.

.

.

.

"Eunghh...faster daddy..."

"Shit...don't mess with me, bitch,"

"Coming daddy—faster please..."

"Together, baby,"

"Can't hold it—ahh, anymore, daddy—"

"Kook—"

"What the fuck? Daddy kink?"

Gerakan Taehyung terhenti sebentar, sebelum kembali menerjang Jungkook. "Shit, Jung! Keparat, apa yang kau lakukan disini?"

Jungkook menaikkan sebelah alisnya. Seakan-akan tempo Taehyung yang terlampau cepat itu tak memengaruhi dirinya untuk sekedar mengeluarkan desahan. "Kukira kau mencintaiku."

"Aku butuh desahannya—ah sial, hasratku hilang!" Taehyung mengeluarkan kejantanannya dari lubang Jungkook, berjalan menuju kamar mandi. Meninggalkan Jungkook yang tertawa keras.

"Dia itu pingsan karenamu, Tae! Kau terlalu ganas!" teriaknya sebelum Taehyung benar-benar menutup pintu kamar mandi. Jungkook memungut kemeja Taehyung, lalu memakainya. Menunggu Taehyung, dia mengambil psp miliknya.

Suara pintu kamar mandi terbuka terdengar. "Keparat. Kau benar-benar membuat mood ku turun."

"Oh c'mon, Tae," Jungkook melempar psp nya asal, memeluk Taehyung yang tengah memilah baju dari belakang. "kau juga bisa melakukannya denganku,"

"Kau punya aura dominasi, Jung. Itu membuatku terancam. Enyah kau keparat."

Jungkook kembali tertawa. Jari telunjuknya bermain di dada telanjang Taehyung. "Ayo ke club. Buat aku mabuk, dan kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan."

Taehyung menarik nafas jengah. "Kau itu dominan, bangsat. Kemampuan minummu sama denganku."

"Tapi dia tak tahan minum setengah gelas."

"Karena dia tak tau batas kemampuannya. Kita ke club. Pakai bajumu." Taehyung melepas pelukan Jungkook, memakai kaos hitamnya. Jungkook mendorong pelan tubuh Taehyung dari depan lemari, memilah baju yang akan dipakainya. Tangannya meraih kaos hitamnya yang memiliki motif berbeda dari milik Taehyung.

"Tae, kudengar ketua geng distrik tiga sudah mati."

"Terus?"

"Boleh aku ke sana?"

Taehyung menoyor kepala Jungkook. "Aku masih membutuhkanmu, bocah."

.

.

.

.

"Jeon Jungkook. Dua puluh tahun. Gangguan Identitas Disosiatif."

Taehyung mengamati sosoknya yang tengah duduk termangu. Kedua tangannya diikat terpisah pada ujung kasur, mencegahnya melakukan hal-hal di luar dugaan. Pandangannya kosong. Membuat senyum miring Taehyung terangkat.

Dia melangkahkan kakinya. Mendekati Jeon Jungkook, menarik dagunya agar menatapnya. Mengunci pandangan kosong itu.

"Wadah." Taehyung mendecih. "Keluarlah. Siapapun."

Perlahan, mata kosong itu memiliki binar. Binar ketakutan yang tergambar dengan jelas. Binar itu bergetar, seolah meronta, memohon agar dilepaskan. Tubuhnya pun ikut bergetar. Taehyung mengamati semuanya, mendalami seluruh perlakuan Jungkook. Mencatat yang perlu dicatat dalam otak.

Taehyung melirik perawat yang mengantarnya. "Berapa?"

"Dua."

Hanya dua. Taehyung mengangkat sebelah alisnya. Serius? Dua? Kakaknya sudah pernah merawat pasien dengan lima kepribadian hingga sembuh total, lalu kenapa Jungkook diserahkan padanya? Mau menguji Taehyung?

"Kuterima. Dia dibawah pengawasanku." Tangannya memasukkan kedua tangan ke dalam kantung celana. Mengamati Jungkook dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Bawa dia ke tempatku."

"Perlu data perkembangannya, Tuan?"

"Tidak. Dalam waktu dua jam, aku ingin dia sudah berada di apartemenku."

"Baik, Tuan."

.

.

.

.

Taehyung mengelus paha wanita di sebelahnya tanpa minat. Matanya tak lepas dari Jungkook yang berada di seberangnya. Tubuh Jungkook digerayangi enam tangan sekaligus, dari tiga wanita berbeda. Bahkan ketika salah satunya mengusap kejantanannya, Jungkook hanya tertawa tanpa menyingkirkan tangan itu.

"Ahn Tae—"

Taehyung melirik. Dia tak sengaja meremas paha wanita itu, karena menahan kekesalannya pada sosok Jeon Jungkook. Mendorong wanita itu kasar, lalu mengukungnya. Lidahnya menari di leher wanita itu, lalu menciptakan beberapa tanda kemerahan. Tatapan Taehyung tak sengaja berpas-pasan dengan netra Jungkook, membuatnya terdiam selama beberapa detik.

Taehyung mendengus begitu melihat seringai Jungkook. Dia meninggalkan wanita tadi, melempar lima lembar uang seratus ribu padanya. Melangkah mendekati Jungkook, seraya menatapnya tajam.

"Bitch, he's mine."

Ketiga wanita itu melengos, lalu beranjak pergi. Taehyung mendudukkan dirinya di sebelah Jungkook. Menarik pinggangnya mendekat dengan posesif. Dia mendekatkan bibirnya pada telinga Jungkook, "Kau harusnya sadar dimana batasanmu, Jungie." Menjilat telinga itu dengan gerakan menggoda.

Namun gerakan itu takkan membuat Jungkook yang ini mendesah. "Wanita itu menggiurkan, Tae. Aku baru berpikir untuk take a room with them saat kau datang tadi."

"Kau memang jalang,"

"Aku yang mengendarai mereka, Tae."

"Kau itu milikku, jalang. Kau kukendarai." Tangan Taehyung terjulur untuk mengambil gelas Jungkook yang terisi setengah. Meminumnya, lalu menarik dagu Jungkook mendekat. Dilumatnya bibir Jungkook penuh candu, menggigitnya pelan. Jungkook tersenyum dalam ciuman itu, dia membuka bibirnya, memberi akses pada Taehyung. Taehyung meniupkan alkohol yang diminumnya tadi ke dalam mulut Jungkook, membuat Jungkook mendesis.

"Ayolah," Jungkook menyudahi ciuman itu. "Kita ke sini untuk cuci mata. Aku juga ingin menjadi dominan. Kau selalu mengurungku, membuatku tak pernah berada di atas. Just one night stand, can I?" Jungkook mengerjapkan kedua matanya lucu.

"Kau harusnya bersyukur, aku tidak langsung menyeretmu saat kau disentuh para jalang tadi," Taehyung mengangkat tangan kanannya, melihat jam. "Dia masih pingsan?"

"Sudah kubilang, kau juga bisa bermain denganku, Tae."

"Membuatmu mendesah itu memerlukan segalon alkohol, Jungie."

Jungkook terbahak. Tangan kanannya bergerak meremas kejantanan Taehyung. "Kelebihanku blow job, kalau kau lupa."

Taehyung menyingkirkan tangan Jungkook seraya melengos. "Aku lebih suka lubang sempitmu, kalau kau lupa."

"Ow, aku ditolak." Jungkook terkekeh. Tangannya kembali meraba celana Taehyung. "Bilang saja kau tak sudi mendesah sendirian."

Taehyung mengangkat kedua tangannya. "Give up. Go ahead. Aku akan membayarnya."

Jungkook tertawa riang, lalu berjalan menghampiri wanita-wanita yang tadi menempelinya. Taehyung mendecih, selalu seperti ini. Inilah alasan Taehyung mengunci pintu apartemennya rapat-rapat, Jungkook yang kelebihan hormon itu berbahaya. Jika tadi Taehyung melanjutkan obrolannya dengan Jungkook, pasti akan berakhir dengan dirinya yang dibuat mendesah karena lidah Jungkook yang terlampau lihai.

Taehyung suka. Tapi, seperti kata Jungkook, dia tak sudi mendesah sendirian.

Dia mengangkat kedua kakinya ke meja saat Jungkook beranjak pergi bersama dua wanita di kedua lengannya. Memanggil pelayan, meminta sebotol vodka. Taehyung harus tetap terjaga sampai pagi nanti, setidaknya sebelum Jungkook terbangun.

Sebelum Jungkook kesayangannya terbangun.

.

.

.

.

Jungkook menggeliatkan tubuhnya. Sinar mentari langsung menerpa wajahnya, silau. Berusaha membuka kedua matanya, Jungkook melihat sekeliling. Dia berada di dalam mobil Taehyung.

Tubuh Jungkook terasa pegal. Dia membuka pintu mobil, lalu berjalan terseok ke arah Taehyung yang duduk di atas kap. Memeluk Taehyung dari samping, membuat Taehyung tersadar dari lamunannya.

"Pagi, Kookie."

Jungkook mengeratkan pelukannya. "Semalam..."

Helaan nafas Taehyung terdengar. Tangan kirinya mengusap kepala Jungkook. "Seperti biasa. Yah, salahku juga. Maafkan aku." Dikecupnya pelipis Jungkook dengan lembut.

"Bukan salah Hyungie..."

"Bukan salahmu juga."

Hening. Menikmati bagaimana udara dingin menerpa kulit. Sinar hangat mentari tururt menghangatkan tubuh mereka, membuat mereka merasa nyaman pada posisinya.

"Kookie," Jungkook mendongak. Taehyung mendorong tangannya untuk mengusap pipi hingga telinga Jungkook. Matanya tak lepas dari bibir Jungkook yang membengkak, diusapnya bibir itu dengan tangannya yang lain.

"Badanmu masih sakit?"

"Eung...pinggangku pegal,"

"Kita pulang."

Taehyung menoleh saat dirasakannya pelukan Jungkook makin erat. Jungkook menatapnya dengan tatapan memohon, bahkan binar ketakutan itu kembali tergambar disana. "Jangan pulang Hyungie...kalau aku tidur, nanti kita berpisah lagi...aku sudah banyak merepotkan Hyungie..."

"Kau sama sekali tidak merepotkan, Kookie." Taehyung mengusap kepala Jungkook. "Bocah sialan itu yang merepotkan. Yang membuatku ingin membuangnya ke laut."

"Maafkan kami, Hyungie..."

"Aku selalu memaafkan kalian, Jungkook. Sekarang kita pulang, aku benar-benar mengantuk." Taehyung menyeret Jungkook, mendudukkannya di kursi samping kemudi. Kemudian dia menyusul masuk, lalu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Hyungie..."

"Hm,"

"Aku mengantuk,"

Taehyung melirik. "Tahan sebentar, Kookie. Setidaknya sampai kita berada di apartemen. Aku ingin memelukmu saat tidur, bukan dia."

Jungkook mengangguk lemah. Memainkan jemarinya sendiri, berusaha mengusir rasa kantuk. Hening kembali menyiksa. Jungkook yang merasa semakin mengantuk pun mendesah kecil. Dia menatap Taehyung yang tengah terfokus pada kemudi.

"Hyungie, semalam...berapa orang?"

Taehyung menghela nafas. "Dua wanita."

Jungkook melepas kaos hitamnya. Tercekat saat melihat banyak tanda kemerahan di tubuhnya. Dia bergidik, bagaimana bisa dirinya membiarkan tubuhnya dijamah oleh wanita, padahal dia sudah berprinsip bahwa Taehyung adalah satu-satunya.

"Karena bukan kau yang melakukannya, Kookie."

Jungkook menoleh. Taehyung tersenyum padanya, lalu kembali menatap ke arah jalan. "Kurasa salepnya masih di belakang. Pakailah." Jungkook mengangguk, lalu melompat ke kursi belakang.

Lima belas menit berselang, Jungkook belum mengeluarkan sepatah kata pun. Taehyung mengernyit, biasanya hanya lima menit pun cukup bagi Jungkook untuk mengoleskan salep itu pada tubuhnya. Taehyung menepikan mobilnya, lalu menoleh ke belakang. Dia meringis kecil, melihat Jungkook tertidur disana.

"Sialan, Jung!"

Kedua kelopak Jungkook terbuka, seiring seringai Jungkook terangkat. Dia menyilangkan kedua kakinya, menatap Taehyung menantang.

"It's my turn, again?"

.

.

.

.

TBC

.

...halo.

Tiba-tiba pengen bikin cerita DID. DID VKook kan biasanya yang kepribadian ganda si Tae, sekarang kubuat Kuki nya.

Ini hutang nambah lagi ya lord.

Tiga-empat chapter kelar. Amin.

Hope you enjoy this story! Cya!

Kiika246.