KARAKTER BUKAN MILIK SAYA, TETAPI MILIK MASASHI KISHIMOTO
Bagian 1
Lapar… Haus...
Deru napas lelaki itu memburu, menciptakan kepulan bagai uap saat ia membuang napas. Rambut kuningnya tampak pucat sebab suhu yang hampir berada di titik nol derajat. Seharusnya, udara sedingin itu sudah membunuhnya, seharusnya.
Lapar… Makan…
Perutnya terus mengeluarkan bunyi. Tatapannya menyebar ke seluruh sudut ruangan yang remang-remang itu, mecari-cari apakah ada sesuatu yang dapat membungkam perutnya yang berisik. Tapi tentu saja, nihil. Ruangan itu lembab, dingin, kotor, dan terdapat berbagai macam tulang belulang. Tikus dan kecoak sekedar lewat silih berganti.
"Ugh…" Lelaki itu berusaha untuk bangkit dari tempatnya ia meringkuk. Kakinya kurang mampu menahan bobot tubuhnya membuat ia harus berpegangan di dinding yang basah. Dengan susah payah dia berjalan menuju tulang belulang yang berada paling dekat dengan nya.
"Ibu… Ibu…" Katanya lirih sambil menggoyang-goyangkan tulang yang tampaknya seperti tulang manusia. Tengkorak itu masih tersisa rambut-rambut berwarna merah yang kaku termakan waktu dan keadaan ruangan itu.
"Jawab aku… Ibu." Katanya lagi, tak menyerah untuk membangunkan tengkorak itu.
Krak
Lelaki itu menggigit salah satu tulang itu hingga setengah hancur. Air mata mengalir bebas dari mata birunya, ia pun menangis dengan suara yang serak.
"Ji-jika kau tidak menjawab… Aku akan... memakanmu…" Katanya di sela-sela isakan.
Ruangan itu dipenuhi oleh suara tangisnya, dan juga suara giginya yang beradu dengan tulang manusia yang ia makan. Lidahnya kelu, ingin memuntahkan semua yang berada di perutnya. Tubuhnya sakit.
"Sakit! Ibu!" Ia meraung-raung, memuntahkan tulang di dalam mulutnya. Lidah dan bibirnya terluka, mengeluarkan darah. Darahnya mulai mengalir. Tetapi ia langsung menyesap darahnya sendiri. Merasa kan rasa darah segarnya langsung dari lukanya. Ia menghisap, berusaha menyedot habis darahnya untuk ia minum.
"…Haus…" Katanya lirih dan kembali menyesap darahnya. Tatapannya kembali menangkap tengkorak yang tadi ia berusaha kunyah. Dengan hati-hati, ia menyentuh tengkorak itu, dan meletakkannya di pangkauannya sendiri. Setelah itu, ia menggigit bibirnya sekuat tenaga, darahpun kembali bercucuran.
"Minumlah ibu. Kau…tidak akan haus lagi." Suara nya terdengar begitu serak. Ia mengoles-ngoleskan darahnya sendiri ke tengkorak yang ia pikir adalah tengkorak milik ibunya.
Klak!
Pintu besi yang membatasi dunia luar dengan ruangan yang amat tragis itu terbuka, menampakkan sesosok perempuan yang sepertinya berusia 20 tahun. Rambut panjangnya berwarna biru tua, bola matanya berwarna perak tampak mengesankan dan terlihat tegas, tetapi menyimpan kebaikan hati. Perempuan itu tampak tak goyah melihat pemandangan yang mengerikan itu, ia malah tersenyum.
"Itu bukan ibumu." Kata perempuan itu, suaranya terdengar sangat keibuan tetapi tak menutupi kemanisannya. Tubuhnya yang indah -dapat membuat perempuan lain merasa iri- itu terbalut dengan pakaian formal yang rapi dan jas dokter putih bersih.
Perempuan itu terus tersenyum "Mulai sekarang, kau akan bersamaku, Uzumaki Naruto. " Katanya di akhir, menyebutkan nama lengkap lelaki yang meringkuk di tanah dengan darah yang mengucur dari mulutnya.
Seketika air mata Naruto kembali mengalir, selagi menatap perempuan di depannya. Perasaan hangat menyebar ke tubuhnya. Perempuan itu cantik, secantik ibunya. Apakah ia sedang melihat seorang dewi?
