

"Panggil saja Hinata"

Kuroko mengangguk, lelaki itu masih berekspresi datar tapi jelas ada binar lain dalam tatapannya pada Hinata, membuat Akashi sedikit tak senang.

"Baiklah. Terima kasih sudah menyadari keberadaanku Hinata-san"

Kuroko pamit. Walau ekspresinya masih datar tapi ia senang, akhirnya bisa menemukan seseorang yang menyadari hawa keberadaannya yang tipis.

"Akashi-san, apa dia terabaikan?" Tanya Hinata sedih "Kenapa dia berterima kasih karna aku menyadari keberadaannya?"

"Hawa keberadaannya tipis. Aku bahkan tidak melihatnya ketika kau menghampirinya tadi" Jelas Akashi sekaligus ingin menghilangkan aura sedih pada sinar mata Hinata

Sebelum Hinata merespon penjelasan Akashi, sebuah suara dengan nada malas menyapa pendengarannya.

"Are~ Aka-chin sedang apa? Dan siapa gadis ini? Dia kecil sekali~"

Hinata menahan nafasnya begitu melihat lelaki bersurai ungu setinggi hampir dua meter itu.

"Kau tak perlu takut. Aku tak akan menghancurkanmu. Kres kres"

Lelaku raksasa itu menatap Hinata sambil memakan snacknya.

"Hinata, ini Murasakibara Atsushi" Akashi mengenalkannya, yang dibalas anggukan kecil Hinata

"Aka-chin~ Apa kau punya permen? Permen dikantin sudah habis. Padahal aku belum makan permen" Pintanya pada Akashi

Permen? Hinata jadi merasa, lelaki itu begitu menggemaskan. Rasanya seperti anak kecil yang terjebak dalam tubuh dewasa.

"Kau sudah makan banyak snack, Atsushi" Respon Akashi

"A-ano Murasakibara-san, kalau permen, aku ada beberapa, kau mau?" Tawar Hinata, merogoh sakunya dan memperlihatkan 5 bungkus permen

"Kau memberikannya padaku, Hinata-chin?" Tanyanya sedikit tak percaya

Hinata mengangguk dan menyodorkan tangannya, Murasakibara mengambil permen itu dan menatap Hinata kagum.

"Terima kasih Hinata-chin~. Aku tak pernah menemukan orang sebaikmu pada pertemuan pertama"

Murasakibara jelas terpesona pada sosok Hinata, dan itu membuat Akashi semakin merasa tak nyaman.

"Baiklah Hinata. Kita lanjutkan berkeliling" Putus Akashi

Himata mengangguk "Baiklah, Murasakibara-san, aku pergi dulu"

Murasakibara menatap kepergian Hinata dengan tatapan kagum.

"Teman teman Akashi-san unik unik. Rambutnya warna warni" Ucap Hinata sedikit terkikik

"Mereka teman setim basketku" Jawab Akashi

"Basket? Akashi-san bermain basket?!" Tanya Hinata antusias. Ia begitu menyukai permainan basket, namun tak bisa memainkannya

"Kau menyukai basket?" Tanya Akashi sedikit sangsi

"Suka! Kalau sedang bosan, aku suka menonton basket" Jawab Hinata "Tapi aku tak bisa bermain basket" Lanjutnya jujur

"Pemain favoritmu siapa?" Tanya Akashi sambil mengajak Hinata ke arah gym, tempat kisedai biasa berlatih

"Uchiha Sasuke" Jawab gadis itu bangga

Langkah Akashi terhenti ketika mendengar jawaban Hinata "Bukankah itu nama kakakmu?"

Hinata mengangguk dan tersenyum bahagia, membuat sang point guard berdebar karenanya.

"Bagiku Sasu-nii itu pemain yang paling hebat dan keren! Ita-nii juga bisa basket. Tapi, aku lebih menyukai permainan Sasu-nii!"

"Aku jadi ingin melihat permainan basket kakakmu" Gumam Akashi cukup keras begitu melihat betapa antusiasnya Hinata bercerita tentang kakaknya

"Ajak saja Nii-san one-on-one!" Usul Hinata dan seketika menyadari tempat mereka berada "Ups, sepertinya kita terlalu asik mengobrol, sampai aku lupa bertanya ini dimana"

"Ini gym. Tim basket kita selalu berlatih disini"

Samar. Tapi terdengar suara duk duk dari dalam gym. Akashi sangat mengenalinya. Suara pantulan bola basket.

Namun tidak dengan Hinata, mimik wajahnya ketakutan, merapat pada Akashi. Dan ucapan Hinata selanjutnya hampir membuat seorang Akashi Seijuuro hampir tergelak.

"A-Akashi-san, ku-kurasa disini ad-ada hantu"

Akashi hendak menenangkan Hinata, namun begitu menghadap Hinata, ia merasa wajahnya seketika panas, begitu tau Hinata bersembunyi di bahu kanannya. Wajah mereka begitu dekat.

Momen itu terhenti begitu pintu gym dibuka dari dalam disusul dengan teriakan Hinata.

"Kyaaaa!! Hantuu!!" Akashi merasa telinganya berdenging, begitu juga pria berkulit tan, sang pelaku pembukaan pintu.

"Hoi hoi! Siapa yang kau kira hantu?"

"Ck. Daiki" Ucap Akashi kesal

"Kau- kau bukan hantu? Syukurlah" Wajah pucat Hinata perlahan kembali ke warna asalnya

Hinata keluar dari balik bahu Akashi.

Dan begitu melihat keseluruh tubuh Hinata, lelaki bernama lengkap Aomine Daiki itu berdecak kagum.

"Mai-chan?" Gumam Aomine menatap lekat Hinata

Hinata menggeleng "Aku Hinata. Uchiha Hinata. Apa aku mirip kenalanmu yang bernama Mai-chan?" Tanyanya penasaran

Akashi memijat dahinya pelan. Gadis ini sepolos apa sih?!

"Hmm Ti-tidak eh Ya eh ehm" Aomine menggaruk pipinya yang tak gatal. Risih ditatap tajam oleh Akashi. Seolah mengamcamnya untuk tak mengotori pikiran gadis Uchiha itu.

"Kau ... kekasih Akashi?" Pertanyaan itu akhirnya dilontarkan sang navy blue

Harapan Aomine terkabul. Hinata menggeleng. Kalau kekasihnya Akashi kan mustahil ditikung.

"Aku murid baru. Akashi-san ketua kelasku. Kami sedang berkeliling" Jawab Hinata lantas menatap Akashi "Dia teman basketmu juga?"

"Hn. Namanya Aomine Daiki. Nah Hinata ayo kita kekelas saja, istirahat hampir habis. Besok kita lanjutkan berkelilingnya"

Akashi sepertinya kehilangan moodnya, jadi Hinata mengangguk dan pamit pada Aomine.

"Hinata-san" panggil Aomine menghentikan langkah Hinata dan Akashi "Kau akan menjadi Mai-chanku" Ucapnya dan berlalu

Akashi mengepalkan tangannya. Apa katanya Mai-channya? Akashi akan menambahkan porsi latihannya.

"Akashi-san, Mai-chan itu siapa?"

"Tak usah dipikirkan. Ayo"

*

Bel pulang pun berbunyi. Begitu bangkit dari duduknya Hinata melihat dari kaca, mobil berwarna dark blue sudah menunggunya. Itu mobil Sasuke.

"Midorima-san, Aku duluan. Nii-sanku sudah menunggu" Pamit Hinata

Tadinya ia juga hendak pamit pada Akashi, tapi lelaki itu diminta mengikuti guru pelajaran terakhir tadi.

"Kau tak perlu pamit padaku, nanodayo" Wajah Midorima sedikit memerah "Bu-bukan berarti aku senang kau pamit padaku, nanodayo"

Hinata mulai paham satu sifat Midorima. Tsundere.

"Ano" Ucapan Midorima menghentikan langkah Hinata "Kau mau kubawakan lucky item untuk besok? Bu-bukan berarti aku menawarkanmu nanodayo"

Lha? Lalu maksudnya apa? Hinata mengabaikan keanehan kata kata Midorima lantas mengangguk.

"Zodiakku Capricorn!" Ucap Hinata sebelum benar benar menghilang dari kelas

*

Hinata berusaha secepat mungkin menuju Sasuke, ia tau. Kakaknya itu sangat benci menunggu. Jadi ia mengambil jalan yang jarang dilewati orang, agar cepat.

Sayangnya perjalanan Hinata menuju gerbang tak semulus harapannya.

Hinata terjatuh. Berdebum cukup keras. Sikunya sepertinya terluka.

Dia tertabrak seorang lelaki bersurai kuning yang sedang terburu buru. Wajahnya pucat begitu melihat Hinata.

"Go-gomen ssu!, Jangan tahan aku! Jangan lempar aku pada fans girl gila itu ssu!"

Logat apalagi itu? Fansgirl? Tak lama derap langkah terdengar.

"Kise-kun~"

"Kiseeeee"

"Kiseeku yang tampan"

Panggil suara gadis gadis bersahutan

Tanpa pikir panjang, Hinata menarik tangan lelaki itu dan memasukannya ke ruangan dibelakangnya. Seingatnya itu ruang musik.

"Stt. Diam dulu" Titah Hinata yang langsung membuatnya diam

"Ah, kau gadis manis. Kau melihat Kise-kun ke arah sini?" Tanya seorang gadis yang jelas jelas berbeda seragam dengannya

"Ah, Dia lari ke sana" Tunjuk Hinata terus kedepan "Lalu belok kiri"

Para gadis yang berjumlah 10 orang tadu langsung saja mengikuti arahan Hinata.

Begitu mereka berbelok. Hinata membuka pintu persembunyian lelaki kuning tersebut.

"Arigatou ssu! Kau menyelamatkan hidupku!" Ujarnya bahagia dan menatap Hinata seolah olah ia adalah malaikat penyelamat.

"Ne, tenshicchi. Kau adalah penyelamatku ssu!" Nada riang dalam suaranya mengingatkan Hinata pada sahabat sang Aniki, Uzumaki Naruto.

"Baiklah. Ano namaku Hinata. Uchiha Hinata"

"Oke ssu! Aku takkan pernah melupakan Hinatacchi!"

Hinata merasa sedikit aneh dengan logat lelaki itu "Lalu namamu?"

Pertanyaan Hinata sukses membuat rahang lelaki kuning itu hampir lepas.

"Kau.. tak mengenalku ssu?" Tanyanya tak percaya

Hinata menggeleng "Kalau kau keberatan tak apa. Aku duluan ya, Nii-sanku sudah menunggu"

"Kise Ryouta ssu! Namaku Kise Ryouta! Diingat ya Hinatacchi!" Ujar Kise menghentikan lari Hinata.

Hinata menoleh "Oke! Akan kuingat!"

Hinata berlari meninggalkan Kise "Hinatacchi, kawai ssu~"

Dan akhirnya Hinata sampai pada Sasuke, langsung saja ia masuk ke bangku sebelah Sasuke.

"Kau lama, Hime." Dan sebelum ucapan Sasuke terlanjut ia melihat luka di siku kanan Hinata, tanpa babibu langsung saja Sasuke menarik lengan Hinata untuk melihat lebih jelas lukanya.

"Sebenarnya tadi aku ingin cepat cepat kesini, jadi memakai jalan yang satu lagi, dan seseorang tak sengaja menabrakku" Ujar Hinata sebelum Sasuke bertanya

"Dan dia tak mengobatimu?" Nada suara Sasuke berubah dingin "Yang mana dia? Biar Nii-san beri peringatan"

"Jangan Nii-san! Lagipula hanya luka kecil kok" Sanggah Hinata

"Tapi tetap saja ini membuatmu sakit"

"Nii-san saja yang mengobatiku ya?" Bujuk Hinata dengan tatapan yang takkan pernah bisa dilawan Sasuke

"Baiklah" Ekspresi dingin Sasuke luntur jika berhadapan dengan Hinata "Tapi, tak ada lelaki yang menggodamu kan? Atau mengganggumu?"

Hinata menggeleng "Tak ada, Nii-san"

"Kau yakin?" Tanya Sasuke sangsi

"Huum!" Angguk Hinata

Well, bagaimana reaksi Sasuke seandainya tahu dalam satu hari ini adik manisnya itu berhasil membuat 6 lelaki yang dikenal sebagai Generation Of Miracle jatuh hati?

-TBC-

Haloo~ Gimana? Cukup menghiburkah?

Semoga minna sekalian menikmati yaa..

Oh iya Hinata-hime, namanya jadi Uchiha Hinata. Abis author gak bisa bikin Sasuke kehilangan Hinata. Jadinya adik kakak aja deh, hhe hhe.

Trus cerita ini di chap depan usaha para kisedai ngedapetin Hinata. Nanti juga ada chapter kencan Hinata sama masing masing anggota kisedai~

Ditunggu ya~

Okay,

Mind to Review?