Gone
Ditty Glint ILHyuuga
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rate : T
Genre : Romance, Drama
Pair : SasuHina, NaruHina
Warning : AU, Ooc, typo, gaje, dll
Happy Reading!
.
.
.
Tut.. Tut.. Tut..
Tut.. Tut.. Tut..
Gadis itu menghela nafas, untuk kesekian kali. Suara operator terdengar di seberang sana. Tak sesuai harapan dimana ia menginginkan seorang lelaki yang menjawab panggilannya.
Hinata membuang nafasnya kasar, ia mengambil tas selempang lalu berjalan keluar menuju mobilnya. Sebelum mobil melaju ia mengirim pesan pada sang kekasih.
'Sasuke-nii, kau benar-benar sibuk ya? Kalau begitu aku pergi ke butik sendiri ya! Semangat kerjanya!'
Setelah itu mobil pun melaju meninggalkan pekarangan mansion Hyuuga.
.
.
.
"Ya ampun! Cantik! Cocok sekali denganmu!" Ino memuji Hinata yang saat itu sedang mencoba gaun pengantin rancangannya. Wanita beranak satu itu takjub dengan hasil karyanya, apalagi saat gaun itu melekat pada tubuh sang sahabat, mempesona.
Semburat merah terlihat di kedua pipi Hinata.
"I-ino-chan, jangan berlebihan." ucapnya malu-malu.
"Aku mengatakan yang sebenarnya Hinata." Ino gemas sendiri dengan Hinata. Lalu ia membawa gadis itu ke hadapan cermin besar yang ada di butik Yamanaka.
"Lihatlah!" perintah Ino.
Kedua mata indah Hinata membelalak tak percaya. Di sana ia melihat pantulan seorang gadis yang sedang memakai gaun pengantin. Gaun berwarna putih dengan gradasi warna lavender di ujungnya, diperindah dengan bordiran sana-sini dan permata amethys yang berkilau. Sangat indah. Siapapun akan terpukau melihatnya.
Hinata berbinar melihat pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum bahagia. Tangannya yang seputih susu terulur menyentuh permukaan cermin. Tak dapat dipercaya beberapa minggu lagi ia akan menikah, melepas masa lajang nya. Penyatuan yang utuh bersama sang terkasih, Uchiha Sasuke. Sang cinta sejati.
"Ini.. Aku?" bisiknya tak percaya.
Ino hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Hinata.
"Andai.." tangan itu turun, terkulai di kedua sisi tubuh Hinata. Senyumnya memudar.
"... Sasuke-nii ada di sini. Apa dia akan m-memujiku juga?" tanyanya lemah.
"Hinata..."
"A-hahaha tapi dia memang sibuk sekali. Aku mengerti kok.." Hinata memaksakan tawanya yang hambar, sarat akan rasa kecewa.
Sedangkan Ino hanya bisa tersenyum sedih.
.
.
.
Malam yang indah dengan taburan bintang dan cahaya bulan. Hinata memandang takjub pada lukisan indah ciptaan Tuhan. Entahlah.. Dari dulu ia memang suka langit malam. Apalagi dulu setiap malam Sasuke selalu menemaninya saat Ayahnya pergi keluar kota untuk urusan bisnis. Ah.. Hinata jadi bernostalgia. Ia tersenyum mengingat masa itu.
Dering telepon menyadarkan lamunannya. Layar handphone keluaran terbaru itu menampilkan nama Sasuke. Dengan cepat Hinata mengangkat teleponnya.
"Moshi-moshi Sasuke-nii."
"Moshi-moshi Hinata." Hinata tersenyum lega mendengar suara yang sangat ia rindukan akhirnya terdengar.
"Ya, ada apa?"
"Hinata maaf, sepertinya aku tidak bisa keluar denganmu malam ini."
Sesak.. Lagi. Selalu seperti ini, entah yang keberapa kalinya. Akhir-akhir ini Sasuke selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tak ada waktu untuknya. Bahkan untuk saling menyapa lewat telepon pun sudah jarang. Membuat Hinata harus menahan rindu mati-matian.
Tapi sekali lagi, Hinata memaklumi.
"T-tidak apa-apa, aku mengerti." ujarnya lemah. Menahan nyeri di hatinya. Mungkin Sasuke tidak akan pernah tau rasanya tidak dijadikan sebuah prioritas. Dan Sasuke tidak akan pernah merasakannya, karena Hinata tidak akan melakukannya.
.
.
.
"Dia bilang begitu padamu?" tanya Ten-ten geram.
Hinata terdiam. Tadi ia menceritakan tentang janji nya dengan Sasuke yang lelaki itu batalkan. Nampaknya Hinata salah menceritakannya pada Ten-ten. Lihatlah sekarang istri kakaknya itu terlihat menahan amarah.
"Dia apa-apaan sih?! Apa dia tidak bisa meluangkan sedikit waktunya buat kamu? Padahal sebentar lagi kalian menikah."
Hinata memakan kentang goreng yang beberapa menit lalu ia pesan. Tak mempedulikan omelan kakak iparnya.
"Kamu jangan terlalu sabar, Hinata. Kalau aku jadi kamu, aku gak bakalan tahan sama sikapnya itu!" omel Ten-ten jengkel. Matanya menatap tajam Hinata. Bagaimanapun adik iparnya itu terlalu sabar pada sikap Sasuke yang akhir-akhir ini mengabaikannya.
Bukan apa-apa, ia hanya merasa kasihan pada Hinata.
"Sebegitu cinta nya ya kamu sama dia?"
Hinata terdiam, kunyahannya terhenti. Ditelannya kentang goreng yang ada di mulutnya. Gadis Hyuuga itu kemudian menoleh pada Ten-ten. Senyum perlahan mengembang.
"Ya. Aku sangat mencintainya."
Ia melanjutkan ucapannya, "Meskipun sebenarnya pernikahan ini hanya demi bisnis keluarga. Tapi aku sudah mencintainya dari dulu."
Tatapan Hinata menerawang, mengingat masa kecilnya. Dimana Sasuke selalu ada untuknya. Menghapus kesepiannya, menemaninya, memeluknya saat tak ada seorang pun yang peduli pada dirinya. Sasuke adalah hidupnya, cintanya. Segala perasaan bisa ia keluarkan jika ia bersama pria itu.
"Dia... Segalanya bagiku."
Jadi... Aku mengikatnya. Aku tidak ingin dia pergi. Aku ingin dia untukku sendiri. Aku benar-benar egois bukan?
.
.
.
Gadis berambut indigo itu tertidur lelap. Lelah dengan semua hal yang ia lewati hari ini. Sayang, tidur nyenyak nya harus terganggu oleh dering handphone.
Tangannya menggapai meja samping tempat tidur, mencoba meraih handphone yang terus berbunyi.
"Moshi-moshi?" sapanya setengah sadar.
"Hinata keluarlah."
.
.
.
Tap tap tap
Suara langkah kaki terdengar di rumah yang sepi itu. Seorang gadis menuruni tangga dengan semangat. Tak sabar bertemu dengan sang kekasih yang menunggunya.
Ia tak peduli jika sekarang nafasnya terengah. Yang terpenting ia bisa secepatnya menemui pria itu.
Cklek..
"Sasuke-nii.."
Amethys dan onyx bertemu. Amethys menatap penuh rindu pada onyx. Tapi lelaki bermata onyx itu justru menatapnya penuh rasa bersalah.
"Hinata..."
Tunggu, apa ini? Perasaan Hinata benar-benar tidak enak mendengar nada bicara Sasuke. Sesuatu yang buruk tidak akan terjadi bukan?
"Maaf.."
Kali ini senyum Hinata benar benar luntur.
"Kita sudahi saja."
.
.
.
Tbc or end?
.
.
Mind to RnR?
Salam,
Ditty Glint
