Prologue..
.
.
.
[11.43 pm.]
Malam itu di tanggal 28 Oktober 2015, hujan lebat mengguyur ibu kota Korea Selatan, lebih tepatnya di daerah Gwangjin-gu, seorang pemuda berjaket hitam berlari tunggang langgang lantaran curah hujan kala itu luar biasa lebat, petir saling bersahutan dengan kilat bak cakar sang dewa langit.
Pemuda itu terus berlari tanpa merasa kelelahan. Koper berukuran besar ditariknya kasar. Sepatu kets berwarna putih miliknya jadi kotor akibat lumpur yang menempel di bagian luar sepatu. Tubuh jangkung itu mendadak berhenti. Mata sipitnya memandang bangunan terkesan tua yang ada di depannya. Bangunan bercat brocken white itu terlihat seram ditambah dengan backsound gaungan petir dan kilat semakin menambah ngeri bagi orang yang melihat.
Dengan cepat dan sigap dirinya sudah berada di dalam bangunan tua tersebut. Melewati empat penjaga di depan pintu dengan mudahnya dan tanpa ketahuan. Jejak-jejak lumpur begitu kentara diantara keramik marmer yang berkilau akibat cahaya kilat. Matanya menelisik setiap benda-benda bersejarah di dalam etalase. Patung, guci kuno, cermin, kursi goyang yang sudah reyot, dan juga beberapa benda lainnya yang sangat diketahui semua warga Korea Selatan adalah benda-benda mistis. Suasana gelap saat itu cukup menjadi gambaran betapa seramnya gedung museum Achasan* malam itu.
Ngekk..
Pemuda itu perlahan menoleh dan mata elangnya menatap tajam kursi goyang tua dari balik etalase, beberapa detik sampai kursi itu bergerak kedepan belakang dengan sangat pelan. Terus dipandanginya kursi reyot itu penasaran. Semakin si pria memandang fokus benda tua itu semakin cepat juga kursi tua itu bergerak.
Ngiik.. ngiik..
Ada seorang nenek-nenek di balik kursi itu..
Ngiikk..
Piyama putih yang sudah dekil dan penuh darah..
Rambut beruban yang berantakan namun ada bekas sanggulan disana..
Mukanya rusak akan sayatan-sayatan dibeberapa bagian mukanya..
Ngiik.. ngiikk..
Dan kini, si nenek menatap tajam matanya..
Si pemuda tersenyum mengejek, "Dasar jelek! Sudah tua bukannya berbuat baik, jadi mati dibunuh 'kan?"
'HIIIIIIIIIIIIIIIIIIYY…!'
Nenek hantu itu memekik. Sang pemuda berlalu begitu saja.
.
.
Present
ANOMALI
.
Cast:
.Taehyung and Jungkook.
[KOOKV]
And
.Other cast.
.
Genre: fantasy, romance, humor, triler
Warning:
Typo gentanyangan, Shounen ai, [uke/Tae*Kook/seme] Bahasa gak sesuai EYD, Ngawur, Aneh, Romance picisan, Bikin mual-mual, baper=alien, deelel.
.
.
*Happy Reading*
.
Suara nyanyian merdu dan lembut mengalihkan perhatian si pemuda jangkung yang sejak tadi berdebat dengan seorang nenek-nenek tua bersimbahan darah. Senyumnya mengembang – sedikit – lalu tanpa basa-basi dihampirinya suara itu. Langkahnya dipercepat saat dirinya merasa tidak sabar dengan panjangnya lorong bangunan tua ini.
Sesampainya di tempat, suara itu menghilang ditelan hujan. Si pemuda jangkung meninggalkan koper besarnya dan berjalan agak pelan, onyx itu menelisik setiap lukisan yang tertempel di dinding. Tak ada yang menarik dari lukisan-lukisan ini, yang ada hanya kegelapan dan ketakutan dalam lukisan tersebut hingga onyx tajamnya menangkap sosok cantik nan rupawan tepat di ujung tembok beton.
Wanita cantik bergaun mewah dengan jade sebagai warna pokonya, motif bunga berwarna maroon dan pink mempercantik gaun tersebut. Si pemuda jangkung bagai terhipnotis akan keindahan lukisan di depannya ini. Tiada banding, wanita dalam lukisan ini sungguh belahan jiwanya. Marulette Estelle Antoinette. Anak dari Kepala Pemerintah Belanda saat bangsa bule itu menjajah tanah Indonesia beberapa abad lalu.
"Marry.." Jemari pemuda itu mengelus lembut lukisan yang sudah berdebu kini. Liquid bening menetes menyedihkan dari onyx sang pemuda. Diusapnya sayang lukisan itu cukup lama.
"Lama tidak jumpa.."
"…sayang."
Tes
Sang pemuda tersenyum kala penglihatannya tak salah melihat wanita cantik dalam lukisan tersebut meneteskan air mata. Terlebih itu untuknya. Kekasih berabad-abad lalunya.
"Kau masihlah cantik sama seperti saat kita pertama bertemu, s-sudah berapa lama kau terjebak di dalam sini, hm? Maaf.." Ujarnya lirih.
"Maaf baru datang―" Si pemuda menutup mulutnya menahan tangis yang makin menderas.
Diusapnya air mata itu, tanpa banyak makan waktu si pemuda jangkung memutar tubuhnya lalu menggeret koper besar yang sedari tadi ia tinggalkan. Dibukalah koper itu, menampilkan sesosok remaja tak berbusana meringkuk di dalamnya. Pemuda jangkung itu menarik ujung raven remaja tak berdaya tersebut kearah lukisan yang ia tuju.
"Aku akan membebaskanmu dari belenggu yang menyesakkan ini, my love. Persetan dengan takdir yang sudah menyiksa kita berabad-abad lamanya.."
Pemuda bersurai gelap bak kayu eboni itu menoleh pada remaja yang kini berwajah pucat dengan banyak luka dan memar disekujur tubuhnya. Seluruh tubuh yang membiru, hidung mancung, surai semerah darah, kulit agak tan namun halus juga bibir ranum itu, sungguh manis remaja SMA ini kalau dilihat dengan seksama. Sayangnya, remaja manis ini tidak bisa menjalani kehidupannya lagi, remaja berjenis kelamin laki-laki ini adalah seorang siswa SMA yang meninggal akibat kecelakaan. Dirinya menghela nafas berat. Ditepisnya perasaan iba itu dan kembali memfokuskan diri pada tujuan utamanya.
Onyx itu menatap remaja tak berdaya itu penuh akan ambisi.
"Kau akan membantuku untuk membawa kembali kehidupan yang sempat direnggut dari wanita yang kucinta. Lagipula kau sudah mati, Kim-Tae-Hyung.." Pemuda jangkung itu mengeja nama yang melingkar dipergelangan kaki si remaja.
Kim Taehyung..
.
.
.
.
.
.
See ya next chapter ››
I need review/like/fav.. thank you :)
