AT GWANGHWAMUN

Cast : Kyuhyun Dan Yesung

Pair : Kyusung

Genre : Drama, Hurt/Comfort

Disclaimer : Terinspirasi dari Album solo Kyuhyun 'At Gwanghwamun'. Dan muncullah FF Abal ini

Don't Read If You Don't Like This Story And Pair

Enjoy It!

"Di Gwanghwamun kita berjanji. Dan di Gwanghwamun kita mengakhiri..."

Seorang namja yang sangat manis tengah berdiri disebuah gerbang besar yang berdiri tepat didepan istana Gyeongbok. Sudah selama 1 jam namja manis itu berdiri disana tanpa melakukan apapun. Hanya menatap mobil – mobil mewah yang sedari tadi melewati pintu gerbang tersebut. Atau beberapa orang yang melewatinya dan bersikap tak acuh padanya.

Yesung, nama pemuda manis itu. Dia terus menunggu sang kekasih yang sepertinya tak kunjung muncul mengingat hari semakin gelap. Kekasih? Entahlah. Dia pun tak tahu kekasih seperti apa yang ditunggunya disana selama hampir sebulan ini. Dia tak pernah tahu bagaimana rupa sang kekasih, namun hatinya tetap menuntunnya untuk berada disana setiap sore dan menanti kekasih yang tak pernah dia temui.

"Sepertinya aku harus pulang." Gumam Yesung sambil menatap langit yang mulai berganti menjadi gelap. Namun hal itu tidak berpengaruh pada Gwanghwamun yang kini mulai terang benderang dengan kemerlap sinar dari lampu – lampu yang berwarna – warni.

Dengan langkah berat, Yesung pun pergi melangkahkan kakinya menjauhi gerbang yang menjadi tempatnya berdiri tanpa rasa lelah sedari sore tadi.

"Kau sungguh bodoh, Yesung." ujar Kibum, sahabat sekaligus sepupu Yesung saat dia sudah mendudukkan dirinya disamping Yesung.

"Bodoh?" tanya Yesung kembali karena tak mengerti dengan perkataan Kibum.

"Untuk apa kau terus berada disana, menunggu sesuatu yang kau pun tak tahu apa itu." jelas Kibum.

"Aku tahu apa yang ku tunggu."

"Kekasih yang tak pernah kau tahu bagaimana rupanya." Potong Kibum cepat sebelum Yesung melanjutkan kalimat selanjutnya.

"Tidak tahukah kau, bahwa karena tindakan konyol mu itu orang – orang akan mengira bahwa kau adalah seorang yang sakit jiwa? Itu adalah hal tergila yang pernah kau lakukan, Yesung." Lanjut Kibum.

"Aku tak tahu, kibum!" ujar Yesung dengan setengah membentak, membuat Kibum sedikit terkejut. Namun dengan cepat dia kembali merubah wajah dinginnya tanpa ekspresi.

"Aku hanya tahu bahwa aku harus tetap berada disana saat sore hari dan pulang saat menjelang malam. Aku tak tahu apa yang ku tunggu. Bahkan jika aku sudah bertemu kekasih ku itu, aku juga tak tahu apa yang harus ku lakukan." Lanjut Yesung dengan suara yang kini melembut.

"Bisakah kau untuk berhenti melakukannya? Berhenti untuk menunggu seseorang yang tak akan pernah datang pada mu, sekalipun kau sungguh berharap untuk hal itu?" tanya Kibum yang kini mulai ikut melembut juga. Dia sadar, bahwa dengan berkata keras pada Yesung hanya akan memperkeruh suasana.

"Entahlah, Kibum. Aku ingin berhenti melakukannya. Tapi hati ku terus saja menyuruh ku untuk melakukannya."

"Kalau begitu, kau bisa menolaknya. Kau bisa berhenti untuk melakukannya."

"Aku sudah mencobanya, Kibum. Aku mencoba untuk tidak datang kesana. Tapi pikiran ku seakan sudah terkunci disana. Aku terus memikirkan Gwanghwamun. Gerbangnya, istananya, bahkan orang – orang yang sering melewati ku. Dan aku pernah sekali berjalan tak tentu arah dengan pikiran kosong. Dan sewaktu aku tersadar, kaki ku sudah membawa ku tepat didepan gerbang." Jelas Yesung panjang.

"Kau berhalusinasi." Ujar Kibum menilai.

"Kau tahu, Kibum? Hal yang sangat ku inginkan dalam hidup ku sekarang adalah, mengingat kembali semua kenangan ku dulu." Lanjut Yesung yang kemudian memilih untuk pergi meninggalkan Kibum. Tak ingin berdebat lebih lanjut dengan sepupunya itu.

"Mianhae, Yesung... Mianhae..." monolog Kibum sembari menatap bekas kepergian Yesung dengan wajah yang penuh rasa bersalah, berbeda saat berbicara dengan Yesung tadi. Wajah dingin dan tanpa ekspresi.

Sore ini sama seperti sore – sore sebelumnya bagi Yesung. Berjalan ke Gwanghwamun untuk menunggu seseorang sendirian. Kalau dipikir – pikir lagi perkataan Kibum tentang dia yang bodoh itu benar. Bagaimana mungkin bisa Yesung menunggu kekasih yang tak akan pernah datang dan tak pernah juga dia ingat. Sampai kapan juga waktu Yesung tersita hanya untuk hal seperti ini. Belum lagi dia yang dianggap gila oleh masyarakat sekitar, termasuk sepupunya sendiri.

Kalau dipikir kembali salah Kibum juga yang tak mau menceritakan masa lalu Yesung. Masa lalu? Entahlah. Yesung tak ingat apapun tentang masa lalunya. Kibum hanya menceritakan perihal keluarganya. Dan bukan tentang kekasih yang dia tunggu selama ini. Bahkan sepertinya Kibum tidak ingat bahwa Yesung memiliki kekasih dimasa lalu. Sudah sering kali Yesung mempertanyakan tentang kekasih yang diyakininya kepada Kibum. Namun apa jawaban namja sedingin es itu? Dia hanya mengatakan "Kau gila" atau "Kau tak pernah memiliki kekasih" atau juga "Itu hanya halusinasi mu. Berhentilah berpikiran gila seperti itu kalau tak mau ku bawa ke pskiater."

Jika memang benar perkataan Kibum bahwa dia tidak memiliki kekasih, lalu keyakinan apakah yang selama ini hinggap dihatinya? Yang selalu mendoktrinnya bahwa kekasihnya akan datang tak lama lagi? Dan kenapa juga Kibum tidak melarang keras dirinya untuk tetap berada disana?

Banyak pertanyaan diotak Yesung yang tak mampu dia pecahkan sendiri. Setidaknya jika dia mengingat sedikit saja tentang masa lalunya, pasti semua pertanyaan – pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya.

Hah... Memikirkan hal itu semua benar – benar membuat Yesung lelah dan pusing sendiri, hingga tanpa disadarinya bahwa ia sudah sampai didepan gerbang Gwanghwamun.

Dia pun segera berdiri digerbang itu. Menatap sedikit kedalam Gwanghwamun. Walaupun ini masih sore, namun keadaan disekitar Gwanghwamun sudah ramai.

"Selama ini aku hanya berdiri disini. Apa sebaiknya aku masuk kedalam?" tanya Yesung pada dirinya sendiri.

"Sepertinya tidak ada salahnya jika aku masuk kedalam. Lumayan untuk berjalan- jalan sambil menenangkan pikiran." Lanjut Yesung setelah lama berpikir.

Yesung pun melangkahkan kakinya masuk kedalam Gwanghwamun. Dan aneh. Perasaannya berdesir tatkala dia memijakkan kakinya untuk kali pertama ke Gwanghwamun. Setidaknya itu yang diingatannya saat ini.

Yesung pun semakin melangkahkan kakinya kedalam. Begitu banyak keindahan yang dia dapat di Gwanghwamun. Sedikit perasaan menyesal, kenapa tidak dari dulu saja dia memasuki kawasan Gwanghwamun ini. Dan bukannya hanya berdiam diri didepan gerbangnya saja.

'Gwanghwamun indah kan, Chagi?'

'Kau saja yang tidak mau ku ajak kesini sedari dulu.'

DEG! Suara apakah itu barusan? Kilatan gambaran apakah barusan? Apa Yesung sudah benar – benar gila sekarang? Bagaimana mungkin dirinya barusan tadi mendengar suara bass seorang namja? Dan dengan samar terlihat dua orang namja yang masih sangat muda tengah bergandengan tangan dan berdiri tepat ditempat dirinya berpijak saat ini? Seorang namja tampan dan seorangnya lagi sangat manis. Tapi Yesung tak tahu siapa mereka, karena Yesung tak bisa melihat wajahnya.

Apa Yesung mengalami halusinasi dan delusi disaat bersamaan? Namun kenapa hal itu terasa sangat nyata? Seperti dia pernah mengalami sebelumnya. Kepala Yesung terasa sangat pusing tiba – tiba. Namun dengan cepat pula pusing itu hilang ketika Yesung menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan. Lalu Yesung pun meneruskan rencana awalnya, berjalan – jalan di kawasan Gwanghwanum.

Setelah puas berjalan – jalan selama setengah jam, Yesung pun memilih mendudukkan dirinya dibangku yang tersedia disebuah taman. Dari sini Yesung bisa melihat kerajaan Gyeongbokgung yang masih berdiri kokoh walau usianya sudah sangat tua. Tak lama ponsel Yesung bergetar menandakan sms masuk. Yesung segera merogoh saku kanan celananya dan mengambil sebuah benda pipih yang berwarna putih. Mengusap layarnya kemudian muncul sebuah pesan yang dia ketahui dari Kibum. Kibum menyarankan Yesung untuk segera pulang. Namun sepertinya Yesung tak mau ambil peduli. Dia hanya mengeluarkan pesan dari Kibum dan kembali menyimpan kedalam sakunya sampai Yesung merasakan ada seseorang yang ikut bergabung duduk disebelahnya.

Yesung pun mengubah posisi duduknya menjadi menghadap pada orang yang tanpa ijin duduk disebelahnya. Bangku ini memang bukan milik Yesung. Tapi kan Yesung yang lebih dulu duduk disini. Setidaknya dia harus ijin lebih dulu, kan kepada Yesung.

Baiklah. Yang Yesung lihat didepannya adalah seorang namja muda yang tampan menurut Yesung tentu saja, berambut ikal brunette warna coklat, memiliki warna kulit putih pucat hingga membuat Yesung awalnya mengira bahwa pemuda disampingnya ini sedang sakit dan memakai blazer berwarna hijau. Sepertinya blazer dari sebuah Universitas dan ada name tag-nya. Namun karena posisi pemuda itu yang menyamping, membuat Yesung tidak dapat membaca nama pemuda itu maupun Universitasnya.

Yesung pun kembali ke posisinya semula, menghadap depan. Dan sepertinya Yesung sudah tidak tertarik untuk menegur pemuda disampingnya. Lebih memilih membiarkan pemuda itu tanpa ijin duduk disebelahnya dengan jarak yang tidak bisa dikatakan dekat dan juga tidak bisa dikatakan jauh. Jarak sedang. Itulah kata yang tepat mengingat jarak mereka hanya sekitar 15 cm.

"Sore yang indah." Ujar pemuda itu entah kepada siapa. Suara bass pemuda itu membuat Yesung mengalihkan pandangannya kepada pemuda disebelahnya itu.

'Pemuda yang sangat aneh.' Inner Yesung sambil menatap heran pemuda disebelahnya ini. Yesung pun kembali menghadap kedepan, tidak memperdulikan ucapan pemuda barusan. Kini Yesung berpikir bahwa ternyata bukan hanya dirinya yang gila. Pemuda disampingnya ini juga cukup gila. Mengatakan suasana sore entah kepada siapa. Kepada dirinya? Jelas – jelas pemuda itu terus memperhatikan kedepan.

"Hey, kau sering kesini?"

Suara bass itu lagi yang menyapa gendang telinga Yesung, namun dengan sebuah pertanyaan. Yesung kembali menoleh. Dan yang dilihatnya kini adalah, pemuda tampan itu tengah tersenyum lembut kepadanya. Membuat hati Yesung menghangat tanpa disadarinya.

"Ne..?" tanya Yesung kembali yang membuat pemuda tampan itu terkekeh.

"Kau lucu juga. Gui Xian imnida" ujar pemuda tampan itu sembari mengulurkan tangannya kearah Yesung.

Baiklah, kini Yesung benar – benar menganggap bahwa pemuda ini gila. Setelah mengatakan hal yang aneh, bertanya seolah mereka akrab dan sekarang mengajaknya berkenalan. Memangnya dikira pemuda itu Yesung adalah namja murahan yang dengan mudahnya diajak berkenalan? Sepertinya pemuda itu harus berpikir ulang.

"Hey, kenapa melamun? Baiklah kalau kau tak mau berjabat tangan dengan ku. Tak apa. Tak masalah." Ujar pemuda tampan yang diketahui bernama Kyuhyun seraya menarik kembali tangannya. Terdapat raut kekecewaan pada wajahnya walau samar.

"Aku sering duduk disini dan memperhatikan setiap orang yang melewati ku. Namun aku tak pernah melihat mu. Apa kau baru pertama kalinya kesini?" tanya Kyuhyun yang sepertinya sudah tidak peduli dengan acara perkenalan mereka yang 'GAGAL'.

Bukannya menjawab, Yesung malah terpaku pada wajah pemuda dihadapannya ini. Yesung merasa seperti pernah melihatnya, bertemu dengannya dan bersama dengannya. Namun Yesung tak tahu kapan hal itu terjadi. Dan apakah hal itu nyata atau halusinasinya saja, seperti yang selalu dikatakan Kibum.

"Hey, kau mendengarkan ku? Atau kau tidak bisa bicara?" tanya Gui Xian lagi.

"Ya! Siapa bilang aku tidak bisa bicara!" sentak Yesung emosi. Walau sedari tadi dia berpikir, tapi Yesung bisa mendengar setiap kata yang Gui Xian lontarkan. Enak saja Gui Xian mengatainya tidak bisa bicara.

"Habisnya sedari tadi ku ajak bicara, kau hanya diam. Jadi bukan salah ku juga jika berpikir kau tidak bisa bicara." Ujar Gui Xian sembari terkekeh.

"Yesung imnida. Bangapseumnida." ujar Yesung cepat lalu menghadap kedepan dan memputkan bibirnya, membuat Gui Xian kembali terkekeh karenanya.

"Kau sungguh lucu, Yesung-ah. Membuat ku ingin mencubit mu." ujar Gui Xian.

'Hahaha... Kau sungguh lucu, hyung. Membuat ku ingin mencubit mu.'

Suara itu lagi. Suara bass yang sama yang didengarnya tadi. Tapi kenapa kali ini ucapannya sama dengan ucapan Gui Xian? Apa mereka punya hubungan? Yesung langsung menghadap Gui Xian dan menatap dirinya intens sembari memaksa otaknya untuk berpikir lebih keras. Berpikir tentang suara yang didengarnya barusan dan ucapan yang sama, yang seperti diucapkan Gui Xian.

"Siapa kau?" tanya Yesung tiba – tiba yang membuat Gui Xian mengernyit heran.

"Aku Gui Xian. Bukankah aku sudah mengatakannya tadi? Atau kau ingin berkenalan ulang?" tanya Gui Xian yang kini kembali mengulurkan tangannya.

"Tidak usah, Gui Xian. Lupakan saja." ujar Yesung yang kembali menghadap kedepan dan menundukkan kepalanya.

"Yesung-ah, kenapa kau menunduk? Apa ada sesuatu yang menarik dibawah sana?" tanya Gui Xian sembari ikut menatap arah tatapan Yesung.

"Tidak ada. Dan jangan memakai ah dibelakang nama ku. Jelas – jelas kita tidak saling mengenal dan tidak akrab, Gui Xian-sshi." ujar Yesung yang kini menatap tajan Gui Xian. Sementara yang ditatap, tak peduli.

"Aku senang memanggil mu seperti itu. Atau kau mau ku panggil Sungie saja?" tanya Gui Xian dengan nada menggoda.

'Sungie baby...'

'Sungie chagi...'

Suara itu lagi. Kenapa suara itu selalu muncul? Dan lagi – lagi, ucapannya sama.

"Ya! Apa – apaan kau ini?" sentak Yesung emosi.

"Hahaha... Aku hanya bercanda. Hei, dari pada kau marah – marah terus, lebih baik kau pergi beli es krim di kedai sana saja. Di kedai itu, es krimnya sangat enak dan juga paling murah disini. Kau juga bisa mendapat porsi lebih banyak dari pada orang lain." Ujar Gui Xian sembari menunjuk sebuah kedai es krim sederhana yang berada tidak jauh dari tempat mereka duduk. Yesung pun langsung menatap kedai es krim yang ditunjuk oleh Gui Xian.

"Untuk apa aku kesana? Aku sedang tidak ingin makan es krim." ujar Yesung yang kini melihat Gui Xian.

"Aku tau hati mu sedang kacau saat ini. Cobalah kesana dan nikmati es krimnya. Pasti hati dan perasaan mu akan jadi lebih baik." ujar Gui Xian sembari mengulum senyum lembutnya.

"Ah, sudah sore. Aku harus pergi. Senang bertemu dengan mu, Yesungie-ah. Ku harap ini bukan pertemuan kali pertama dan terakhir kita. Aku pamit dulu. Annyeong." Ujar Gui Xian yang membungkukkan badannya dan kemudian berlalu meninggalkan Yesung. Yesung hanya bisa menatap kepergian Gui Xian dengan diam. Tidak membalas perkataan Gui Xian atau ikut membungkukkan badannya. Hanya diam. Lalu kemudian Yesung kembali menatap kedai es krim yang tadi ditunjuk Gui Xian.

"Sepertinya tak ada salahnya aku kesana." ujar Yesung yang kemudian bangkit dan berjalan menuju kedai es krim tersebut.

Yesung tak tau apa yang membuat dirinya megikuti perkataan Gui Xian tadi. Dia juga tak tahu mantra apa yang Gui Xian pakai hingga membuat Yesung langsung menuruti perkataan Gui Xian hanya dalam waktu 2 menit. Sementara Kibum yang selama ini memintanya untuk berhenti menunggu, tak pernah ia hiraukan sama sekali. Hanya dianggap angin lalu, meski dia harus berdebat hebat dengan namja dingin itu.

Baiklah, kedai es krim ini sama seperti kedai – kedai es krim pada umumnya. Namun yang membedakan adalah, suasana kedai ini yang sungguh teduh dan menenangkan hati. Bertemakan remaja muda yang sedang dilema cinta. Penuh dengan hiasan – hiasan kaula muda yang memang sedang jatuh cinta. Benar – benar kedai es krim yang penuh keromantisan.

Yesung pun melangkahkan kakinya menuju meja kasir. Meskipun kedai ini cukup ramai, namun beruntung bagi Yesung yang mendapat sebuah meja kasir kosong yang dijaga oleh seorang yeoja berumur tengah membelakangi dirinya. Yesung pun menekan sebuah bel yang ada dimeja, guna memanggil yeoja yang sudah berumur itu.

"Annyeonghaseyo, selamat datang di... Yesungie?!" ujar yeoja itu seakan atau ku perjelas, memang terkejut melihat Yesung untuk kali pertamanya. Itu lah yang kini ada di pikiran Yesung – lagi. Sementara yang disapa hanya seperti orang bodoh.

Bagaimana mungkin yeoja itu mengenal Yesung, sedang Yesung tak pernah mengenalnya. Dan lagi pula, ini kali pertamanya dia memasuki kedai es krim ini. Itu pun atas rekomendasi Gui Xian. Yesung benar – benar merasa aneh pada dirinya sendiri. Mungkinkah ini bagian dari halusinasinya? Tapi itu tidak mungkin. Jelas – jelas saat ini dia sadar betul dan merasakan semua ini benar – benar nyata.

Yeoja itu pun langsung pergi keluar dari kasiran dan kini sudah berdiri dihadapan Yesung. Memperhatikan Yesung sembari meraba tubuhnya. Menatap penuh selidik dari atas hingga bawah. Dan kali ini pancaran mata yeoja itu penuh kebahagiaan dan langsung memeluk Yesung.

"Ini benar kau, Yesungie. Kim Yesung." ujar yeoja itu sembari menitikkan air mata. Dan Yesung, dia masih mencerna apa yang tengah terjadi saat ini

"Kau siapa?" tanya Yesung setelah berhasil mengatasi shocknya barusan namun belum bisa mencerna apapun pada otaknya.

Yeoja paruh baya itu pun melepaskan pelukannya dan menghapus kasar air matanya yang tadi sempat terjatuh.

"Kenapa ahjumma menangis?" tanya Yesung lagi.

"Aku tidak menangis, Yesungie. Aku hanya sedang berbahagia sekarang. Akhirnya kau kembali lagi. Kau tidak ingat aku? Aku Nyonya Jung. Pemilik kedai es krim ini. Dulu kau senang sekali memakan es krim disini bersama si tampan Cho. Bagaimana keadaannya sekarang?"

"Si tampan Cho? Siapa dia?" bukannya menjawab, Yesung malah kembali bertanya.

Oke, ini semakin aneh dan sangat membingungkan baginya. Siapa itu si tampan Cho? Mendengar namanya saja baru sekarang. Bagaimana mungkin bisa dia sering ke kedai es krim ini bersama si tampan Cho itu? Apa dia merupakan bagian dari masa lalu Yesung? Tapi kenapa sampai sekarang dia tidak mengingat apapun, bahkan hanya namanya saja.

Baru saja Yesung ingin bertanya lebih lanjut, deringan ponselnya berhasil mengganggu momen mereka hingga membuat Yesung mau tak mau mengangkat telepon dari Kibum. Hah... Sepupunya itu benar – benar tidak bisa membuatnya tenang.

"Pulang. Sekarang. Juga."

PIP!

Baiklah, Yesung benar – benar kesal dengan Kibum sekarang. Belum dia mengucapkan sepatah kata pun, Kibum dengan seenaknya menyuruhnya pulang dengan nada bicara yang sangat ditekankan lalu memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Mungkin sepupunya itu takut kehabisan pulsa jika berlama – lama menelpon Yesung. Well, salahnya sendiri yang menelpon Yesung. Toh, Yesung juga tidak minta untuk ditelepon.

Tak ingin membuat Kibum menunggu lebih lama lagi, akhirnya Yesung memutuskan untuk pulang saja. Dia juga masih bisa kesini dan bertanya lebih lanjut keesokan harinya dan tentu saja tanpa gangguan dari Kibum. Yesung akan menonaktifkan ponselnya besok selama satu harian penuh. Yesung pun berpamitan pada Nyonya Jung walau dia belum bisa mengenalinya.