Title : MVP
Length : 2SHOOT
Cast :
Kim Jong In a.k.a Kai
Do Kyung Soo a.k.a Kyungsoo
And other cast
Rate : T
Genre : Gender Switch/GS, school–life, romance.
.
.
.
.
Story by: KazekageLaxy
.
.
.
.
WARNING THYPO!
DON'T READ IF YOU NOT LIKE!
ENJOY!
AND
HAPPY READING ^^
.
.
.
.
.
Peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi nyaring, memaksa para pemain dari dua sekolah menengah yang berbeda tersebut untuk berhenti mengejar bola dan menerima keputusan akhir yang tertera dipapan besar disisi lapangan.
"Sial!" Chanyeol mengumpat sambil mengacak rambutnya kasar saat matanya menatap jumlah skor dipapan. Seirin – Rakuzan 103 – 112.
Shit!
Sekolahnya kalah!
"Selamat atas kekalahanmu," Chanyeol membawa pandangannya kesamping, menemukan sosok lelaki pirang dengan keringat yang membasahi wajahnya tersebut tersenyum menge jek kearahnya.
"Terimakasih! Tapi lain kali aku akan membuatmu menangis kalah Kris Wu!" Balas Chanyeol sinis, kemudian karna sportifitas sebagai kapten tim, dia menjabat tangan lawannya tersebut.
"Kuharap kau bisa menenangkannya." Kris membawa dagunya kearah lelaki jangkung berkulit coklat ditengah lapangan itu. "Katakan padanya bahwa dia seratus tahun lebih muda jika ingin mengalakanku."
"Jangan remehkan Ace kami."
"Well, aku bukannya meremehkannya. Hanya saja aku bicara fakta, seperti yang kubilang, dia masih terlalu muda untuk membuka Zone." Kris menyeringai kemudian meninggalkan Chanyeol yang mengeram marah dengan kedua tangan mengepal kuat. Sialan! Dia baru saja dipermalukan oleh musuh terbesarnya, Kapten tim basket Rakuzan.
Kemudian panitia penyelenggara acara mengumunkan agar perwakilan sekolah yang masuk tiga besar memasuki lapangan untuk menerima tropi. Chanyeol maju sebagai perwakilan sekolahnya, lelaki jangkung itu berada ditangga kedua setelah Kris sebagai nomor dua.
"Bangsat!" Lelaki jangkung lain dengan kulit kecoklatannya itu mendesis marah, menatap benci kearah Kris yang tengah mengacungkan tropi kemenangannya diiringi ledakan confenti serta sorakan riuh. Sial! Seharusnya Chanyeollah yang berada disana.
"Sudahlah Kai, kita bisa membalasnya lain waktu." Sehun, si shooting guard Seirin yang juga satu tim dengan Chanyeol dan lelaki bernama Kai itu menjawab dengan acuh, mengangkat bahunya tidak terlalu peduli. Asalkan sudah bisa bermain di pertandingan nasional saja sudah cukup baginya. Namun sepertinya tidak untuk lelaki bernama Kai disampingnya, nampaknya lelaki dengan rambut keperakannya itu masih belum terima jika Kris berhasil menundukkannya yang notabe adalah seorang Ace.
"Aku akan membalasmu Kris, lain kali.." Sumpahnya diiringi tatapan tajam dari mata elangnya sebelum melangkah pergi meninggalkan lapangan.
.
.
.
Kai menghentikan permainan basketnya saat matahari sudah benar–benar tenggelam diperaduannya, membuat Gor tempatnya sedari tadi bermain basket mulai gelap. Hanya sinar rembulan yang kebetulan sedang penuh sajalah yang menjadi pencahayaan alami. Kai membawa bolanya dan menuju sisi lapangan untuk mengambil handuk untuk mengusap peluh disekitar wajahnya, kemudian lelaki tersebut menyampirkan satu tali tasnya kesebelah punggung kokohnya, melangkah meninggalkan Gor menuju kearah parkiran yang dekat dengan sebuah halte bus. Sebelum pergi, lelaki itu menuju box minuman disisi jalan dan mengambil satu kaleng soda setelah sebelumnya memasukkan sebuah koin.
Glup!
Kai meneguk rakus sodanya sampai hanya tersisa setengah, kemudian lelaki itu meremas kuat kaleng tersebut sampai penyok sebelum melemparkannya ke tong sampah kecil didekat kursi halte.
Tuk!
"Awh!" Kai yang sudah membalikkan badannya hendak pergi itu sontak berhenti saat mendengar sebuah pekikan halus tersebut, dia mendekati kursi tunggu halte dan tersentak kecil saat mendapati seorang gadis dengan seragam sekolahnya tengah mengusap–usap lengannya yang sepertinya basah. Dahi lelaki tan tersebut berkerut. Oh, bagaimana dia tidak menyadari kehadiran gadis itu disini? Dan ada apa dengan lengannya? Apa sisa sodanya mengenai gadis itu?
"Maaf." Gadis tersebut sontak mendongak dan sinar rembulan yang kebetulan tengah bebas dari halangan awan itu menyinari wajahnya yang mungil. Gadis itu tersenyum kecil sambil menggelang imut. Matanya yang bulat nampak terang peris seperti cahaya bulan diatas sana.
"Tidak apa. Lemparanmu tadi sedikit meleset sehingga sisa sodanya mengenai lenganku." Oh..Oh! Kai masih terdiam mematung, menatap sosok gadis mungil yang kini mendudukkan diri dikursi halte tersebut dengan santai setelah berhasil membersihkan lengannya. Gadis tersebut sempat mengerutkan keningnya saat mendapati Kai hanya diam ditempat.
"Kau tidak apa?" barulah saat gadis manis itu bersuara, Kai tersadar dan tersenyum samar.
"Maaf! Lemparanku meleset,"
"Tidak apa." gadis itu tersenyum lagi, dan entah bagaimana senyum itu terasa bagai sebuah sihir yang membuat Kai terhipnotis, lelaki itu memiringkan kepalanya memperhatikan gadis manis tersebut.
"Apa yang kau lakukan ditempat ini?"
"Um? Aku?" gadis itu menunjuk dirinya sendiri saat Kai berbicara, lelaki tan itu mengangguk kemudian menyandarkan dirinya dipilar halte. Entahlah, dia merasa enggan pulang dan memilih tinggal bersama gadis manis ini saja.
"Menunggu bus, tentu saja. Dan apa yang kau lakukan disini? Bermain basket?" Kyungsoo balik bertanya dengan ekor mata melirik bola basket ditangan lelaki itu.
"Yeah." Kai mendribbling bolanya ke tanah dengan santai, kemudian menangkapnya sebelum menatap kembali si gadis.
"Tidak baik untuk seorang gadis sendiriian menunggu bus dihari yang sudah malam."
"Dan kenapa kau peduli? Bahkan kau tidak mengenalku." Kai menaikkan dahinya sedikit tersinggung, namun dia hanya diam.
"Bukan maksudku sok kenal, tapi aku peduli karna merasa bahwa seorang gadis tidak pantas berada dihalte bus seorang diri dimalam hari." balas Kai sedikit sinis, dan jawaban barusan membuat si gadis tertawa kecil dengan cantiknya. Kai mengernyitkan dahinya, bahkan tawanya terdengar sangat menyenangkan.
"Kau ini gampang tersinggung ya?" gadis itu kemudian menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga dengan cantik, lalu mengulurkan tangan mungilnya kearah Kai.
"Wu Kyungsoo!"
Kai tidak bisa untuk menolak uluran tersebut, dengan sedikit seringaian kecil, lelaki itu menyambut uluran tangan gadis manis bernama Wu Kyungsoo tersebut dan bergumam dalam hati mengagumi betapa tangan yang sangat mungil itu terasa halus ditangannya.
"Kim Kai." Kyungsoo menarik uluran tangannya dan Kai nampak mengerang dengan itu, dia sedikit tidak rela saja saat tangan lembut itu lepas dari genggamannya.
"Baiklah Kim Kai, kenapa kau tidak segera pulang?" Kyungsoo bertanya dan Kai mengedikkan bahunya acuh.
"Aku akan menunggu sampai busmu datang. Yeah, anggap sebagai permintaan maaf karna lenganmu kotor akibat leparanku."
"Tidak usah repot."
"Oh! Ayolah, apakah itu hal besar?"
"Tapi apakah kau bisa dipercaya? Bagaimana jika kau bohong dan akan berbuat macam–macam padaku?" Kyungsoo menyipitkan mata bulatnya dan itu nampak lucu, Kai terkekeh dibuatnya kemudian menatap Kyungsoo intens.
"Apakah itu kesan pertamamu saat melihatku?"
"Ya. Dari ini," Kyungsoo menunjuk daun telinga sebelah kirinya sendiri, dan Kai yang mengerti langsung tersenyum samar. Kyungsoo baru saja menyinggung tiga pierching ditelinga kirinya.
"Don't judge someone from the cover."
"Aku hanya takut." Kyungsoo mengangkat bahunya dan Kai melakukan hal yang sama. Keduanya kemudian terdiam membiarkan keadaan sepi karna tidak adanya percapakan. Kyungsoo yang duduk dikursi halte dengan pandangan lurus kearah jalanan sementara Kai bersandar dipillar dengan raut datar.
"Jadi, dimana kau sekolah?" Kyungsoo akhirnya bertanya guna memecah keadaan canggung ini.
"Seirin tingkat akhir. Kau?"
"Apa kau salah satu anggota tim basket?" Tanya Kyungsoo dan lelaki itu mengangguk.
"Menurutmu?"
"Apa kau mengikuti Inter High bulan lalu? Kudengar Seirin mendapat juara dua." Kai mengangguk mengiyakan dengan senyum kecut. Ah, kekalahan itu! Sampai kapanpun itu tidak akan terlupakan. Kyungsoo kini membulatkan matanya kagum.
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku sekolah di Kyunghee, tingkat kedua." Jawab Kyungsoo.
"Wow. Apakah aku sedang berbicara dengan gadis genius?" Kyungsoo tersenyum kecil, saat melakukan itu pipinya yang tembam akan terangkat sehingga matanya yang bulat nampak menyabit dengan lucu, kemudian bibirnya yang tebal akan membentuk hati yang cantik. Oh! Manis. Kai mengerjap, merekam ekspresi cantik itu dalam otaknya.
Obrolan ringan keduanya kemudian terhenti saat bus yang Kyungsoo tunggu sudah datang, masih cukup jauh memang. Gadis itu kemudian merapikan sedikit rambutnya lalu bangkit berdiri disisi jalan disamping Kai.
"Jangan berlebihan." Ucapnya malu–malu. Kemudian hening sejenak sampai kendaraan yang Kyungsoo tunggu sudah datang.
"Busmu datang." Kai bergumam, dia mengangkat lengan kirinya untuk menghentikan bus yang mulai mendekat dengan kecepatan sedang. Lelaki itu menatap Kyungsoo dan merasa geli sendiri saat baru menyadari bahwa tubuh Kyungsoo benar–benar sangat mungil, lihatlah tingginya yang hanya mencapai tinggi pundaknya itu.
"Aku harus pergi." Kyungsoo berucap saat bus berhenti didepannya dan pintu penumpang terbuka, gadis itu menatap Kai dan tersenyum manis.
"Sampai jumpa Kai, ppaii~!" Kyungsoo melambai imut kemudian memasuki bus dan membiarkan kendaraan besar tersebut membawanya pergi, meninggalkan Kai yang masih terdiam ditempat. Kyungsoo! Wu Kyungsoo! Seperti marga seseorang yang dia kenal. Tapi, ah itu mungkin hanya kebetulan. Saat bus tersebut hilang dari pandangan matanya, barulah lelaki itu tersadar oleh sesuatu. Oh Kim Kai bodoh! Kenapa kau tidak meminta nomor ponselnya? Sial!
.
.
.
Bel tanda berakhirnya pelajaran hari sabtu ini berbunyi dengan nyaring, membuat semua murid didalam kelas bersorak riuh. Akhirnya mereka terbebas dari beban berat yang sedari pagi membuat mereka pusing. Well, berhubung besok hari minggu, setiap orang sepertinya punya rencana untuk menghabiskan waktu.
"Kai, aku dan Chanyeol akan pergi ke café biasa. Mau ikut?" Sehun memasukkan buku pelajarannya kedalam tas saat guru mata pelajaran sejarah telah meninggalkan ruangan, lelaki pucat itu menatap sahabatnya meminta jawaban.
"Bertemu Luhan?"
"Aha."
"Cih, lalu Chanyeol mengajak Baekhyun. Dan aku akan menjadi penonton begitu? Sialan!" Kai berucap sinis dengan decakan kecil sambil berdiri dari kursinya, menyampirkan sebelah tali tasnya kebahu kanan.
"Oh, ayolah kau ini sensitive sekali. Kau sudah jomblo dua bulan setelah putus dari Tzuyu! Kenapa tidak mencari pacar baru saja?" Sehun berucap acuh, lelaki pucat itu kemudian merangkul bahu sahabatnya, berjalan bersama meninggalkan kelas menuju parkiran dimana Chanyeol dan pacarnya sudah menunggu. Hari ini hari sabtu, waktunya menghabiskan waktu untuk bersenang–senang.
"Aku akan mengenalkanmu dengan sepupu Luhan, ya siapa tahu kau tertarik."
"Sejak kapan Oh Sehun menjadi peri cinta?" Kai mencibir tajam kemudian melepas rangkulan Sehun kasar, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, berjalan melewati lorong–lorong sekolah dimana beberapa gadis hoobae memekik kecil saat berpapasan dengannya. Yeah! Kai itu popular disekolahnya. Kaya, tampan, pintar, atletis, pemain basket inti pula. Siapa yang bisa menolak pesona itu?
Sehun hanya berdecak geli, lelaki dengan tinggi yang sama dengan Kai itu kemudian menyusul sahabatnya sampai keduanya menemukan sosok Chanyeol melambai kearahnya.
"Kau akan ikut Kai?" Tanya Chanyeol. Kai mengangkat bahunya menolak, namun lelaki itu kembali berfikir. Hari ini dia tidak ada latihan basket ataupun dance, dia juga tidak punya pacar untuk dikencani, tugas sekolah juga sedang free. Benar juga, apa yang akan dia lakukan dirumah nanti? Ayah dan ibunya pasti akan pulang malam, kedua noonanya juga pasti sama. Menghela nafas pasrah, lelaki itu kemudian mengusap rambut peraknya pasrah.
"Oke, aku ikut." Kai menjawab acuh dan Sehun hanya terkekeh. Ketiga lelaki tampan itu kemudian menuju kearah motor sport mereka masing–masing, menggunakan helm teropong mereka. Khusus Chanyeol dia membawa dua helm, lelaki itu menyerahkan helm bogoo berstiker kartoon Frozen berwarna biru laut kearah pacarnya, Baekhyun, gadis imut dengan mata sipit itu kemudian naik keboncengan belakang, memeluk erat pinggang kekasihnya.
.
.
.
Ketiga lelaki itu turun dari motor masing–masing saat mencapai parkiran café tempat dimana mereka biasanya menghabiskan waktu. Well, Chanyeol, Kai dan Sehun memang bersahabat dekat. Selain karna ketiganya seangkatan, mereka juga satu tim basket.
"Yeolli, aku mau pancake strawberry dan ice cream porsi jumbo." Baekhyun memeluk lengan Chanyeol manja sambil berjalan memasuki café, sementara Chanyeol yang mendengar rajukan imut itu hanya terkekeh dan mengiyakan permintaan pacarnya. Kai dan Sehun yang melihat perbedaan tinggi kedua manusia yang sangat drastis itu sempat berfikir dalam hati, Chanyeol terlihat seperti seorang Pedofil. Lihat saja bagaimana tubuh tiangnya itu merangkul Baekhyun yang luar biasa sangat mungil itu.
Ckck! Bicara mungil, Kai jadi teringat seseorang. Seorang gadis bermata bulat dengan tubuh mungil dengan tinggi yang hanya mencapai pundaknya, Wu Kyungsoo. Seorang gadis manis yang tanpa sengaja dia temui seminggu lalu.
Tling!
Suara lonceng kecil berbunyi saat Kai mendorong pintu kaca café tersebut dan masuk kedalamnya, dengan ogah–ogahan dia kemudian mengikuti langkah Chanyeol yang sudah mengambil posisi di salah satu meja paling pojok, itu sudah menjadi tempat favorit mereka sehabis latihan basket, entah hanya bertiga atau bersama anggota tim lainnya, dan biasanya dia, Sehun dan Chanyeol akan langsung memesan kopi atau late untuk menghilangkan penat seperti kebiasaan. Tapi beberapa bulan terakhir ketiganya jarang sekali berkumpul bersama, alasannya karna mereka sudah punya pacar masing–masing. Chanyeol bersama Baekhyun, Sehun bersama Luhan dan Kai bersama Tzuyu. Yeah meski pada akhirnya hubungan Kai dengan gadis tersebut harus kandas dua bulan yang lalu.
"Luhan eonni belum datang ya?" Baekhyun bertanya pada Sehun yang duduk didepannya.
"Entahlah, aku akan menghubunginya." Jawab Sehun sambil meraih ponsel disaku celananya kemudian menekan tombol speed dial, menempelkan benda hitam tipis itu ketelinga kirinya. Beberapa menit dia bicara dan mengakhiri panggilan, meletakkan ponselnya diatas meja.
"Bagaimana?"
"Dia akan datang sebentar lagi. Apa kita harus memesan sesuatu terlebih dahulu?"
"Pesan saja," Sehun mengangguk mengiyakan saran Chanyeol, kemudian lelaki itu menatap Kai disampingnya.
"Kau pesan apa Kai?"
"Seperti biasa."
.
.
.
Luhan merasakan getaran kecil disaku roknya saat gadis berambut pirang itu baru melangkah keluar dari Laboratorium Biologi. Dengan sebelah tangan sementara lengan lain memeluk buku paket, gadis itu meraih ponselnya dan tersenyum melihat nama pemanggil yang tertera disana.
"Halo Sehunnie?"
"Hai sayang, apa kau sudah pulang?" Tanya dari sebrang.
"Aku baru keluar dari Lab, sebentar lagi aku keluar dari sekolah. Ada apa?"
"Aku menunggumu di café biasa bersama yang lain, kau bisa datang? Apa aku harus menjemputmu?" Luhan nampak berfikir sejenak, gadis itu sudah sampai dikelasnya, dia menjepit ponselnya diantara bahu kiri dan telinga kirinya sementara kedua tangannya sibuk memasukkan peralatan belajarnya kedalam tas.
"Aku akan pergi kesana bersama Kyungsoo. Apa itu oke?"
"Tentu saja, aku menunggu sayang. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa Sehun," Luhan menutup sambungan, menyimpan ponselnya kembali dalam saku roknya kemudian berlari keluar kelas menuju kelas Kyungsoo yang kebetulan berada disebelah kelasnya, saat matanya menemukan sosok yang dia cari tengah melangkah sendiri keluar kelas, gadis bermata rusa asal Cina itu segera saja memanggilnya.
"Kyungsoo!" panggilnya, membuat yang dipanggil berhenti dan menoleh.
"Luhan eonni?"
"Kyungsoo, temani aku bertemu Sehun ya." pintanya, Kyungsoo nampak berfikir sejenak. "kalian kan akan kencan, aku tidak mau mengganggu." sahut Kyungsoo.
"Kami tidak kencan kok," Luhan mengibaskan kedua tangan didepan wajah meyakinkan sepupunya tersebut. "Sehun bilang dia juga mengajak teman kok, tidak hanya kami berdua. Hanya acara makan ice cream bersama dihari sabtu. Bagaimana? Mau yah menemaniku?" Luhan memohon dengan ekspresi memelas dan Kyungsoo tidak bisa menolak permintaan sepupunya tersebut, dengan helaan nafas dia kemudian mengangguk, membuat Luhan bersorak kegirangan.
"Wah terimakasih Kyungsoo-ei. Ayo kita berangkat!" ucap Luhan semangat kemudian menarik lengan kecil Kyungsoo berlari meninggalkan sekolah menuju halte terdekat untuk mencari bus.
.
.
.
Setelah menaiki bus selama sepuluh menit, kedua gadis manis dengan balutan seragam sama itu kemudian menyebrangi jalan guna mencapai sebuah café yang berada disebrang. Suara lonceng kecil terdengar saat Luhan mendorong pintu kacanya, mata rusanya kemudian beredar menyusuri ruangan dan tersenyum saat mendapati sosok Sehun melambai dimeja pojok. Segera saja dia menarik lengan Kyungsoo disampingnya untuk menghampiri pacarnya tersebut.
"Sehun!" Luhan memekik senang kemudian memberikan Sehun dua kecupan manis dipipinya. Gadis itu kemudian menyapa teman–teman Sehun yang kebetulan dia kenal karna Sehun pernah mengenalkannya.
"Hai Baekki, kau datang juga." sapanya pada Baekhyun yang sedang menyendok satu potong pancake kemulutnya, gadis imut itu menganggukkan kepalanya. Luhan kemudian menatap Kyungsoo yang masih berdiri mematung dan terkejut karna belum mengenalkan Kyungsoo pada sahabat pacarnya.
"Ahya, aku membawa teman. Perkenalkan, namanya Kyungsoo." Kyungsoo yang nampak kikuk itu kemudian memperkenalkan dirinya.
"Halo, namaku Kyungsoo." Kyungsoo membungkuk kecil dan gadis imut yang menyapa Luhan tadi melambai manis kearahnya.
"Namaku Baekhyun dan ini pacarku, Park Chanyeol." Kyungsoo mengangguk, dia menatap Sehun sejenak dan tersenyum kecil. Well, Kyungsoo sudah bertemu beberapa kali dengan pacar Luhan ini, jadi dia rasa dia tidak usah memperkenalkan diri. Chanyeol menyuruhnya duduk dan Luhan langsung mendudukkan dirinya disebelah kanan Sehun sementara Kyungsoo duduk disebelah kiri Sehun, dahinya sedikit berkerut karna menemukan kursi lain disebelahnya yang berisi tas dan jaket, fikirnya pasti ada teman Sehun yang lain.
"Um, ini tas milik siapa?"
"Temanku, dia sedang ke toilet. Ah itu dia datang," Kyungsoo hanya mengangguk mengiyakan, tidak menoleh ataupun apa sampai dia merasakan kursi disebelahnya berderit karna di geser, kemudian seorang lelaki duduk disebelahnya, saat itulah Kyungsoo baru menolehkan kepalanya, bertemu pandang dengan lelaki yang kebetulan juga tengah menatapnya, sontak kedua mata bulatnya membulat.
"Kim Kai?"
.
.
.
"Kyungsoo?" Kai yang baru kembali dari toilet mengernyitkan dahinya saat menemukan sosok Kyungsoo yang sudah duduk disebelahnya. Memang sih tadi Sehun bilang jika Luhan akan mengajak teman wanitanya kesini, tapi Kai sungguh tidak menyangka jika yang dimaksud teman Luhan adalah Kyungsoo. Wow! Ini kebetulan besar.
"Hai Kai, kita bertemu lagi." Kyungsoo tersenyum kecil dengan manisnya, membuat Kai kembali teringat pada pertemuan mereka seminggu yang lalu. Ah, senyum itu bahkan masih sama, masih secantik rembulan.
"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Luhan takjub dan Kyungsoo mengangguk kecil.
"Dia yang menemaniku menunggu bus malam itu," sahut Kyungsoo.
"Kufikir kau tidak mau jika aku menemanimu malam itu," Kai membalas ucapan Kyungsoo dengan ekspresi kemenangan, membuat Kyungsoo tertawa sehingga mata bulatnya menyabit dengan lucu.
"Itu karna aku berfikir kau orang jahat. Tapi yah, terimakasih untuk waktu itu. Jika tidak bersamamu, aku tak yakin tak akan ada orang jahat yang datang." Kai menyeringai kecil, mengangkat bahunya acuh.
"Lupakan! Kau mau pesan apa?"
"Uh? Aku?" Kyungsoo menunjuk dirinya sendiri dan Kai memutar bola matanya malas. "iya, kau."
"Hm, aku pesan milkshake dan waffle coklat saja,"
"Oke," Kai mengangguk dan memanggil salah satu pelayan, menyebutkan pesanan Kyungsoo. Kemudian keduanya kembali terlibat pembicaraan ringan, membuat empat pasang mata disana menatap keduanya dengan ekspresi yang..eng, senang?
.
.
.
"Jadi kau akan pulang bersama Sehun?" Kyungsoo bertanya sedih saat Luhan mengatakan bahwa dia akan pulang bersama Sehun, itu artinya dia harus pulang menaiki bus seorang diri. Hah!
"Maafkan aku ya Kyung! Kami akan membeli sesuatu dulu," jawab Luhan tidak enak hati, melihat keresahan sepupunya tersebut, Kyungsoo menggeleng dengan senyum manis terkembang dibibir hatinya.
"Tidak apa kok, aku bisa pulang sendiri." jawabnya ceria. Sehun yang melihat itu jadi punya ide.
"Aku akan meminta Kai untuk mengantarmu pulang,"
"A–apa?" Kyungsoo sontak menggeleng sambil mengibas kedua tangannya cepat–cepat, dia kemudian menoleh kearah Kai yang baru saja kembali dari kasir untuk membayar tagihan.
"Iya, kau pulang bersama Kai saja, lebih aman." timpal Luhan, Baekhyun dan Chanyeol juga kompak mengangguk bersamaan.
"Aku bisa pulang sendiri kok," sahutnya menolak, namun Sehun yang sepertinya sengaja segera mengucapkan pemikirannya saat lelaki tan itu kembali dan tengah menggunakan jaketnya.
"Aku akan pulang bersama Luhan, Kai.. kau yang mengantar Kyungsoo pulang ya."
"E–eh, tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok." Kai nampak berfikir sejenak, ekspresi wajah datarnya tak terbaca, dan Kyungsoo yang melihat itu merasa bahwa Kai akan menolak untuk mengantarnya pulang.
"Oke," Kyungsoo sontak mendongak mendengar jawaban Kai.
"Sip, kalau begitu aku dan Baekhyun akan pulang duluan. Sampai jumpa," pasangan itu melambai kemudian beranjak meninggalkan café. Sehun dan Luhan juga melakukan hal yang sama, hingga tersisa Kai dan Kyungsoo disana.
"Ayo," Kai mengangkat dagunya memberi kode pada Kyungsoo untuk mengikutinya, gadis manis itu menurut kemudian mengikuti langkah Kai menuju parkiran. Lelaki itu memakai helmnya lalu menaiki motornya yang besar, memutar kunci sampai deru mesin yang keras terdengar.
"Aku hanya membawa satu helm, tidak masalah." Kai memberi kode agar Kyungsoo naik, tapi gadis itu masih diam ditempat sambil meremas kedua tangannya. Kai yang melihat itu berdecak kecil, menatap Kyungsoo dengan mata elangnya.
"Ayolah Kyungsoo, kau tidak mau pulang?"
"Um, aku bisa pulang sendiri saja."
"Kyungsoo naiklah atau aku akan memaksamu. Jangan keras kepala! Ini sudah sore dan tidak baik seorang wanita pulang sendiri." Kyungsoo menggigit bibir bawahnya kikuk, dengan ragu dia kemudian naik keboncengan belakang, memegang kedua bahu lelaki itu sebagai pegangan. Yeah, memang sih mereka tadi mengobrol dengan santai, tapi jika diantar pulang seperti ini cukup membuat Kyungsoo canggung. Kai kemudian melajukan motornya dengan santai, satu tangannya meraih sebelah tangan Kyungsoo dipundaknya dan membawa tangan mungil itu keperutnya.
"Berpeganganlah yang benar atau kau akan jatuh."
Oh! Wajah Kyungsoo memanas karna malu.
"K–Kai?"
"Hm?"
"Apakah tidak ada yang marah jika melihat kita?" Kyungsoo bertanya pelan, berfikir takut jika seandainya Kai usudah punya pacar, pasti akan terasa canggung sekali.
"Menurutmu aku sudah punya pacar?" Kyungsoo berfikir dalam hati. Lelaki setampan Kai mana mungkin sendiri, pasti para wanita akan mengantri untuk menjadi pacarnya.
"Jangan khawatir, aku sendiri. Dan kau pasti sama bukan?"
Oh! Kai single. Dan entah kenapa dengan bodohnya Kyungsoo merasa sangat senang dengan itu.
.
.
.
Kai menghentikan motor sportnya didepan sebuah rumah berlantai dua dengan cat warna coklat tua, membiarkan Kyungsoo turun dari boncengan belakang dan berdiri didepannya untuk mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih sudah mengantarku, mau mampir?" Kai melepas helmnya, menatap kedalam rumah Kyungsoo sejenak untuk berfikir.
"Tidak, terimakasih." Kyungsoo mengangguk paham, hendak beranjak jika Kai tidak bersuara.
"Kau tahu, sepertinya mereka sengaja ingin mendekatkan kita."
"Um, siapa?" Kyungsoo berhenti dan menatap Kai tak mengerti. Uh, wajahnya yang sedang bingung itu terlihat sangat menggemaskan sekali dimata Kai.
"Mereka, Luhan dan Sehun. Kau tidak merasakannya?" Kyungsoo mengedip polos sebelum menggeleng imut.
"Kufikir hanya kebetulan,"
"Yeah." Kai mengangkat bahunya acuh, dia terdiam menatap Kyungsoo yang memang tengah menatapnya. Sejenak saat matanya terpaut dengan manik bulat tersebut, Kai seperti merasakan sesuatu tengah menggelitik didalam hatinya. Sesuatu yang membuncah dan meluap–luap, membuat Kai merasa mual untuk menahannya. Sementara Kyungsoo hanya menunduk tidak tahu harus melakukan apa. Sehun dan Luhan sengaja mendekatkannya dengan Kai? Oh.
"Kyungsoo," panggilnya pelan.
"Ya?"
Kai terdiam sejenak, kemudian mengangkat bahunya acuh tidak tahu harus melakukan apa, perasaannya tidak menentu, namun dengan yakin dia mendongak menatap Kyungsoo.
"Berikan aku nomor ponselmu."
.
.
.
Kai menghentikan motor sportnya tepat didepan sebuah gerbang besar dengan papan bertuliskan Kyunghee High School didepannya. Lelaki itu mematikan mesin motornya, melepas helm dan mengusap–usap rambutnya yang agak berantakan, kemudian mata elangnya menatap kearah gerbang yang masih tertutup rapat. Segaris senyum kecil tercipta dibibir sexynya, lelaki itu menatap arloji ditangan kirinya dan menunggu dengan tidak sabaran.
Well, jika kalian bertanya dimana posisi Kai saat ini? Jawabannya adalah sekolah Kyungsoo. Yeah, ini sudah berjalan seminggu dari pertemuan mereka di café dan dua minggu pertemuan mereka di halte. Entahlah, Kai seperti merasakan gelitikan kecil dihatinya, seperti perasaan bahagia berlebihan saat berkirim pesan dengan Kyungsoo. Memang sih, mereka sering bertukar pesan dan sesekali Kai menelfon gadis itu, dan entah kenapa hal itu membuatnya sangat merindukan Kyungsoo. Kyungsoo itu manis, yah, polos dan sederhana, sebenarnya jauh dari tipenya, tapi Kyungsoo itu seperti punya aura tersendiri yang membuatnya terpikat. Kai belum bisa memastikan apakah dia benar–benar tertarik dengan Kyungsoo sesuai rencana Sehun. Tapi..yeah, kita lihat dulu apa salahnya? Lagipula dia jomblo dan Kyungsoo juga sama, apa salahnya mencoba?
Kai menatap gerbang didepannya itu sekali lagi. Ini adalah sekolah menengah nomor satu di Seoul, sekolah elit berisi kumpulan manusia dengan otak cerdas. Kai tahu bagaimana sulitnya masuk kesekolah ini, harus melewati seleksi ketat dan memperebutkan quota yang sangat terbatas, Yeah. Dan mengetahui bahwa Kyungsoo adalah salah satu murid disini membuatnya tersenyum, dia merasa bangga karna kenyataan Kyungsoo adalah satu diantara ratusan murid pilihan.
Tepat setelah lima menit menunggu, gerbang tersebut terbuka lebar dan ratusan manusia berhamburan bagai anak lebah keluar dari sarangnya. Kai turun dari motornya, matanya mengawasi setiap gadis yang keluar dari gerbang tersebut satu persatu. Beberapa gadis yang lewat didepannya sempat melemparkan tatapan kagum kepadanya sebelum terkikik kecil bersama temannya yang lain, tapi Kai tak peduli, lelaki itu acuh saja dan masih mengawasi dengan teliti sampai retina matanya menemukan sosok yang dia cari. Itu! gadis dengan bando ungu itu adalah Kyungsoo. Kai segera meraih ponselnya dan menghubungi gadis itu, matanya masih mengawasi Kyungsoo yang kini berhenti dan merogoh blazzernya lalu mengangkat telfon.
"Hallo?"
"Lihat didepan gerbang sebelah barat,"
"Apa?"
"Lihat saja," lalu gadis itu melakukan perintah Kai, menoleh kearah barat dan menemukan Kai melambai kearahnya, mata gadis itu sempat melebar sejenak sebelum akhirnya berjalan mendekat kearah Kai.
"Kai? Kenapa disini?" Kyungsoo bertanya terkejut dan mematikan sambungan telfonnya.
"Kenapa? Aku hanya ingin mejemputmu saja," Kai mengangkat bahunya acuh, ekor matanya menatap pipi Kyungsoo yang kini mulai merona manis.
"Ti–tidak usah repot–repot kok."
"Aku tidak merasa repot. Ayo!" Kai kemudian menaiki motornya, memberi perintah agar Kyungsoo naik keboncengan. Sejenak gadis bermata bulat itu ragu, lalu dia menatap sekitar dan sadar bahwa mereka tengah menjadi tontonan, tidak mau menambah malu, Kyungsoo segera naik keboncengan belakang dan memeluk kecil pinggang lelaki itu.
.
.
.
"Malam minggu ada pertandingan jalanan, datanglah."
Kyungsoo yang sedang memakan cheese cakesnya mendongak, menatap lelaki didepannya dengan dahi berkerut. Memang sih, Kai yang katanya akan mengantarnya pulang menunda pekerjaannya dulu, malah berbelok mengajak Kyungsoo makan siang disebuah café tak jauh dari sekolah Kyungsoo tadi.
"Apa acara resmi?"
"Tidak juga, hanya pertandingan untuk amal. Tapi aku akan bermain untuk tim inti," Kyungsoo meraih gelas Milkshakenya –minuman favoritnya– kemudian mengangguk kecil.
"Apa temanmu yang lain juga ikut? Maksudku Sehun,"
"Ya. Sehun dan Chanyeol, dia juga tim inti." Kai masih menunggu, menatap intens gadis manis yang kini meraih cheese cakesnya kemudian mengunyahnya dengan lucu, kedua pipinya mengembung dengan imut.
"Jadi kau akan datang? Aku bisa menjemputmu." Kai kembali berucap, menunggu jawaban Kyungsoo yang masih asik dengan makanannya, entahlah dia hanya berfikir bahwa Kyungsoo akan datang, dia harap Kyungsoo berkata 'ya'.
"Tidak usah, aku akan datang bersama Luhan saja. Jam berapa acaranya mulai?"
"Jam enam sore." Ah, senang sekali karna Kyungsoo mau datang.
"Baiklah," Kyungsoo mengangguk–ngangguk, menyelesaikan potongan cheese cakes terakhirnya sebelum menyeruput habis Milkshakenya. Kai tersenyum, Kyungsoo ternyata kekanakan, lihat sisa remah keju itu disudut bibirnya. Ck!
"Kau sepertinya sangat kelaparan ya,"
"Ada tiga pratikum tadi dan aku tidak sempat makan siang karna sibuk membuat laporan."
"Ck, ada remah dibibirmu."
"Ap–pa?" Kyungsoo menegang ditempat, matanya membulat lebar saat lelaki itu mendekat dan tangannya terulur mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari.
"Makanmu sangat kekanakan," Kai terkekeh kecil menjauhkan wajahnya saat dirasa Kyungsoo menunduk dengan wajah memerah padam. Ah, manisnya.
"Kyungsoo?" panggil Kai pelan dan Kyungsoo menjawab dengan gugupnya. Seringaian kecil tercipta disudut bibir lelaki itu, dia menatap Kyungsoo dengan intens.
"Sepertinya usaha Sehun dan Luhan untuk mendekatkan kita berhasil, aku merasa tertarik padamu." kalimat Kai yang diucapkan dengan terang–terangan itu langsung membuat Kyungsoo mendongak, semburat merah itu kini semakin banyak, membakar wajahnya seperti kepiting rebus.
"A–apa?"
"Apa kau juga merasa tertarik denganku?"
"A..aku," Kyungsoo kembali menunduk, namun kali ini dengan senyum kecil terkembang dibibirnya. Jika ditanya bagaimana perasaannya pada Kai, dia masih belum tahu. Mereka baru mengenal tak lebih dari tiga minggu, dia butuh meyakinkan diri.
"Tidak usah dijawab sekarang." ucap Kai mengangkat bahunya acuh, sepertinya ini bukan timing yang tepat.
"Ayo aku akan mengantarmu pulang."
.
.
.
Suara pantulan bola masih terdengar dilapangan basket indoor meski mentari telah kembali bersembunyi dibalik peraduannya. Kai, si anak basket itu melakukan jump shoot sehingga bola berwarna orange itu meluncur dengan sempurna kedalam ring.
"Jika seorang Kai bermain basket seorang diri, maka dia tengah berfikir." kalimat itu membuat gerakan Kai yang hendang melakukan shoot dari garis line–up itu tertunda, berhenti dan menatap Sehun yang baru keluar dari ruang ganti dengan handuk kecil diatas kepalanya.
"Memikirkan mau menyatakan cinta pada Kyungsoo atau tidak?" Kai menyipitkan matanya menatap Sehun yang tengah menaik turunkan alisnya genit. Cih, sejak kapan sahabat karibnya ini menjadi aneh seperti ini? Ah, maksudnya baru kali ini Sehun semangat sekali mendekatkannya pada seseorang.
"Aku baru tahu bahwa hobby barumu adalah menjadi peri cinta Tuan Oh!" Sehun terkekeh, mengusap kepalanya dengan handuk kecil. Latihan sudah selesai dari satu jam yang lalu, Chanyeol dan anggota lain juga sudah pulang. Tapi Kai masih tinggal dan melakukan dribbling–shoot berulang–ulang, dan Sehun yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil paham, Kai tengah berfikir saat ini.
"Kurasa Kyungsoo lebih baik dari si Tzuyu,"
"Jangan menyebut si penghianat itu," ucap Kai datar, membahas gadis berambut coklat itu membuatnya sangat muak. Cih!
"Ayolah man, nyatakan cinta pada Kyungsoo. Mau sampai kapan kau move on dari Tzuyu?" Kai diam, tidak menjawab, sibuk melakukan shooting seorang diri mengacuhkan Sehun, membuat lelaki berkulit pucat itu hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Masa PDKT'mu sudah hampir habis!" Sehun mendengus, dan Kai tidak merespon.
"Pertandingan jalanan tinggal dua hari lagi, nyatakan cinta atau tidak terserah padamu, tapi Luhan bilang jika sampai minggu ini kau masih menggantung hubungan kalian, maka Luhan bersumpah akan menjauhkan Kyungsoo darimu. Kau tahukan Luhan tipe sepupu yang sangat menyayangi keluarganya?" Kai masih diam, pura–pura mengacuhkan omongan Sehun yang panjang lebar itu meski telinganya masih mampu mendengar dengan baik apa yang lelaki pucat itu katakan.
"Yasudah terserah, aku hanya berusaha menjodohkanmu dengan Kyungsoo. Terserah kaulah, byee.." Sehun meraih tasnya diatas kursi tunggu kemudian melangkah meninggalkan Kai yang masih diam ditempat, berfikir.
Luhan akan menjauhkan Kyungsoo darinya? Oh ayolah, dia juga butuh berfikir. Tidak mungkinkan dia menyatakan cinta pada Kyungsoo tanpa berfikir matang terlebih dahulu? Lagipula, Kai masih belum bisa Move On sepenuhnya dari Tzuyu, mantan pacarnya yang menghianatinya dua bulan yang lalu.
.
.
.
"Bukankah dia cocok dengan tipemu? Anak basket?" Luhan yang asik bermain ponsel itu berkomentar pada Kyungsoo yang saat ini tengah tengkurap diatas ranjang sambil membolak–balikan majalah. Itu adalah majalah basket bulanan.
"Menurutmu dia menyukaiku?" tanya Kyungsoo ragu, dia membuka lembaran sampul majalah tersebut dan menemukan sebuah profil seseorang.
'Kim Kai, Ace Seirin yang berhasil mencetak skor terbanyak selama pertandingan'
Lalu ditengahnya ada foto Kai yang tengah melakukan jump shoot. Kyungsoo tersenyum kecil, mengusap foto tersebut dengan telunjuk mungilnya. Kai itu tampan, tinggi, sexy dan anak basket, tipenya sekali. Jika Kyungsoo bertanya apakah dia tertarik, yeah, Kyungsoo cukup tertarik. Tapi pertanyaannya sekarang adalah, apakah Kai merasa tertarik juga padanya? Memang sih, mereka beberapa waktu ini sering bertemu dan berkirim pesan atau menelfon. Dan selama masa pendekatan itu Kyungsoo akui Kai adalah tipe lelaki gentle meski kadang kala raut wajahnya itu sedatar tembok, tidak bisa ditebak. Yah, bagaimana ya. Kai itu lelaki jantan, sikapnya juga tidak terduga, membuat Kyungsoo kadang kala harus merasa malu ataupun gugup. Ah!
"Jangan kecewakan aku ya, aku sudah susah–susah mendekatkanmu dengannya." Luhan yang mulanya duduk disofa kini bangkit, tiduran disamping Kyungsoo. "kurasa Kai menyukaimu kok, Sehun juga bilang seperti itu." lanjutnya kemudian. Kyungsoo hanya menghembuskan nafasnya gusar, ikut merebahkan dirinya disisi Luhan.
"Waktu itu dia juga bilang jika dia tertarik padaku sih,"
"Nah itu sudah ada tanda–tanda jika dia akan menyatakan cinta padamu." Luhan tersenyum senang, menatap Kyungsoo ceria.
"Oh! Kyungsoo jika sampai pertandingan jalanan besok dia tidak menyatakan cinta padamu, aku bersumpah akan menjauhkanmu darinya."
.
.
.
Kyungsoo menempelkan ponselnya ketelinga kiri, kemudian menggigit bibir bawahnya gugup saat terdengar nada sambung.
"Halo sayang?" kemudian terdengar suara berat dari seseorang disebrang sana setelah nada sambung keempat.
"Gege!" Kyungsoo tersenyum, memekik manja pada kakaknya yang sedang ada di Busan sana.
"Ada apa menelfonku hm? Merindukanku ya?" terdengar kekehan dari sebrang sana, membuat Kyungsoo langsung merengut.
"Gege jangan GR!"
"Haha. Lalu ada perlu apa menghubungiku hm? Bagaimana kabar Papa dan Mama?"
"Mereka baik Ge!" sahut Kyungsoo. "Gege kapan pulang? Papa dan Mama merindukanmu tahu,"
"Tiga hari lagi, seminar disini belum selesai sayang." tiga hari lagi, itu artinya hari senin? Hah, Kyungsoo diam–diam menghembuskan nafas leganya.
"Ada pertandingan jalanan loh Ge. Sayang sekali Gege tidak ikut.."
"Yeah, mau bagaimana lagi? Kau akan datang menonton?"
"Ya. Bersama Lulu, boleh?"
"Tentu saja sayang, tapi jaga diri baik–baik ya."
"Um." Kyungsoo mengangguk senang. "yasudah, Gege baik–baik dan cepat pulang ya, miss you."
"Miss you too adikku sayang." sambungan terputus dan Kyungsoo langsung memekik senang. Yes! Gegenya akan pulang tiga hari lagi dan ini aman! Gadis itu kemudian bangkit dari ranjang dan pergi kekamar mandi, bersiap akan menonton pertandingan basket jalanan sore ini.
.
.
.
Lapangan sudah ramai, tribun penonton pun juga sudah penuh, meskipun ini bukan pertandingan resmi, tapi banyak yang berminat untuk menonton. Yeah, dari awal pertandingan ini kan memang untuk amal. Tapi beruntung, meski dalam keadaan ramai, Kyungsoo dan Luhan masih sempat mendapat dua bangku kosong paling depan, kedua gadis itu kemudian mendudukkan dirinya dengan nyaman, melambai pada Baekhyun yang terlihat ada dideretan bangku pemain.
Ah! Kyungsoo menatap kearah bangku pemain, semua tim yang akan bertanding sudah berkumpul, lalu Kyungsoo melihatnya, sosok Kai berdiri disisi lapangan dengan seragam tim warna hitam–putihnya bersama Sehun dan timnya. Segaris senyum tercipta dibibir hatinya, kemudian tanpa sengaja Kai menoleh kearahnya. Lelaki itu tersenyum kecil, kemudian berlalu melakukan pemanasan bersama yang lain.
Oh! Tuhan! Lelaki itu sangat tampan.
Peluit tanda mulainya permainan berbunyi, sorakan penonton yang rata–rata juga gadis sekolah menengah sepertinya terdengar keras memecah telinga. Kyungsoo juga sesekali bersorak, apalagi saat Kai dan timnya bergilir turun untuk bermain.
.
.
.
Empat jam terlewati tanpa terasa dan kini tiba pada pertandingan Final. Seirin melawan Yejin! Well, Chanyeol dan timnya berhasil melewati pertandingan dengan mudah sampai mereka tiba dipuncak sejauh ini. Ada sekitar lima belas sekolah yang tergabung, namun hanya dua terbaik yang berhak masuk kepertandingan final.
"Yo man! Kita pasti menang." Bobby mengangkat tangan kanannya keudara dengan semangat yang diangguki oleh pemain lainnya, shooter Seirin itu nampaknya sedang bersemangat. Peluit tanda bermain berbunyi, dan mereka harus bersiap melawan Yejin untuk memenangkan pertandingan ini. Chanyeol memberi komando memasuki lapangan. Mereka ber-empat, Chanyeol, Sehun, Bobby, dan Hanbin sudah melangkah memasuki lapangan meninggalkan Kai yang masih diam ditempat, merasakan ketidak hadiran sahabatnya, barulah Sehun sadar dan berhenti, menoleh kebelakang.
"Hoi, Kai! Ayo!" panggil Sehun keras dan Kai tersentak kecil. Lelaki itu kemudian bergegas menyusul teman–temannya kelapangan. Mata tajamnya berpendar keseluruh penjuru lapangan, meneliti kebangku penonton dan menemukan sosok Kyungsoo yang tengah melambai dengan semangat kearahnya. Meski hari sudah malam, namun dengan penerangan dari lampu–lampu lapangan yang cukup terang, lelaki itu masih mampu melihat Kyungsoo yang sedang tersenyum. Sangat manis!
Oh!
Kai menyentuh dadanya, otaknya berfikir luar biasa keras. Kyungsoo itu sempurna. Manis, bertubuh mungil, baik, sopan dan sederhana. Ahya, jangan lupakan juga jika dia itu adalah gadis pintar. Lalu apa lagi? Itu sempurna.
Peluit berbunyi dan bola dilemparkan ditengah–tengah lapangan, Chanyeol melakukan lompatan tinggi merebut bola dan tim Seirin mulai melakukan Defense. Pertandingan berjalan sengit dan cukup menengangkan. Well, meski Yejin bukan sekolah yang masuk List Nasional, tapi tetap saja Chanyeol dan timnya tidak boleh meremehkan mereka.
'Shoot!'
Bobby mengoper bola kearah Kai dan lelaki tan itu langsung melakukan jump shoot dan poin tercetak dipapan besar sisi lapangan.
.
.
.
Pertandingan berakhir saat peluit berbunyi, semua menatap kearah papan skor dan bersorak keras saat mendapati Seirinlah yang menjadi pemenang. Kai mengatur nafasnya yang memburu, mengusap dahi serta wajahnya yang penuh oleh keringat. Hah! 120 – 98! Entah sengaja atau bagaimana, Sehun terus melempar bola kearahnya hingga delapan puluh persen skor kemenangan mereka adalah hasil shoot milik Kai. Dibangku penonton, Luhan langsung berlari turun kelapangan memeluk Sehun yang langsung memutar–mutar tubuhnya. Baekhyun juga sama, gadis kecil itu kini sudah ada digendongan milik Chanyeol. Kyungsoo yang melihat itu hanya tersenyum dengan pipi merona merah. Ah, bahagianya Luhan dan Baekhyun. Gadis manis dengan mata bulatnya itu turun kelapangan dengan santai namun canggung, berfikir pasti menyenangkan jika menjadi Luhan atau Baekhyun seperti saat ini, ikut berbahagia atas kemenangan pacarnya. Tanpa sadar Kyungsoo menghela nafas pelan. Menyedihkan sekali sih kamu Kyungsoo! Tidak ada yang akan memelukmu saat ini. Pacar saja tidak punya. Karna sibuk memikirkan nasib meyedihkannya, kini langkah Kyungsoo tanpa sadar sudah ada dua meter didepan Kai yang kini menatap intens kearahnya.
"Kai," panggilnya pelan dengan senyum manis. "selamat ya, kau hebat." pujinya dengan tulus. Kai diam, berjalan mendekat menghapus jarak diantara keduanya. Sesaat posisi itu membuat Kyungsoo berdebar gugup, ah.
Kai sudah memutuskan dalam hati, dia juga sudah membuat kepastian saat melakukan jump shoot tadi. Kyungsoo sempurna dan Kai tak bisa menolak pesona gadis itu.
"Kyungsoo," Kai memanggil dengan nada rendah, menatap lekat bola mata Kyungsoo. Gadis itu jadi menunduk, gugup dan malu. Namun telunjuk Kai mengangkat dagunya, membuat wajahnya mendongak dan saat itulah jantung Kyungsoo rasanya hendak meledak saat Kai menciumnya tepat dibibir.
.
.
.
"Aku tertarik padamu, tapi aku juga belum yakin apakah aku mencintaimu. Makadari itu tolong bantu aku mencari jawaban atas semua pertanyaan ini Kyungsoo.." Kai berbisik pelan, meletakkan dagunya diatas kepala Kyungsoo yang wangi, mendekap gadis mungil itu erat–erat.
"Perasaan ini membuatku gila."
Kyungsoo diam, tak berkutik. Ini terlalu mendadak baginya. Setelah ciuman panas yang mendadak, dan sekarang apa yang lelaki itu katakan? Menyatakan cinta padanya. Oh! Ayolah.
"Kai.."
"Aku tahu kau pasti belum punya jawabannya saat ini Kyungsoo,"
"Kai,"
"Jangan memaksa Kyungsoo. Aku tahu ini terlalu mendadak."
"Kai." lelaki tan itu kemudian menunduk, menatap wajah Kyungsoo yang saat ini tengah tersenyum kearahnya.
"Aku juga tertarik padamu, sejak awal. Saat kau menemaniku dihalte malam itu." Kai terdiam, namun reaksinya bekerja cepat, kedua tangan besarnya menangkup wajah Kyungsoo erat.
"Itu artinya–"
"Ya." Kyungsoo lalu tersenyum dengan cantik. "aku mau membantumu mencari jawaban atas pertanyaanmu itu."
"Jadi kau mau menjadi pacarku?"
"Ya."
.
.
.
Prok!
Prok!
Prok!
Tanpa mereka sadari ternyata mereka masih berada dilapangan dan ada banyak pasang mata yang menjadi saksi kejadian barusan. Sehun dan Luhan saling pandang kemudian berpelukan dengan senang.
"Yes. Mereka jadian Sehunnie,"
"Ya." balas Sehun mengecup pipi gadisnya sayang. "aku senang karna Kai akhirnya move on."
Akhirnya! Usaha keduanya untuk menjodohkan mereka berhasil.
.
.
.
.
Tbc!
