Ciel, tidakkah kamu mengetahui rasanya menjadi seorang butler?

Tentu saja tidak, karena engkau selalu merasakan dilayani oleh seorang butler bukannya menjadi seorang butler.

Saya, Sebastian…

Tidak pernah merasakan nikmatnya dilayani seperti anda…

Saya hanyalah seorang iblis yang nantinya akan disiksa di sana.

Seperti janji saya, saya akan menjadi butler anda sampai waktu saya akan tiba.

Apapun akan saya lakukan demi tuan Ciel tersyang (jangan mikir yg macem2 ya, reader).

Dari fajar, sampai larut malam, saya selalu mengawasi anda. Maupun anda tahu atau tidak tahu anda sedang diawasi saya.

Walaupun saya adalah iblis, saya juga mempunyai hati nurani dan rasa letih. Semua itu saya tanggung sendiri.

Saya ignin merasakan hidup dilayani seperti anda. Tapi itu hanyalah bayangan semu semata. Saya iblis, sangat tidak pantas untuk dilayani, saya tidak terlahir sebagai manusia tetapi menjadi iblis.

Sangatlah beruntung manusia-manusia yang terlahir karena mereka tidak terciptakan untuk menjadi seorang iblis.

Setiap hari saya merenungkan nasib. Bagaimana jika saya mati? Saya 100% tidak akan masuk ke dalam surga. Dan 100% saya akan masuk ke dalam neraka dan saya akan mendapat siksaan yang amat berat.

Sejujurnya, saya pernah berpikir saya dan anda bertukar tempat. Anda iblis yang melayani, dan saya adalah manusia yang dilayani. Mungkin dunia terasa indah sekali bagi saya.

Jika saya ingin lari dan tidak lagi menjadi butler anda, saya tidak bisa berlari. Karena sudah ada kontrak di antara kita berdua. Tanda kontrak itu di tanganku, dan tanda kontrak itu di mata kananmu.

Terkadang, saya tidak mengerti apa yang manusia sukai. Kue, coklat, es krim, dan segalanya. Saya pikir lidah manusia itu bermasalah. Apakah lidah saya yang memang bermasalah? Apakah saya tidak diizinkan merasakan makanan yang enak-enak karena saya terlalu jahat? Mungkin jawabannya…

Iya…

Tuan Ciel, apakah anda ingat saat pertama kali kita bertemu?

Pasti anda ingat karena kejadian itu sangatlah sulit dilupakan.

Aku kagum, ternyata majikanku hanyalah seorang bocah.

Saat pertama kali bertemu, di tubuh anda banyak sekali darah.

Orang tua anda dibantai sampai mati. Saya merasa sedikit kasihan… tetapi…

Bukannya yang harus lebih dikasihani itu saya?

Saya tidak mempunyai orang tua… tidak punya keluarga… rasanya sendirian…

Tetapi andalah yang membuat saya merasa lebih sedikit bersemangat.

Saya mempunyai teman… tetapi manusia dan saya jelaslah sangat berbeda. Ditusukpun, saya tak gampang mati.

Walaupun tidak gampang mati, saya tetap tidak mau menjadi seorang iblis ataukah butler. Saya ingin menjadi manusia yang dilayani…

Jadi bersyukurlah anda yand terlahir sebagai manusia.

Sekian…

Sebastian