WARNING

Ini adalah fanfic koleksi lemon/smut one-shot. Jadi bakal banyak konten dewasanya, meskipun gua berusaha nulis dengan menjaga tata bahasanya untuk meminimilasir explicit-nya biar enak dibaca & ga bikin awkward.

Don't read if you don't like. Please consider everything before you read it, such as sins that you'll get, and before you waste your time here. LOL.

Cover credit: ErenAnnie doujinshi; 'That Day' by ソーヤー


A/N 1.0: Ntah apa yang gue lakuin ini. Bener-bener busuk, nulis ini sebelum ngelarin AOG. Mungkin ini bisa dibilang hanya sekedar coretan, dan latihan nulis (?) Yah, sejujurnya susah bikin ini agak puitis biar ga terlalu vulgar haha. Hasilnya bener-bener berantakan dan jauh dari ekspetasi sebelum nulis. But, enjoy!


.

.

.

Matahari belum lama tenggelam di atas luar sana.

"Kau serius? Sekarang dan di sini?" tanya Eren penuh dengan keraguan.

Mereka berdua saat ini sedang ada di ruang bawah tanah, tempat dimana menjadi kamar Eren. Bertemu kembali setelah kurang lebih sebulan berpisah.

"Apa aku pernah bercanda, Yeager?" tanya Annie, nadanya tenang.

"Tidak pernah. Tapi terkadang apa yang kau katakan bagaikan lelucon yang menyedihkan." jawab Eren spontan.

Annie menghembuskan nafas beratnya setelah mendengar jawaban Eren dan tidak mengucapkan apapun setelahnya.

Keheningan ada di antara mereka. Hanya saling menatap satu sama lain, yang duduk bersebelahan di pinggir tempat tidur. Eren melihat tatapan mata Annie yang beriris biru itu terlihat dingin, dan serius. Ekspresi Annie terlihat tidak menyukai dengan apa yang Eren katakan. Seketika rasa menyesal datang pada diri Eren.

"Maaf..." ucap Eren pelan dan terlihat menyesal. "Tapi... Annie... Apa kau yakin? Bagaimana kalau kapten Levi, atau seseorang tiba-tiba masuk ke sini?"

Annie hanya terdiam. Tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Annie..."

Annie menghembuskan nafasnya kembali, lebih panjang dan tidak seberat sebelumnya. Memejamkan matanya singkat.

"Tidak masalah kurasa. Kau juga tidak akan dikeluarkan dari pasukan pengintai." jawab Annie sederhana dan tidak terdengar marah karena barusan.

"Hah?" Eren membutuhkan waktu mencerna apa yang dimaksud Annie. "Oh ya, kurasa memang benar... Tapi kau malah nanti yang bisa–" belum selesai berbicara, Annie tiba-tiba mendekat dan menarik kaos yang Eren pakai ke atas, melepasnya dan melemparnya sembarang ke suatu tempat.

"Tahan, tahan! Tunggu sebentar, Annie!" minta Eren, dan Annie tidak melakukan apapun setelahnya.

"Semua orang ada di atas sana dan tidak akan mendengar apapun dari sini."

"Kenapa kau bisa berbicara seyakin dan sesantai itu?"

"Yah, aku tadi sempat berkeliling markas ini dan mengamati mereka. Jadi aku tahu tata letak ruangan yang biasa mereka gunakan, dan aku rasa kita akan baik-baik saja."

Eren hanya diam.

"Lagi pula, mereka juga takut berdekatan denganmu." tambah Annie.

"Be-begitu yah..." jawab Eren menerima alasan Annie walaupun sedikit merasa canggung.

Hari ini, Annie datang ke markas pasukan pengintai yang berada di dalam dinding Rose. Dengan profesinya sebagai polmil, Annie dengan mudah keluar dari dinding Sina. Dengan meminta Hitch untuk melaporkannya bahwa dia sakit, itu sudah cukup menjadikan alasan agar ia bisa membolos dari tugas polmilnya.

Meskipun ada alasan tersendiri Annie datang, tapi mereka berdua merasa senang bisa bertemu kembali satu sama lain.

"Kau tahu, eh, anu... aku... sangat merindukanmu, Annie." kata Eren, berinisiatif membuka pembicaraan meskipun gugup. Eren menggenggam tangan Annie.

"Hanya itu yang kau katakan? Yah... aku tidak percaya." respon Annie, sedikit menggoda Eren yang kemudian menjadi salah tingkah dan wajahnya memerah.

Annie tersenyum, "Aku tahu." kata Annie singkat dan mengecup pipi Eren.

"Aku juga." tambah Annie pelan. Jari tangannya yang lentik menyentuh dada Eren dan mengelusnya perlahan dengan pola melingkar, turun kebagian perut dan kemudian naik lagi ke dada bidangnya, dan bibirnya mencium bibir Eren singkat kemudian segera bertolak.

Lalu Annie melepaskan jaket yang berlambang unicorn hijau tersebut, berikut dengan sisa kain yang menutupi tubuh atasnya.

Eren memandangi Annie dari bawah lalu ke atas sampai membuat kontak mata kembali dengan Annie. Lalu mendekatkan wajahnya, sampai nafas hangatnya berhembus ke pipi Annie, dan mencium keningnya. Kemudian turun mencapai bibir Annie. Mereka saling berciuman, perlahan, dan penuh kasih dalam melakukannya.

Cukup lama mereka berciuman, yang sesekali menjeda untuk mengambil nafas. Kemudian setelah itu, Annie mulai melepaskan sabuk dan celana yang masih ia pakai, begitu juga dengan Eren.

"Aku benci memakai ini. Sabuk ini sangat merepotkan." gerutu Annie.

Eren yang sudah selesai melepaskan miliknya, mulai membantunya.

"Kau benar-benar tidak sabaran kalau soal ini." kata Eren dan tertawa kecil, lalu melempar semua yang barusan ia lepas entah ke sudut mana dari kamarnya.

Lagi, Eren mencium Annie. Masih merasa kurang puas dengan sebelumnya, mereka menjadi sedikit bergairah dari sebelumnya. Menunjukan bahwa kurang lebih telah satu bulan lamanya mereka berpisah sejak hari kelulusan mereka dari pelatihan militer. Melupakan rasa khawatir bahwa siapa saja bisa masuk mengganggu mereka. Lupa akan sangat berbahaya dan merepotkan jika Mikasa tahu ini semua.

Udara di dalam kamar termasuk dingin saat malam hari. Diterangi oleh cahaya yang dihasilkan dari obor yang menempel di dinding yang selalu menyala baik siang ataupun malam. Sangat minim terdengar suara dari luar kecuali suara langkah yang mulai mendekat, dan itulah salah satu alasan mengapa Eren setuju, walaupun Annie tidak mengatakannya.

Tangan Eren meraba dari paha dan perlahan naik ke pinggang Annie. Dimana tangan kirinya membelai kepala Annie lalu memainkan rambutnya dan melepas ikat rambutnya.

Terdengar suara lembut yang keluar dari mulut Annie di tengah kesibukkan mereka. Kedua tangan Annie melingkar pada leher Eren.

Setelah membelai dan memberi sentuhan di tubuh Annie, kedua tangannya turun dan mengangkat Annie untuk duduk di pangkuannya. Tanpa memisahkan bibir mereka, Annie duduk di atas pangkuan Eren dan juga melingkarkan kakinya pada pinggang Eren.

Sampai beberapa lama kemudian, mereka memisahkan bibir mereka satu sama lain dan saling memandangi wajah lawannya. Rindu dan juga rasa khawatir yang selama ini mereka rasakan terbayar sudah saat Annie tiba-tiba datang mengunjungi Eren. Walaupun hanya sehari, tapi itu sudah cukup untuk melepas rindu dan beban pikiran mereka.

"Eren..." panggil Annie lembut.

"Ya...?" respon Eren pelan, memandangi wajah Annie.

Annie terdiam. Terlihat sedikit murung.

"Tidak..." Annie tersenyum. "Aku hanya ingin menyebut namamu." ucap Annie setengah berbohong.

"Kau memang seperti ini dari dulu." kata Eren dan membalas senyumnya.

"Biar saja..." jawab Annie dan mencium Eren kembali. Tangannya turun ke punggung Eren dan kemudian mendorong ke arah dirinya lebih dekat. Membuat dirinya kini merebahkan diri ke kasur dan Eren berada di atasnya.

Bibir Eren kemudian mulai turun perlahan ke leher Annie. Menciuminya. Nafas hangatnya menghembus leher Annie, membuat Annie semakin mengulurkan lehernya. Membusungkan dadanya dan melemparkan kepalanya ke belakang saat Annie mendapat sentuhan.

Mengecup, menghisap, dan mengigit kecil, Eren lakukan terhadap Annie. Annie hanya merintih dan mengigit bibir bawahnya sendiri. Tangannya naik, meremas rambut coklat gelap Eren, dan tangannya yang lain mencengkram punggungnya.

Sentuhan Eren yang lebih agresif dan bergairah dari sebelumnya, membuat Annie mendesah lebih keras dari sebelumnya, dan Annie segera mengigit bibirnya, mencegah desahannya keluar dan terdengar lebih semakin keras, menggema di dalam kamar Eren.

"E-ren..." panggil Annie, nafasnya terpatah-patah.

"Hmm?" Eren hanya merespon dengan menggumam dan tetap melanjutkan memberikan sentuhan kepada Annie.

Menciumi tubuh Annie mulai dari atas lalu turun perlahan. Memberikan sentuhan spesial pada bagian tubuh Annie yang sensitif, membuat Annie mendesah kembali.

"Kau tahu kan, kalau aku–nghh– tidak suka jika kau terlalu menggodaku seperti ini?" kata Annie lirih terpatah-patah, dan berusaha mengatur nafasnya.

"Heehh, apa boleh buat... Aku tidak bisa menahan diri."

"Sesekali belajarlah. Termasuk cara berbicara pada gadis– padaku dengan benar." tepis Annie. Memberikan tatapan langsung ke Eren.

"Karena kau ini benar-benar cantik, bagai dewi." kata Eren, lalu membelai pipi Annie. "Annie, kau ini sempurna. Kau ini sangat indah, baik luar dan dalam." lanjut Eren dan membuat Annie tersipu.

Tangan kanan Eren menyentuh perut Annie. Membelai kulit putih susu lembutnya. Eren sangat menyukai tubuh atletis Annie, karena itulah Eren sering lepas kendali dan bertindak semaunya, walaupun Annie terkadang tidak terlalu menyukainya.

Meskipun begitu, Annie sebenarnya merasa sangat senang saat Eren menyentuh tubuhnya dengan penuh perasaan, memperlakukannya sebagai gadis. Perasaan hangat saat bersamanya membuat Annie merasa nyaman.

Dan tangan Eren menyentuhnya. Sesuatu yang ada di bawah perut dan pangkal paha Annie. Berada di lekukan tubuh bawahnya. Suatu bagian tubuh Annie yang paling sensitif.

"Mmhh..." seketika suara lembut terdengar dan Annie terhenyak saat Eren menyentuhnya.

"Ternyata kau memang sudah sangat siap." goda Eren, dan menyeringai.

"Berisik! Aku tidak suka menunggu. Janganlah–ah!– bawa kebiasaanmu saat akan berlatih denganku, Eren." kata Annie. Walaupun terdengar kasar, Eren mengerti itu.

"Benarkah? Aku tidak yakin, dari caramu berbicara itu." Eren mengecup bibir Annie. "Kau sebenarnya sangat menyukainya, kan?" tambahnya.

"Terserah." ucap Annie singkat, walaupun Annie memang tidak marah, malah mungkin lebih tepatnya Annie mengalah.

"Baiklah kalau begitu..." kata Eren dan menyingkirkan poni rambut yang menutupi wajah Annie dan mengecupnya kembali. Kemudian kedua tangannya turun, memegangi kaki Annie, merentangkannya dan sedikit mengangkatnya.

Perlahan mereka saling bersentuhan. Eren mengambil langkah maju.

"Eren... Perlahan..." minta Annie dan juga membimbing langkah Eren.

"Ya. Aku mengerti."

Annie mengernyitkan alisnya saat Eren semakin dalam, mendorong akses yang akan dilaluinya secara perlahan. Annie menahan nafasnya, tubuhnya gemetar, dan kepalanya serasa melayang. Begitu juga dengan Eren yang menundukkan kepalanya, mendapat sensasi yang membuat kepalanya seperti berputar.

"Nghhaahh..." Annie mengerang, tangannya menggenggam kencang lengan Eren.

"Annie... Apa kau baik-baik saja?" tanya Eren. Menjeda langkahnya, dan nafasnya terengah-engah. Terlihat keringat mengucur di dahinya.

"Ah– ya..." jawab Annie berusaha mengambil dan mengatur nafasnya. "Aku baik-baik saja. Lanjutkan. Tinggal sedikit lagi." lanjut Annie.

Eren mengangguk, dan melanjutkan mendorong dirinya untuk maju. Sampai akhirnya masuk seluruhnya, ditelan dan diapit oleh kehangatan Annie dan mencapai batas langkahnya. Annie mendesah, merasakan kembali perasaan yang ia rindukan.

"Eren... kau baik-baik saja?" tanya Annie, tangannya menggapai pipi Eren.

"Ya... Ini terasa sangat luar biasa." jawab Eren dan mengecup bibir Annie.

"Kau bisa bergerak." ucap Annie setelah sedikit mengatur posisi tubuhnya.

Lalu Eren mulai menggerakkan pinggulnya, mundur dan kemudian maju kembali. Mengulangi langkah tersebut, membangun tempo rendah untuk membiasakan diri mereka satu sama lain yang telah lama tidak melakukannya bersama.

Annie memejamkan matanya dan kemudian menghembuskan nafasnya, panjang dan berat.

"Ann?"

"Eren–ah... Tidak apa-apa. Teruskan." kata Annie pelan dan kemudian mengigit bibirnya.

Tempo semakin naik, semakin cepat dengan perlahan dan tidak tergesa-gesa seperti bara api yang menyala, perlahan membakar dan menghangatkan apa yang dilaluinya.

"Eren..." ucap Annie lembut dan pelan. Kedua tangannya menggapai wajah Eren, dan menarik ke arahnya.

"Aku senang bisa bertemu denganmu hari ini." kata Eren, di dekat wajah Annie. Mereka berdua bisa merasakan nafas hangat lawan mereka satu sama lain. Annie hanya tersenyum.

Eren mencium Annie tepat di bibirnya, dan Annie menyambutnya dengan penuh perasaan– gairah. Dan Eren semakin mempercepat dan memperkuat ritme gerakannya. Sedangkan tangan Annie menahan kepala Eren, tidak ingin segera berpisah satu sama lain. Keluar suara lembut dari mulut masing-masing saat lidah mereka bersentuhan dan melakukan pergerakkan.

Dimana tangan kiri Annie turun meremas punggung Eren, hampir menancapkan kukunya di saat Eren semakin mempercepat gerakan pinggulnya, dan menyentuh batasan langkahnya berkali-kali dengan cukup kuat. Tangan kanannya sedikit mendorong tubuh Eren, memisahkan bibir mereka yang sedang bercumbu.

"AH!" erang Annie.

Eren kemudian menurunkan temponya.

"Annie, maaf. Apa itu sakit? Apa aku terlalu berlebihan?" tanya Eren khawatir, dan merasa bersalah.

"Tidak..." jawab Annie yang hampir kehabisan nafas, tubuhnya mulai berkeringat. "Tetap saja seperti tadi. Aku hanya... merasakan itu saking luar biasanya." lanjutnya.

Eren mengecup Annie lagi, dan menaikkan temponya seperti semula.

"Ya seperti itu... Aku merindukanmu dan menginginkan ini sejak lama. " ucap Annie, suaranya parau.

Mengerti apa yang diinginkan Annie, Eren mempercepat dan memperkuat gerakannya. Annie mendesah dan menaikkan sedikit pinggulnya. Sehingga dorongan Eren tidak lurus berjalan, tapi menyudut, dan menabrak dindingnya. Hal itu Annie lakukan untuk mendapat sensasi lebih ketika dindingnya dipijat dengan penuh gairah.

Eren mendekatkan wajahnya ke wajah Annie, hidung mereka bersentuhan dan merasakan nafas hangat yang terpatah-patah mereka satu sama lain, sehingga Eren bisa mencium betapa harumnya Annie yang selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya.

"Annie, kau sudah dekat?" tanya Eren lirih.

"Ya... Eren, lebih cepat." minta Annie. Tangan kirinya meremas rambut Eren, sedangkan tangan kanannya meremas sprei kasur yang ia tiduri. Meskipun Annie seringkali yang mendominasi saat melakukan itu, tetapi ketika ia didominasi oleh Eren, dia hanya bisa patuh dan menikmatinya. Tidak buruk juga menurutnya perlakuan si kepala batu–Eren. Justru terkadang ada sensasi tersendiri yang Annie rasakan dan disukainya. Sengatan dan kenikmatan bercampur dan berkumpul menjadi satu ia rasakan di area paling sensitifnya.

Ritme mereka semakin cepat dan kasar. Eren sangat mencintainya, saat memperlakukan Annie seperti ini, dan Annie juga begitu, bahkan sangat. Tidak menahan diri, adalah tipikal mereka satu sama lain. Eren juga sangat menyukai mendengar suara lembut yang keluar dari mulut Annie. Sampai akhirnya Annie mengerang cukup keras di saat ototnya terasa mengencang, penglihatannya semakin kabur, dan badannya terasa lemas. Desahannya menggema di ruangan, dan Annie mencapai puncaknya.

"Eren..." panggil Annie dengan suara lemah.

"Hmm?" gumam Eren.

Eren kemudian mencium Annie, bibir mereka melumer satu sama lain, dan pinggul Eren tetap bergerak dengan sedikit menaikkan tempo dari sebelumnya, membuat Annie kembali memejamkan matanya, dan mengernyitkan alisnya. Meringis kenikmatan.

"Annie... Aku..."

"Yah... Tidak apa-apa, lakukan–ah... saja." kata Annie lemah.

Tangan Eren menahan kedua pergelangan tangan Annie dikasur. Sampai beberapa gerakkan, Eren merasakan ia mulai meleleh. Lututnya seakan mati rasa dan akhirnya ia menyusul mencapai puncaknya.

Annie merasakan nyeri di pangkal pahanya, dan ia tidak bisa menggerakkan kakinya. Begitu juga dengan Eren, lemas dan kemudian berbaring di samping Annie.

Eren mengecup Annie, dan menyingkirkan rambut Annie agar Eren bisa memandangi wajahnya.

"Hei... bagaimana?"

"Yah... itu barusan sangat luar biasa." jawab Annie dan tersenyum.

Eren kemudian memeluknya, menyandarkan kepala Annie di dadanya, dan mengusap rambut Annie. Menghangatkan diri mereka satu sama lain dan memberi kenyamanan untuk mereka berdua.

"Eren..."

"Hmm?"

"Aku... Aku ingin kau ikut denganku."

"Kemana?"

"Ke luar. Bersamaku. Dan aku akan membawamu ke sana."

Eren memejamkan matanya dan tersenyum.

"Ya..." jawab Eren dan mencium kening Annie. "Tentu saja. Aku akan ikut kemanapun kau pergi." bisik Eren pelan di dekat telinga Annie.

"Uhm..." gumam Annie. Tersenyum kecil dan singkat karena merasa senang dengan jawaban Eren. Kemudian Annie turut memejamkan matanya.

Air mata keluar dari mata Annie. Mengingat saat ini adalah mungkin saat terakhirnya bisa berada di pelukan Eren dan mendengar detak jantungnya. Melihat wajah yang mencintainya.

Sebelum Annie menghancurkan segalanya, membuat Eren membencinya, dan menghapus wajah tersebut, wajah riang yang mencintai dirinya.

"Maafkan aku..."

Dan dianggap sebagai pembohong terbesar.

-fin-


A/N 2.0: Terima kasih sudah membaca ff bejad ini! Rencana mungkin ini jadi kumpulan one-shot lemon nantinya, atau memperpanjang plotnya. Ntah lah. Haha... Tapi itu ya masih rencana. Ehem... Gak usah-usah malu-malu review. Kritik & saran sangat diterima.