My Future
Genre: Angst, Romance.
Nilai: T
Sumarry: Kushina Uzumaki sedang menikmati dawai asmaranya bersama dengan Kazuto Uzumaki. Tapi bagaimana jika belum sampai satu bulan semua anggota klan Uzumaki meninggal akibat di bantai, oleh anak buah Madara Uchiha. Dan hanya Kushina yang dapat selamat dalam kejadian itu, karena ada seorang ninja asing yang tersesat saat hendak menjalankan misi? Apa yang terjadi selanjutnya dalam kehidupan Kushina? Apa rasa sakit di tinggal oleh semua orang yang amat berharga baginya dapat di tebus dengan kehadiran orang lain?
Hati-hati typo, deskripsi aneh.
A/N: Fic kali ini merupakan fic collab, jadi pemikiran dua orang di rembukkan menjadi satu dalam fic ini. Juga gaya penulisan yang berbeda, pada beberapa bagian fic ini. Jadi maaf jika fic ini membuat mata para readers yang terhormat sakit #abaikan! Yang menulis Fic ini adalah Vanny Zhang dan Yasuna Katakushi, cerita ini di tulis bersama sama tapi di beberapa bagian di tulis oleh Yasuna Katakushi (Bagian Action) dan Vanny di bagian Romancenya.
Writers: Yasuna Katakushi + Vanny Zhang
Publisher: Yasuna Katakushi.
Chapter 1
"Haah... Haah... Haah..." Seorang gadis berambut merah tampak terengah-engah. Sebagian dari rambutnya tampak basah karena keringat.
"Larimu cepat sekali, Kazuto-kun." Gadis tadi mengutarakan pendapat yang dapat di bilang sebuah pujian dengan napas yang belum normal sepenuhnya pada pria seumurannya yang tengah tersenyum manis di depannya.
"Minumlah dahulu, Kushina-hime." Sahut pria tadi menyodorkan sebotol air minum pada gadis tadi yang di ketahui bernama Kushina.
Wajah Kushina spontan memerah, senyum kikuk terukir di bibir kemerahannya. Di ambilnya botol tadi dan meneguknya hingga menyisakan setengahnya.
"Misi yang melelahkan, benarkan.
Kushina?" Sambung pria tadi menatap sebuah desa kecil yang tak jauh dari tempat mereka sekarang.
"Ayo pulang." Pria bernama Kazuto itu mengulurkan tangannya pada Kushina tak meninggalkan senyumannya yang tak dilepasnya. Kushina mengangguk, menyambut tangan Kazuto. Pria dengan rambut senada dengan Kushina ini memejamkan mata obsidiannya bersamaan dengan sebuah anggukan.
Mereka melangkahkan kaki menuju pintu masuk utama menuju desa Uzushiogakure, dua orang jounin dengan ikat kepala berlambang pusaran air menyambut kedatangan Kushina dan Kazuto.
Mereka melangkah maju menuju tempat kedua jounin itu berada, Kazuto menyerahkan laporan misi juga tanda pengenal pada jounin pengawas itu sebagai bukti bahwa mereka adalah anggota dari shinobi Uzushio yang baru selesai menjalankan misi di luar desa.
"Aku, Kazuto Uzumaki. Chunin, dia Kushina Uzumaki. Genin." Ujar Kazuto menunjuk dirinya dan Kushina.
"Baiklah!" Ujar salah satu jounin tadi beserta anggukkan kepala. Kazuto dan Kushina berjalan berdampingan menuju kantor Uzukage, untuk melaporkan misi. Perjalanan mereka di selingi candaan, gurauan, memang masa terindah bagi sepasang kekasih yang sedang merajut cinta. Mereka resmi menjadi kekasih sejaksetengah bulan lalu, usia mereka baru menginjak 13 tahun dan di saat itulah masanya godaan dan tantangan dalam hubungan mereka.
Kemudian, setelah mereka menyerahkan laporan misi pada Uzukage, mereka pergi ke lapangan Uzushio dan merebahkan diri mereka di padang rumput yang hijau dan luas. Kushina dan Kazuto menutup mata mereka, merasakan angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh mereka. Memang sudah jadi kebiasaan bagi mereka untuk bersantai disana setelah melakukan misi yang melelahkan.
"Nee.. Kazuto-kun.." kataKushina tanpa merubah posisinya sedikit pun.
"Hnn? Nani?" sahut Kazuto juga tidak merubah posisinya sedikit pun.
"Berjanjilah kau akan selalu bersamaku. Berjanjilah untuk selalu berada di sisiku seperti ini selamanya." kata Kushina dengan raut tenang. Sejenak tak ada balasan dari Kazuto. Hanya suara angin lah yang dapat di dengar Kushina, karena tak ada satu pun dari mereka yang berbicara.
"Ehn." gumam Kazuto pelan namun masih dapat di dengar oleh Kushina. Sebuah senyuman tipis pun merekah di bibir Kushina.
Tanpa disadari matahari sudah mau meninggalkan singgasananya di gantikan rembulan yang sudah muncul walau samar-samar dari satu jam sebelumnya. Kazuto memiringkan posisi tidurnya menghadap Kushina yang masih terpejam, sebuah senyum di sunggingkannya. Sesekali Kazuto menggeleng menatap Kushina, bagaimana tidak? Kushina yang sedang terpejam, berbeda dengan Kushina yang tersadar sepenuhnya. Saat terpejam Kushina amat manis seperti gadis kebanyakan, tapi jika tidak seperti sekarang dia akan terlihat seperti lelaki yang berada dalam tubuh wanita.
Kazuto mengusap pipi Kushina dengan lembut. Tentu saja dengan senyuman termanis dan tertulus yang ia miliki. Kushina yang sedang tertidur, merasa ada sesuatu yang hangat menempel di pipinya. Kushina pun membuka matanya secara perlahan, menampakkan sepasang iris violet nya yang indah. Hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata adalah sepasang iris obsidian yang memandangnya dengan lembut disertai sebuah senyuman manis.
"Kau sudah bangun?" kata Kazuto sambil sedikit menjauhkan tubuhnya dari Kushina, agar Kushina lebih nyaman.
"Dimana ini?" tanya Kushina sambil mengucek matanya yang masih terasa berat.
"Di taman Konoha." jawab Kazuto santai sambil merogoh kantongnya, mencari sesuatu.. Kushina pun memandang sekelilingnya mencoba memastikan apa yang Kazuto katakan. Sontak Kushina tersentak kaget, menyadari sesuatu.
Ya, sekarang matahari sudah menenggelamkan seluruh dirinya ke ufuk barat. Bulan beserta pasukan bintang juga telah datang menggantikan matahari untuk menghias langit.
"Huweehhhh? Ini sudah malam?" tanya Kushina kaget bin shock. Kazuto hanya mengangguk sebagai jawaban, ia tetap masih sibuk dengan benda- benda di kantongnya.
"Kau sangat mudah lupa ya.. bagaimana jika semisal nanti kita menikah kau setiap pagi melupakan ku? Heh?" goda Kazuto sambil tertawa kecil. Tangannya masih saja sibuk mencari benda di kantong celananya.
Mendengar perkataan Kazuto itu, muka Kushina lansung memerah dengan suksesnya, "A-apa, yang kau katakan?"
"Ya, tadi aku hanya bilang 'Kau sangat mudah lupa ya.. bagaimana jika semisal nanti kita menikah kau setiap pagi melupakan ku?' apa kau tidak suka menjadi istriku, Kushina?" Tanya Kazuto kembali menggoda, tapi tatapannya di buat seserius mungkin. Membuat Kushina salah tingkah di buatnya
'Aghhh.. aku merasa pipiku sangat panas. Apakah wajahku sangat merah sekarang? Aghh..' kata Kushina dalam hati.
Kushina mengerucutkan bibirnya, tidak terima di goda dan di buat salah tingkah oleh Kazuto. Kedua tangannya di silangkan di depan dada, membuatnya semakin terlihat menggemaskan di mata Kazuto.
"Ada apa? Hah? Sudah beralih ke pria lain? Tidak ingin menikah denganku?" kata Kazuto menggoda Kushina (lagi). "A-apa- apaan kau?" kata Kushina sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, mencoba menyembunyikan mukanya yang semerah kepiting rebus. "Aku kan hanya mencintaimu saja." kali ini Kushina berkata dengan sangat lirih, sehingga ia dapat memastikan bahwa Kazuto- "Aku dapat mendengarnya loh.." kata Kazuto sambil tertawa kecil, membuat Kushina semakin tersipu malu.
"Yasudah, jangan marah. Apa kau lapar?" Tanya Kazuto yang tangannya tidak lagi mengobrak- abrik isi kantong celananya. Kushina menatap lekat bola obsidian milik Kazuto, perlahan tapi pasti tercipta senyum samar di bibir Kushina. Setelah senyuman itu tercipta sempurna Kushina mengangguk
mengiyakan ajakan dari Kazuto.
Kazuto membantu Kushina bangkit, dan segera pergi menuju kedai ramen Yuiitsu yang terletak tak jauh dari tempat mereka beristirahat tadi. Tak memakan waktu lama, kurang dari sepuluh menit dua sejoli itu sudah tiba di Yuiitsu ramen.
Mereka pun duduk di kedai Yuiitsu. Kushina memandangi menu yang tersedia dengan tatapan berbinar-binar. Sedangkan Kazuto tersenyum kecil melihat tingkah kekasihnya itu. Tidak berubah. Tetap saja kekanak-kanakkan jika berhubungan dengan sesuatu yang dinamakan ramen. Namun justru Kazuto menyukai sikap kekanak-kanakkannya itu.
"Bagaimana? Kau sudah memutuskan mau pesan apa?" Kazuto menatap Kushina yang tak lepas dari daftar menu di hadapannya, Kazuto hanya menghela napas karena tak mendapatkan tanggapan yang berarti dari Kushina.
"Ummm.. Hirato jii-san aku ingin Miso ramen dengan porsi besarnya satu ya." kata Kushina sedikit berteriak pada sang pemilik kedai. "Ha'i. Tunggulah 5 menit ya." balas orang yang diketahui bernama Hirato itu. "Eh? Kau tidak pesan?" tanya Kushina sambil menghadap Kazuto dengan sebuah senyuman lebar yang terpasang di bibirnya.
"Tidak. Melihatmu makan saja aku sudah kenyang." jawab Kazuto. Entah itu ejekan atau pujian.
Tak sampai 5 pria paruh baya datang dengan mangkuk berisi miso ramen, dengan semangat Kushina mengambil sumpit yang sudah tersedia. Di belahnya sumpit itu tanpa sedikit pun mengalikan pandanganya dari mangkuk ramen di hadapannya.
"Ittadakimasu!" Seru Kushina semangat. Kazuto hanya dapat terkekeh dengan pemandangan yang di ciptakan kekasihnya sekarang, lucu? Bukan itu yang ada di benak Kazuto. Kushina berbeda dengan gadis kebanyakan, moodnya tidak menentu. Dan mungkin, sangat mengemaskan bagi Kazuto.
"Makanlah pelan-pelan." saran Kazuto karena melihat Kushina makan terlalu cepat seperti orang yang tidak makan 3 hari. Kushina hanya mengangguk sebagai jawaban, namun tetap saja ia memakan ramen miso itu dengan lahap mengabaikan nasehat kekasihnya.
'Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Kushina. Aku akan ada selalu bersamamu, melindungimu.' Batin Kazuto berjanji pada dirinya sendiri.
"Kushina, habis ini kau ingin langsung pulang 'kan?" Tanya Kazuto dengan tatapan hangat miliknya. Obsidiannya tampak makin indah terkena pantulan rembulan.
"Umm.. mungkin. Karena Arashi onii-san akan langsung marah- marah jika aku pulang terlalu malam" balas Kushina.
Kazuto terdiam sesaat, tak lama anggukan dan senyuman ditunjukkannya menyetujui permintaan Kushina. Dia juga tidak mau, gadis yang amat di cintainya harus dimarahi karena pergi bersamanya. Bisa-bisa hubungannya dan Kushina kandas ditengah jalan.
Setelah selesai makan, mereka segera berpisah. Kushina melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan pada Kazuto. Kazuto hanya tersenyum melihat itu.
"Ah.. hari ini melelahkan ya." kata Kushina sambil berjalan menuju rumahnya.
Sinar rembulan lebih dominan menerangi Konoha di banding lampu di tiap-tiap rumah warga, Kushina berjalan santai sesekali di tatapnya bulan yang bulat sempurna di atasnya. Violet itu tak pernah memancarkan kekecewaan, selalu pancaran kebahagiaan yang menyelimutinya.
Kushina melangkah masuk ke dalam sebuah koplek elit Keluarga Uzumaki, banyak orang yang masih berlalu-lalang meneruskan aktifitas mereka. Atau mungkin ada yang baru akan memulainya. Kushina terus berjalan lurus, dan akhirnya berhenti di suatu rumah 'bak istana. Rumah kediaman sang Ketua Klan yang tak lain adalah ayahnya.
"Kau sudah pulang? Bagaimana dengan misimu?" Tanya seorang perempuan dewasa dengan rambut panjang sebahu yang hanya dikuncir setengahnya.
"Baik" Kushina hanya menjawab singkat kembali masuk ke dalam rumahnya.
Sang perempuan tadi, yaitu ibunda Kushina hanya dapat menghela napas dengan tingkah putri bungsunya. Bukan hal yang aneh di rumah ini, jika Kushina selalu mengacuhkan seisi rumah saat sepulang dari misi.
Kushina melangkah masuk ke dalam kamarnya, sebuah kamar berukuran minimalis. Sangat pas dengan Kushina yang tidak memiliki terlalu banyak barang-barang dan lagi, tempat tidur Kushina yang berupa kasur lantai membuat kamar ini semakin imut saja.
"Aku ingin mandi!" Ujar Kushina pada dirinya sendiri.
Setelah mengunci pintu kamar, membawa pakaian ganti, handuk, dan keperluan lainnya Kushina masuk ke dalam kamar mandi. Suara Kushina tak berhenti terdengar, senandung, kalimat, bahkan omelan ke luar dari mulutnya. Kushina tidak gila, tapi itulah ciri khasnya dalam mengekspresikan perasaannya.
Setelah beberapa menit membasuh diri, Kushina keluar dengan mengenakan pakain santai. Baju lengan pendek berwarna putih dengan garis merah di tiap sisinya, juga dengan celana pendek berwarna coklat tua.
Rambutnya yang setengah basah di gerai, wajahnya tampak lebih bersih sekarang. Karena tadi wajahnya terlihat kumel dengan debu yang melapisi wajahnya sewaktu menjalankan misi. Kushina duduk di tengah kasur lantainya sambil perlahan menyisir rambut merahnya.
Gumaman terdengar dari mulutnya, tampaknya Kushina tengah bernyanyi dengan mulu terkatup. Matanya terpejam cukup lama, dan kembali terbuka. Dan sekarang terpejam lagi.
Jeritan anak kecil terdengar dari luar kediaman Kushina, Kushina tidak curiga dengan jeritan itu karena itu adalah hal yang biasa terjadi saat anak-anak tengah bermain. Tapi suara jeritan itu semakin menjadi-jadi, suasana semakin gaduh. Kushina yang curiga segera keluar tanpa memakai hitae-ate miliknya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Kushina pada salah seorang Jounin yang tengah mengevakuasi warga non-shinobi.
"Cepat lindungi dirimu! Kita tengah diserang!" Jawab shinobi tadi dan berlari melanjutkan evakuasinya.
Kushina mengabaikan perkataan orang tadi dan terus berlari menuju tempat Kyubi di simpan, Kyubi merupakan hewan legendari khas klan Uzumaki. Kyubi merupakan hewan raksasa, yang mengendalikannya hanyalah mereka yang murni berdarah Uzumaki.
Kushina sudah tiba di sebuah bangunan dengan warna emas ke coklatan, Kushina berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan besar dan air menggenang setinggi mata kaki. Di tengahnya berada seekor hewan besar berwarna merah ke oranye'an hewan itu menatap Kushina penuh selidik, ekornya berjumlah sembilan ekor meliuk dengan indahnya di atas tubuh besar dan garangnya.
'Kyubi, eh?' Gumam Kushina dengan sebuah senyum miring miliknya.
Kushina bediri berhadapan dengan Kyubi, dengan kuda-kuda yang siap melakukan penyerangan atau pun pertahanan. Tangan Kushina bergerak dengan cepat, membentuk segel tangan. Matanya terpejam sesaat mencoba memfokuskan chakranya pada satu jurus.
"Chakra Barrier, Fuin!" Ujar Kushina, bersamaan dengan terbukannya ke dua violet miliknya.
Kyubi mengerang, keempat kakinya di kekang rantai berwarna putih dibalut chakra berwarna biru terang. Tubuh besar Kyubi di tekan paksa oleh rantai itu, Kyubi hanya dapat mengerang. Tubuhnya tak bisa melawan, mata merah Kyubi menatap sengit Kushina.
"Fuin, Uzu no yukou!" Seru Kushina di barengi munculnya cahaya terang menyilaukan selama beberapa saat.
Perlahan cahaya tadi mulai memudar, bersamaan dengan itu sosok Kyubi menghilang. Hanya ada Kushina dengan rambut yang terbentuk menjadi sembilan untaian, matanya masih terpejam. Pelan namun pasti kelopak itu terbuka hendak menampilkan violet indah sang empunya, tapi bukan violet indah yang muncul melainkan sebuah mata merah menyala dengan garis vertikal hitam. Dalam sekejap mata Kushina kembali ke warna asalnya, dan Kushina jatuh terduduk di ruangan itu.
"Hebat juga kau, bocah!" Kushina yang masih lemas hanya diam tak berdaya.
Sosok seorang lelaki muncul, lelaki misterius ini menggunakan setelan jubah hitam dengan kerah menutupi mulut. Matanya berwarna coklat gelap, rambutnya berwarna hitam kelam. Tatapan matanya memandang sinis Kushina yang masih tersungkur tak berdaya.
"Si-siapa kau!" Tanya Kushina mencoba mengumpulkan sisa chakra yang dia punya.
"Siapa aku? Kau tak perlu tau siapa aku! Karena, tak lama lagi kau akan mati!" Ujar pria itu berlari mendekati Kushina sambil membuat segel tangan.
"Mizu: Shi No Ken!" Ujar pria itu merapalkan nama jutsunya. Tak lama muncul pedang dengan bentuk tidak sempurna yang terbuat dari air yang mengarah ke arah Kushina.
Lama ke lamaan bentuk pedang itu kian sempurna, tinggal beberapa meter lagi dan pedang itu akan menghunus Kushina. Dengan keadaan Kushina yang lemah setelah menyegel Kyubi yang memakan banyak chakra, membuat Kushina tidak mampu melakukan perlawanan.
"Matilah kau!" Teriak pria itu sambil mengendalikan pedang air miliknya.
Kushina tidak dapat berpikir lagi apa yang harus dia lakukan untuk menghindari serangan di depannya ini, matanya terpejam bersiap menerima kematian yang tinggal beberapa meter lagi di hadapannya sekarang.
WUUUSSH!
Pedang air tadi hancur menjadi tetes-tetes air, di depan Kushina ada seseorang yang telah menggagalkan pria misterius tadi. Wajahnya tertutup topeng berbentuk Shinigami, tubuhnya berdiri tegak membentengi Kushina.
"Jadi kau? Legenda yang menjadi kenyataan? Suatu kehormatan dapat membunuhmu di tempat ini." Ujar pria misterius tadi dengan seringai mengerikan miliknya.
"Kau terlalu yakin, Madara!" Ujar pria yang mengenakan topeng Shinigami.
"Kau mengenalku? Astaga! Mungkin kau sudah di takdirkan mati di sini bersama dengan gadis yang baru saja kau lindungi." Ujar pria yang di panggil Madara tadi.
"Coba kalau kau bisa!" Tantang sang pria dengan topeng Shinigami dengan nada amat yakin.
Pria bernama Madara tadi memejamkan mata, tak lama mata itu kembali terbuka. Bukan menunjukkan bola mata berwarna hitam kelam melainkan sebuah mata berwarna merah dengan tiga tamoe, mata yang memancarkan kebencian juga kegelapan yang tak terhingga.
"Katon: Gokakyo No Jutsu!" Ujar Madara tak lama muncul bola api besar mengarah ke arah Kushina dan pria tadi.
"Matilah kau!" Ujar Madara.
Wajah Kushina menampilkan raut khawatirnya, belum pernah Kushina melihat bola api sebesar itu.
"Percuma!" Ujar pria yang tadi menolong Kushina seraya berbalik dan menggendong Kushina ala bridal style.
Rona merah halus menghiasi wajah putih Kushina, mulutnya tak sanggup terbuka. Apa lagi mengucapkan sepatah dua kata, sebenarnya dia tidak senang pria ini menggendongnya. Belum pernah ada pria yang berani menggendongnya selain Kazuko.
"Jikukan Kekkai." Ujar pria itu lemah, tapi masih terdengar di telinga Kushina.
Kushina dan pria tadi sudah berada di tanah lapang, jauh dari tempat pertarungan mereka dengan Madara. Kushina terbelak, belum pernah dia berpindah tempat secepat ini sebelumnya.
"Si-siapa kau?" Tanya Kushina setelah turun dari gendongan pria tadi.
"Aku?" Pria itu balik bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Aku adalah Konoha No Kiiroi Senkou." Sahut pria tadi seraya melepaskan topeng yang tadi ia kenakan.
Rambut kuning terang jabrik mencuat-cuat dari kepalanya, wajahnya tampan melebihi Kazuko yang menurut Kushina sangat tampan. Matanya berwarna biru cerah secerah langit Uzushio sebelum penyerangan tadi.
Kushina terperanjat sebelum tadi sempat terpukau oleh penampilan fisik pria yang tadi sempat menolong nyawanya ini. Kushina kaget bukan kepalang dengan apa yang baru di ucapkan pria tampan di depannya ini.
"Ko-konoha No Kiiroi Senkou?" Kushina menatap bingung mengulangi sebutan pria di hadapannya ini.
"Kau masih belum mengerti? Namaku Minato aku di juluki Konoha No Kiiroi Senkou, karena kemampuanku berpindah tempat dengan cepat dan juga rambut kuningku ini." Jelas Minato sambil menunjuk rambut kuningnya.
KRRREEETTKK!
Tanah tempat mereka bepijak bergetar, Minato menatap awas daerah sekitarnya tempat kemungkinan munculnya musuh.
Dengan sigap Minato menggendong Kushina meloncat mundur menjauhi tempat mereka sebelumnya.
"Mokuto Hijutsu: Jukai Kotan!" Tanah itu kembali bergetar, muncul ribuan kayu berujung runcing mengejar pergerakan Kushina dan Minato.
Mata Minato memicing, mencoba mencari sosok empunya jurus. Menyisir pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi, matanya membelak melihat sosok hitam yang bergerak cepat di bawah sana.
SRRIIINGG!
Lima buah shuriken melesat dengan cepat kearah sosok tadi.
TRRAAAANG!
Shuriken tadi jatuh terhempas akibat tangkisan dari pihak lawan. Minato hanya dapat menghindari pertarungan jarak dekat melihat situasi, dan lawan yang di ketahui Minato dapat menggunakan 4 elemen. Tanah, kayu, air, dan api. Bahkan dapat menyerap chakra milik lawan.
Tangan Minato dengan cepat membentuk segel tangan, dengan cepat di gigitnya ibu jari tangan kirinya hingga mengeluarkan sedikit darah. Di goreskannya darah tadi di telapak tangan kanannya dan di hentakkan telapak tangan kanannya pada sebuah dahan pohon yang cukup besar.
"Kuchiyose No Jutsu!" Minato merapalkan nama jutsunya.
Tak lama asap putih tebal membumbung tinggi menghalangi pandangan mereka yang terlibat pertarungan yang cukup sengit. Setelah asap putih tadi berkurang, dapat terlihat dengan jelas seekor katak raksasa berwarna merah ke oranyean.
Cerutu besar ada di sela mulut lebarnya, mata kuningnya dengan gari horizontal menatap Madara dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Tatapan tidak suka, kurang lebih tatapan seperti itulah.
"Hei, pirang! Kau memanggilku untuk melawan mahluk Uchiha itu?" Tanya sang katak dengan suara khasnya.
Minato hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan katak raksasa yang tengah ia tunggangi ini. Kushina yang baru pertama kali melihat katak raksasa dan juga dapat berbicara hanya dapat memandang dengan tatapan jijik, dan nyaris saja di muntah di seragam yang di kenakan Minato.
"Kau lumayan juga ya, aku senang sekali dapat bermain-main denganmu! Dan lagi, aku tidak tahu sebelumnya. Bahwa di balik topeng Shinigami mengerikan yang kau pakai, menyimpan wajah tampan nan lembut. Khakakakak!" Tawa jahat Madara membahana di area mereka bertanding.
"Aku tidak bisa mengalahkannya sekarang, Gamabunta! Tapi aku dapat mengulur waktu untuk dapat melarikan diri, jadi mohon bantuannya!" Ujar Minato pada katak besar itu yang di ketahui bernama Gamabunta.
Gamabunta tak memberikan respon, terlalu serius memperhatikan lawannya mungkin. Tapi sudah cukup bagi Minato jika Gamabunta dapat memdengar perkataannya.
"Apa elemen utamanya?" Tanya Gamabunta kemudian.
"Tanah, Air, Api, Kayu!" Ujar Minato singkat.
Tanpa aba-aba lagi, Gamabunta melompat ke tanah lapang yang lebih luas bukan lagi daerah yang memiliki pepohonan rimbun. Kushina dan Minato yang belum siap menerima guncangan hebat, akhirnya jatuh terpental ke bagian tubuh Gamabunta jauh di bagian bawah.
Madara menyusul pergerakkan Minato dan Kushina, mata Sharingannya berubah pola dari tiga buah tamoe sekarang tiga tamoe tadi menyatu membentuk pola khas Mangekyou Sharingan.
"Katon: Gokakyo No Jutsu!" Ujar Madara menyemburkan bola-bola api seperti sebelumnya tapi dalam ukuran yang lebih besar.
"Gamayudan!" Seru Gamabunta tak mau kalah. Bersamaan dengan itu muncul semburan cairan berwarna coklat gelap mengarah ke arah Madara, cairan yang di ketahui adalah minyak itu langsung tersambar api Madara. Dan ledakkan besar tak dapat terelakkan.
POOFF!
Tubuh besar Gamabunta menghilang bersamaan dengan asap putih tebal yang membumbung, begitu pula dengan sosok Minato dan Tubuh besar Gamabunta menghilang bersamaan dengan asap putih tebal yang membumbung, begitu pula dengan sosok Minato dan Kushina.
Api Madara yang semakin besar karena menyambar minyak Gamabunta mulai padam, tangan Madara mengepal erat menyadari bahwa serangan tadi hanya untuk mengelabuhinya guna melarikan diri.
"Konoha No Kiiroi Senkou? Ternyata dia tak seberapa." Ujar Madara berjalan menjauhi tempat pertarungan tadi.
"Haah... Haah... Haah... Dia sudah pergi." Ujar seorang laki-laki yang tengan mengintip dari balik pohon yang ada di dekatnya. Napasnya tak beraturan, nyaris sekujur tubuhnya penuh luka gores mau pun luka lebam.
Di samping pria itu ada seorang perempuan yang tengah bersandar pada sebuah pohon, tangannya memeluk erat kedua lututnya. Tangis tertahan terdengar dari bibirnya yang terkatup rapat.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya pria itu seraya mendekat pada tubuh perempuan itu yang bisa di bilang bergetar.
"…" Tak ada respon dari gadis itu.
Lelaki tadi berlutut menatap sendu gadis di depannya, dengan gerakkan lembut tangan nya menghapus air mata yang mengalir pada wajah putih pucat gadis itu. Rambut kuning jabriknya meliuk di terpa angin musim semi.
"Siapa namamu?" Tanya pria tadi yang ternyata adalah Minato dengan nada yang lembut, bahkan terlal
lu lembut untuk seorang laki-laki.
"Kushina, Kushina Uzumaki." Jawab Kushina dengan suara yang dapat di katakan terlalu pelan, bahkan nyari tak terdengar di telinga Minato.
Minato yang mendengar suara pelan dari arah Kushina hanya mengangguk walau yang terdengar hanya saat Kushina menyebutkan 'Kushina' dan selebihnya tak terdengar Minato, Minato mengerti Kushina tengah mengalami goncangan hebat akibat pembantaian seluruh klannya dan nekat menyegel Kyubi dalam tubuhnya sendiri.
"Ini!" Ujar Minato menyerahkan sebuah gelang dengan bandul berlambang klan Uzumaki di bagian tengahnya.
"Seorang pria seumuran denganmu meminta aku menyerahkan gelang ini padamu, dan saat aku menanyakan namanya dia menghembuskan napas terakhir. Jadi aku belum sempat mengetahui namanya, dan aku langsung berjalan menuju tempat di mana Kyubi di kurung." Sambung Minato menjelaskan kronologi yang terjadi.
Mata Kushina memerah, mengingat siapa pemilik gelang itu. Air bening mulai menggenang di pelupuk matanya, napasnya mulai tak beraturan. Air mata mengalir perlahan satu persatu dan akhirnya mengalir dengan derasnya, tangis yang tak terbendung. Kedua tangannya menutup wajahnya yang mulai basah oleh air mata, isakkan lembut mulai keluar dari mulut Kushina.
Tanpa sadar Minato maju mendekati Kushina, tangannya menarik Kushina dengan lembut. Menggiring Kushina ke dalam pelukannya, dengan gerakkan yang halus dia mengelus rambut merah Kushina.
"Maaf jika perkataanku membuatmu terluka." Ujar Minato lembut tak mau membuat Kushina terluka.
Isakkan Kushina tak terdengar terhalang dada bidang Minato, air matanya terus meluncur dengan derasnya dari hulu. Mata Kushina mulai membengkak, cukup lama dia menangis. Cukup lama juga dia berada dalam pelukan Minato, cukup lama juga dia menangisi seluruh klannya, dia hanya sendirian sekarang. Belum lagi tadi dia nyaris terbunuh, juga monster yang terkenal akan ke ganasannya sekarang ada di dalam tubuhnya.
Kushina putus asa, kehilangan segalanya dalam waktu sekejap bukanlah hal yang mudah. Hal yang sama sekali belum pernah terpikir oleh Kushina saat-saat mengerikan ini, Kushina hanya berharap saat dia membuka matanya dia berada di dalam kamarnya dan ada keluarganya di kelilingnya nanti. Tapi itu mustahil, saat Kushina terbangun tetap saja dia akan berada di dalam dekapan erat Minato. Bukan Kazuko.
Perlahan tangisnya mulai reda, isakkan halus sudah mulai tak terdengar. Minato yang yakin Kushina sudah tenang, dia mulai mengendurkan pelukkanya. Sedikit menjauh dari tubuh Kushina, mencoba menatap matanya. Memastikan tak ada lagi air mata yang mengalir dari sana, tak ada lagi isakkan pilu yang keluar dari mulut Kushina.
"Sudah baik?" Tanya Minato saat yakin Kushina sudah berhenti menangis.
Kushina menatap Minato sesaat, matanya masih sedikit sembab. Anggukan lemah, hanya itu yang menjawab pertanyaan Minato. Di susul senyum tipis Minato, tapi sekejap senyum itu kembali menghilang.
"Sekarang kau akan kemana?" Tanya Minato dengan wajah seriusnya.
Kushina terdiam, wajahnya berubah bingung. Bagaimana dia akan menjawab Minato? Dengan siapa dia akan tinggal ke depannya? Ke mana dia akan pergi? Uzushio sudah musnah beberapa saat yang lalu di depan matanya sendiri! Tidak ada lagi tempat yang dapat di sebut rumah bagi Kushina!
Kushina menarik napas panjang, meyakinkan diri akan kenyataan yang sedang bergulir di depannya sekarang. Kushina menggeleng dengan mata yang masih terpejam, violet itu seakan kehilangan cahayanya saat kembali terbuka.
"Aku tidak tau, Namikaze-san" Kushina menjawab dengan nada sedih, matanya seakan berkata 'kau-sudah-bertanya-maka-kau-harus-menyediakan-tempat-untukku' tidak mengancam, tapi membuat siapa pun yang melihatnya menjadi tidak tega.
Minato menghela napas berat, tatapan matanya seakan berkata 'maafkan-aku'. Tak tega akan perasaan gadis di depanya yang tengah hancur berkeping-keping, senyum getir terpampang jelas di bibirnya.
"Kalau begitu ikutlah denganku?" Tanya Minato anggap saja sebagai permintaan maaf darinya, untuk Kushina.
Mata Kushina terbelak tak percaya, kaget sekaligus senang akan deklarasi Minato padanya barusan. Seakan violet itu kembali mendapatkan cahayanya kembali, Kushina mengangguk di sertai senyum manis bersamaan.
Minato yang tau tenaga Kushina belum pulih sepenuhnya langsung menggendong Kushina tanpa basa-basi lagi, Kushina entah sejak kapan menjadi kehilangan keberanian terhadap laki-laki yang ada di depannya sekarang. Hanya rona merah halus yang tampak akibat aksi spontan Minato.
Minato melompat dengan cepat di dahan pohon, berharap segera sampai di desanya. Desa Konohagakure, desa yang terletak di negara api yang terkenal akan kekuatan militernya yang tak tertandingi bahkan di lima negara besar.
"Kau dari mana, bisa tiba di desaku?" Tanya Kushina memecah keheningan diantara ke duanya.
"Misi, tadi aku terpisah dari timku. Lalu aku tersesat, tiba-tiba aku mendengar suara gaduh yang berasal dari desamu. Berharap ada yang bisa aku selamatkan tapi yang ada nyaris dari mereka sudah tak bernyawa, lalu aku melihat sebuah cahaya putih menyilaukan dari tempat kau berada. Dan aku datang di saat kau ingin di serang jadi aku langsung menolongmu, setidaknya aku berhasil menyelamatkan seseorang." Minato menjelaskan kronologi kejadian yang terjadi sebenarnya.
Kushina kembali terdiam, tenggelam dalam lamunannya. Tenggelam dalam deras arus pikirannya.
Kushina PoV
Aku selamat hanya karena kebetulan, seandainya orang ini tidak datang pastilah aku mati! Kazuko-kun, Tou-san, Kaa-san, Arashii-nii, maaf aku tidak dapat menyelamatkan kalian. Aku mencintai kalian, sungguh! Tapi, hanya waktu yang membatasi kebersamaan kita. Seandainya aku sanggup, tapi aku berhasil menyegel Kyubi dalam tubuhku. Kalian tidak ingin bukan kekuatan Kyubi di manfaatkan oleh orang yang tidak baik? Dia juga merupakan harta berharga milik Uzushio bagiku, selain kalian.
Aku tidak tau dia ini orang jahat atau tidak, tapi dari caranya memperlakukanku dia sepertinya orang baik. Tapi aku tidak ingin langsung percaya padanya begitu saja, bisa jadi dia menipuku. Akan kubunuh dia jika sampai berani menipuku! Tapi, dia tadi bilang Konoha No Kiiroi Senkou? Berarti dia adalah orang yang terkenal kehebatannya di lima negara besar shinobi? Tapi tadi saat melawan Madara dia tidak terlalu hebat, mungkin itu hanya bualan agar dia menjadi terkenal.
End PoV
Mata Kushina sudah nyaris tertutup sempurna, sekarang sudah pukul 2 malam. Waktunya Kushina beristirahat, tapi sekarang dia sedang berada dalam gengongan seorang pria yang baru ia kenal. Ingin rasanya tertidur, tapi Kushina takut pria ini akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Jadi Kushina memutuskan untuk terjaga hingga sampai di desa yang di sebut Konoha oleh pria yang sudah menyelamatkan nyawanya.
Tapi biar bagaimana pun Kushina adalah seorang manusia biasa yang tak akan pernah kuat melawan kantuknya, perlahan mata violetnya mulai tenggelam. Dengkuran halus mulai terdengar, Minato yang mendengar hanya menoeh dan tersenyum tipis dan segera mengeluarkan jutsu yang baru di ciptakannya beberapa minggu yang lalu.
"Ini percobaanku yang pertama, semoga tidak meleset lagi." Ujar Minato menggenggam sebuah kunai bermata tiga. Di bagian pegangan tertulis mantra dengan huruf kanji 'Hiraishin' begitu bunyi kanjinya.
Minato memejamkan matanya sesaat, dan kembali membukanya. Tampaklah sebuah kota dengan para penduduknya yang tengab berlalu lalang mengerjakan aktifitas mereka, beberapa dari mereka mengenakan rompi berwarne hijau dengan hitae-ate berwarne biru dengan lambang seperti cangkang siput. Minato hanya tersenyum simpul dan berjalan dengan santainya sambil tetap menggendong Kushina, tidak menghiraukan para gadi yang menatap dengan tatapan membunuh milik mereka.
Apakah Kushina akan di terima oleh para penduduk Konoha? Mengingat Kyubi yang ada di dalam tubuh Kushina.
To
Be
Continued
