Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : gaje, abal, typo bertebaran, OOC (mungkin), dll
Hai hai readers, saya kembali dengan cerita yang baru(padahal baru aja publish cerita yang satunya -,-) oke lupakan saya-eh maksudnya kata-kata saya tadi :D. Pertama-tama saya mau mengucapkan terimakasih sama mama saya yang sudah mau memberikan saran sekaligus mengoreksi cerita saya ini, dan terimakasih juga sama semua readers yang mau membaca cerita saya apalagi mau berbaik hati mereview cerita saya yang gaje ini.
Oke deh sekian cuap-cuap saya, dan selamat membaca readers ;)
.
.
Ku tatap langit malam itu, ku pandang rembulan yang sepertinya tengah memandangku dengan tatapan iba. Dan sepertinya langitpun juga memliki perasaan sama seperti rembulan— merasa iba kepada diriku.
Aku menghela nafas berat lalu tanpa sadar air mataku jatuh membasahi pipiku, entah kenapa hatiku merasa sakit lagi. Kini aku tengah menatap Uchiha Sasuke mantanku pada sebuah foto, ia sedang tersenyum lembut sambil merangkulku mesra. Aku menatapnya dengan sendu.
'Sasuke-kun apa kau sudah tak mencintaiku?' tanyaku dalam hati.
Air mataku terus mengalir, menumpahkan bulir-bulir kesakitan yang sudah kupendam selama delapan bulan ini.
Aku kembali menatap rembulan seraya tersenyum pedih.
.
FLASHBACK
Aku masih ingat dengan baik, dulu ketika pertama kali kita bertemu. Kita berdua masih sama-sama malu, berjabat tangan, menanyakan hal yang biasa dalam obrolan, dan tak lupa kita saling bertukar nomor ponsel. Awal pertemuan kita berawal dari sahabatku Haruno Sakura yang juga merupakan sepupumu mengenalkanmu padaku.
Setelah itu hubungan kita berjalan dengan baik, kita sering mengobrol meski hanya lewat ponsel dan juga sering mengirim pesan. Dari setiap pesan yang kau kirimkan padaku, kau pasti memberikanku sebuah kalimat bijak yang membuatku menjadi mengaggumimu. Dan karena hal itu juga lah aku jadi memanggilmu kakak dan kau memanggilku dengan nama kecilku 'Hime' itulah panggilanmu padaku.
Tapi suatu ketika, aku merasa cemburu melihat kedekatanmu dengan sahabatku. Aku tahu, sangat tahu dia adalah sepupumu jadi aku tak berhak cemburu. Tapi apa salah jika aku cemburu kepada sahabatku karena orang yang ku cinta lebih dekat dengan sahabatku di banding diriku? Berulang kali ku katakan padamu kalau aku sudah ikhlas bila kau dengan sahabatku tapi kau selalu mengelak dan mengatakan 'Hubungan kami ini hanya sebatas sepupu, tidak ada hubungan lebih,' tapi aku masih merasa cemburu meski kau bilang begitu, jadi aku harus bagaimana untuk menghilangkan rasa cemburuku ini?
Dan ternyata kau membuat sebuah kejutan untukku dan membuat rasa cemburuku ini berubah menjadi rasa percaya kepadamu. Kau menyatakan cintamu di sebuah cafe yang suasananya sangat romantis, kau memberikanku sebuah cincin yang kau taruh di gelas jusku. Ketika aku menemukan cincin itu, kau mengambil cincin itu lalu kau sematkan cincin itu di jari manisku. Dan kau bilang, "ini adalah bukti cintaku padamu, percayalah hanya kau yang ada di hatiku," itulah yang kau ucapkan dan kalimatmu seolah mengajakku melambung ke langit ketujuh. Sungguh aku sangat bahagia, dan aku sangat bersyukur bertemu orang sepertimu.
Setelah itu hubungan kita berjalan sangat baik. Aku mencintai semua yang ada di dirimu, termasuk caramu menghargaiku sebagai gadis yang masih suci— alias belum tersentuh oleh laki-laki manapun. Ah! Aku juga ingat waktu itu aku sempat bertanya padamu mengapa kau tak mau menyentuhku, dan alasanmu waktu itu adalah,"kau itu ibarat sebuah botol berisi air mineral yang masih tersegel, aku takkan mau menyentuh dan meminum botol itu sebelum aku benar-benar haus. Intinya aku akan menyentuhmu setelah kita sudah menikah," sungguh, kata-katamu membuatku terharu. Kaulah laki-laki sempurna yang ku cari selama ini Uchiha Sasuke.
Hubungan cinta kita kini telah berumur dua bulan, kita tak pernah bertengkar karena kita memegang sebuah kalimat yang selalu kita terapkan di fikiran kita yaitu, 'harus ada salah satu yang mengalah, agar hubungan tak berakhir dengan tidak baik,' itulah kalimat yang kita jadikan kunci keharmonisan hubungan kita.
Tapi ternyata takdir berkata lain, seperti kata orang bijak yang pernah ku temui 'sebaik-baiknya kita menjaga sesuatu, suatu saat 'sesuatu' itu juga akan lecet atau rusak.' Ya itulah yang dialami hubungan kita sekarang ketika aku melihat dirimu tengah memeluk wanita lain dengan hangat, bahkan pelukan hangat seperti itu tak pernah kurasakan darimu.
'Kenapa takdir begitu kejam?' itulah yang selalu ada fikiranku sekarang.
Ku hampiri dirimu yang tengah memeluk seorang wanita, lalu kutanyakan padamu tentang hal itu. Tapi responmu? Kau hanya minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Tapi janji hanyalah janji, karna kenyataannya kau terus mengulanginya sampai tiga kali. Dan hal itu membuat kesabaranku habis, aku memintamu datang ke rumahku untuk menyelesaikan permasalahan kita ini.
Tapi apa yang ku dapat darimu? Kau malah memutuskan hubungan kita dan hal itu membuat hatiku sakit.
"Kau yakin Sasuke-kun?" tanyaku, kau mengangguk. Dan hal itu semakin membuat hatiku bertambah sakit.
"Aku hanya ingin sendiri, aku ingin menata hidup dan aku juga ingin menguji sebesar apa cintaku padamu," jawabmu. Kau fikir aku ini apa? Sebuah robot? Sebuah patung yang dapat seenaknya kau perlakukan seperti itu? Apa kau tak perduli dengan perasaanku Sasuke-kun? Memangnya apa maumu Sasuke-kun?
Akhirnya mau tak mau aku harus merelakanmu pergi meninggalkanku, merelakanmu membuang cintamu kepadaku.
FLASHBACK OFF
.
Kini sudah delapan bulan aku di tinggalkan olehmu, dan mungkin sudah di lupakan olehmu. Tapi mengapa diriku, fikiranku, dan cintaku selalu tertuju padamu? Dan mengapa hati kecilku masih tak mau membiarkanmu pergi dari hatiku, membiarkanku membencimu dan membiarkanku melupakanmu sama seperti dirimu yang melupakanku?
Semua hal itu kini masih tetap menjadi misteri dalam fikiranku.
.
Hah~ kau tahu Sasuke? mengingatmu bukan hanya membuat hatiku sakit tapi juga membuat kepalaku sakit.
Kuputuskan untuk tidur lebih cepat malam ini, agar aku bisa melepaskan fikiranku darimu. Meski di temani oleh air mata yang terus membanjiri mataku, aku tak menghiraukannya dan tetap melanjutkan tidurku.
.
Mentari pagi kini mulai menyinari kota Konoha menyapa setiap insan yang baru keluar dari segala mimpinya. Termasuk aku, seorang gadis malang bermarga Hyuuga yang saat ini tengah terbaring diranjang empuk milikku. Aku membuka mataku perlahan sehingga iris lavenderku terlihat, kini aku tengah menatap langit-langit kamarku dengan tatapan sendu.
'Kapan aku akan berhenti memimpikan dirimu Sasuke?' Tanyaku dalam hati, sejujurnya aku benci karena telah memimpikanmu Sasuke. Karena setiap aku terbangun dari tidurku setelah memimpikanmu, hatiku terasa sakit lagi. Jadi aku harus apa agar kau bisa hilang di setiap aktivitas dan fikiranku?
Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan pelan sambil menghampiri jendela yang masih tertutup oleh gorden lavender. Ku buka gorden itu lalu ku tatap pemandangan di balik jendela kamarku.
"Pagi yang indah," gumamku seraya tersenyum simpul tapi terkesan penuh kepedihan, setelah menikmati keindahan pemandangan di balik jendelaku aku segera kebawah untuk sekedar sarapan bersama tanpa ada yang saling berbica. Begitulah peraturan keluargaku 'tak ada yang berbicara ketika makan.' Selesai sarapan ku putuskan untuk jalan-jalan pagi.
'Sekedar jalan-jalan di taman terdengar tidak buruk, lagipula mungkin saja dengan begitu aku bisa melupakan Sasuke.' gumamku dalam hati.
.
Kini aku tengah berjalan sambil menikmati pemandangan di taman pusat kota Konoha, sesekali aku tersenyum melihat anak-anak kecil yang tertawa lepas sambil berlari kesana kemari.
'Seandainya aku bisa seperti mereka, tertawa lepas tanpa ada kepura-puraan,'gumamku dalam hati.
Ketika aku sedang menikmati pemandangan sekitar, mataku di suguhkan dengan pemandangan mantanku tengah mencium seorang wanita yang sama— wanita yang pernah tiga kali ku pergoki tengah bermesraan dengan laki-laki yang kini telah berstatus mantan denganku.
Oh Tuhan! Sakit sekali hatiku ini rasanya, apa yang sebenarnya Engkau rencanakan Tuhan? Apakah Engkau ingin aku melupakan dia? Kalau memang benar begitu bantulah aku untuk melupakan dia dan kirimkanlah aku seorang malaikat yang dapat mengobati rasa sakitku ini dan dapat menggantikan posisinya di hatiku. Fikirku, aku berbalik memunggungi kedua insan yang masih berciuman lalu menangis sejadi-jadinya.
Sasuke-kun tahukah kau? Hatiku begitu sakit melihatmu seperti ini, dan tahukah kau? Aku bingung apa yang harus kulakukan kepada hatiku ini sekarang?
Setelah puas menangis, aku berbalik menatap mereka yang saat ini tengah berpelukan— aku dapat melihat kehangatan di pelukan mereka itu. Dan tanpa sadar bibirku mengulas sebuah senyuman penuh keikhlasan .
"Sasuke-kun kini aku telah ikhlas merekalanmu bahagia bersama siapapun termasuk wanita itu, ku doakan semoga hidupmu selalu di liputi kebahagiaan," ucapku lalu meninggalkan kedua insan itu.
Kini aku dapat berjalan dengan tegap, dan aku dapat tersenyum ikhlas melihat orang yang ku cintai sepertinya bahagia.
'Kini aku tahu apa yang kita inginkan takkan selamanya menjadi kenyataan, dan aku percaya aku akan menemukan kebahagiaanku meskipun bukan denganmu. Terimakasih Sasuke-kun karena kau, aku jadi mengerti apa itu arti mencintai dengan ketulusan.'
Kini aku dapat melangkah dengan pasti, dapat meneruskan hidupku dengan menjadikanmu sebuah memori indah yang takkan pernah kulupakan sepanjang hidupku.
Selamat tinggal cintaku, semoga kau bahagia dengan pilihanmu. Aku di sini selalu mendoakan kebahagiaanmu.
—TBC—
Yak selesai sudah chapter pertama, cerita ini masih saya buat bersambung karena akhir ceritanya masih menggantung banget. gimana readers kurang gereget kah? kurang sedih kah? apakah alurnya terlalu cepet? RnR ya readers :D dan sampai jumpa di chapter selanjutnya ;)
